Abidinsyah Siregar : STIKes Mitra RIA Husada Jakarta Warisan Hebat Ibu Tien Soeharto
Dewan Penyantun STIKes Mitra RIA Husada Jakarta, dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, MKes saat diwawancarai Tim Media bersama salah satu pengurus YKBRP, Dra Ria Indrastuty
GEMARI.ID-CIBUBUR. STIKes Mitra RIA Husada Jakarta minggu lalu kedatangan Tim Asesor LAM-PTKes yang ditugasi untuk mengevaluasi dan menilai dalam rangka proses Akreditasi Sekolah Tinggi Kesehatan yang berada di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Proses Akreditasi memerlukan waktu 4 hari, mulai tanggal 18-21 Juli 2024. Hadir dalam acara pembukaan salah satu Dewan Penyantun STIKes MRHJ, dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, MKes. Kamis (18/07/2024).
Seusai mengikuti acara pembukaan, dokter Abidin panggilan akrab dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, MKes kepada tim media menjelaskan pandangannya tentang STIKes Mitra RIA Husada Jakarta. Menurutnya, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra RIA Husada Jakarta ini memang sebagai warisan hebat dari orang yang peduli kesehatan, kita sebutlah Ibu Tien Soeharto yang sangat peduli dengan gagasan-gagasan kesehatan yang harus kita akui sekarang itu monumental, seperti Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Rumah Sakit Kanker Dharmais, selain daripada objek wisata yang juga memberikan aspek kesehatan, seperti Taman Mini Indonesia Indah, dan macam-macam yang lain luar biasa, jelasnya.
dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, MKes saat hadir di acara pembukaan bersama Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua Dewan Penyantun STIKes MRHJ, Harris Siagian, MBA
Dokter Abidin menuturkan, untuk di bidang pendidikan, Ibu Tien Soeharto peduli ke sini (STIKes MRHJ), di bidang pelayanan bagi lansia beliau juga memberi perhatian di sini, jadi ini STIKes yang punya warna tersendiri yang harus kita pupuk dan besarkan, karena relevan dengan perkembangan ke depan. Kenapa, ke depan itu apa yang terjadi kita akan mengalami satu kondisi kehidupan keluarga di mana setiap ayah dan ibu itu digantikan oleh dua anak, sehingga pertumbuhan daripada penduduk kita itu akan flat, dalam jangka panjang memerlukan anak-anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan berkualitas.
Caranya bagaimana, melalui para tenaga-tenaga kesehatan handal yang paham hal itu, jadi bukan hanya mendampingi dokter mengobati. Mengobati itu adalah fungsi ketika orang sakit, dan sakit itu hanya sekian waktu dalam seumur hidupnya manusia, sementara yang kita perjuangkan itu kesehatan, bukan kesakitan. Kalau bicara kesehatan berarti kita bicara sejak sebelum lahir sampai ke liang lahat, supaya tercapai umur harapan hidup yang panjang, dengan kualitas hidup yang baik dan produktif, tuturnya.
Seusai acara pembukaan, dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, MKes berkesempatan untuk berfoto bersama dengan, Dewan Pembinan Yayasan, Pengurus Yayasan, Tim Asesor, Pimpinan STIKes MRHJ, dosen dan tenaga kependidikan lainnya.
Sebagai Dewan Penyantun ia mengharapkan STIKes Mitra RIA Husada Jakarta lebih maju. Ia mengatakan bahwa kita punya masalah di STIKes kita, itu masih di level akreditasinya itu katanya BAIK atau C, kalau C itu berarti nanti perkembangannya atau pertumbuhannya terhambat, padahal kita punya visi dan punya sejarah hebat, karena itu sangat kita apresiasi, sebagai penyantun, sebagai satu semangat yang hebat untuk menaikkan level akreditasi kita, sehingga kita bisa sampai Baik Sekali atau B. Nah, kalau sudah Baik Sekali, apalagi Unggul atau A, kita mudah menambah program-program studi baru dan kemudian akan meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pendidikan yang kita kelola di sini. Apalagi kalau misalnya fasilitas-fasilitas yang pernah dimiliki oleh Yayasan ini atau punya hubungan dengan Ibu Tien Soeharto, juga akan merekrut mereka, itu satu hal yang hebat.
Sebelum meninggalkan ruang acara, dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, MKes berfoto di depan Gedung Utama STIKes Mitra RIA Husada Jakarta bersama Ibu Nina Akbar Tandjung dan beberapa pengurus Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan
Kepada para pimpinan dan dosen di STIKes MRHJ ia menghimbau, tetaplah berpikir maju, terbuka, transparan dan siap untuk mendapat masukan-masukan, kritik-kritik perbaikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ia berharap ke depan, ini tidak berhenti hanya di bidang studi kesehatan masyarakat dan kebidanan, banyak yang dibutuhkan oleh negeri ini berdasarkan kebutuhan jenis pendidikan. Contoh, misalnya sampai sekarang itu standarisasi 9 tenaga minimal di Puskesmas Indonesia itu sekitar angka 36%, itu masih belum memenuhi standar kebutuhan tenaga, artinya ada jurusan tertentu yang belum terisi, seperti promosi kesehatan, padahal promosi kesehatan adalah tugas dasar pertama Puskesmas, tetapi tidak ada sekolahnya, tidak ada orangnya, bagaimana bisa menyampaikan perubahan, beda dengan idenya Prof Haryono Suyono, begitu BKKBN berdiri yang pertama diurus adalah penyuluh KB, efeknya orang ketular semua, dan orang ikut. Nah, kalau kesehatan tidak, orang cuma disuruh di rumah kalau sakit datang ke Rumah Sakit ketemu dokter, dianggap selesai, padahal pulangnya tetap sakit. Jadi kita konteksnya itu memang memperbanyak tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan negara, kita buat prodi-prodi baru yang relevan, dan kita harapkan kita bisa menyediakan kesempatan pendidikan termasuk beasiswa, harapannya. @mulyono_dp