Bersama Prof Ir Wardiman Periksa Kesehatan di RSCM

Pagi tadi didorong diatas kursi roda oleh mas Teguh dan mas Bibit kami ikut gerombolan orang-orang yang antri ambil tiket untuk periksa pada dokter spesialis di loket RSCM. Pada jarak yang tidak jauh berdiri sebuah sosok yang saya kenal baik Prof Ir Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri P dan K yang berdiri sambil senyum mengenakan baju lengan pendek batik dengan coretan hitam biru diatas latar belakang putih. Sosok Prof Wardiman kelihatan kurus dengan mata cekung tidak lagi kelihatan ceria seperti sewaktu menjadi pemimpin acara putri Indonesia atau sewaktu masih menjadi Mentrri Pendidikan dan Lebudayaan RI.  

Saya sangat kenal pada sosok Pak Wardiman karena be;oau sebagai ajudan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meembawa saya menghadao Gubernur untuk menerima petumjuk laghsungnya.

Gubernur yang didampingi Kepala Humasnya memerintahkan saya menyusun draft pidato yang akan diucapakn sebagai Pidato Kunci pada Konggres Kependudukan Dunia yang dadakan di Jakarta pada tahun 1967 itu. Saya dikenal beliau sebagai penulis beberapa artikel tentang ledakan penduduk di Indonesia pada beberapa media di Jakarta. Saya Lebih dikenal sebagai wartawan padahal saya adalah pejabat Lanwil Kantor Sensus dan Statistik dari DKI Jakarta.  

Karean tugas itu, saya mondar mandir menemui pak Wardiaman dan Kepala Humas guna mengenal lebih dalam selera pak Hunernur. Pada waktu pidato diucapkan pada Konggres saya dan staf diundang untuk ikut menyaksikan dan duduk diantara para anggota delegasi biarpun di kursi belakang. Staf saya tugasi untuk sekali kali bertepuk tangan sesuai aba-aba yang saya berikan agar diikuti peserta lainnya. Karena itu pidato pak Gubernur diikuti dengan rentetan gemuruh tepuk tangan yang meriah, Gunernur sangat  senang pidato beliau mendpat sambutan yang meriah.

Setelah pidato selesai, dalam perjalanan Kembali brliau memberisalam saya dan menyatakan terima kasih karena pidatonya mendapat perhatian khallauak peserta. Segra saya dirawari tugas belajar menghadiri suatu Workshop di Universtas Chicago di Amerika. Saya menolak kecuali bis terus mendapat kesempatan untuk studi kepemdidilam deangan gelar MA.

Alhirnya bulan berikutnya saya mendapat jaminan kalau hsil workshop saya bagus maka boleh terus sampai mendaoat gelar MA dalam bidang kependudukan setelah lulus tes bahas Inggris. Tahun 1968 merupan persiapan dan saya berangkat ke Chicago pada bulan Summer tahun1869 denag rombongan yang ikut workshop KB di Universitas Chicago,

Setelah Konggres Ke[endudukan Dunia saya terus membantu Ibu dr. Koen Martiono melaksanakan Proyek KB DKI Jakarta dibawah pengawasan Kanwil Kesehatan DKI bapak dr Herman Susilo yang selalu muncul di teleevisi dan radio dalam acara Kesehatan diruang prakteknya.

Pertemuan berikutnya adalah semasa pak Wrdiman ditugai sebagai Menteri P dan K yang tterkenal dengan “Gerakan KKN link and match”. Saya yang sudah menjadi Deputy KB mentrrjemahkan dalam kegiatan KKN Mahasiswa untuk KB dilanjutkan denga herakan KKN mengembangkan kelompok  KB di pedeasaan dalam bentuk kelom[ok Akseptor KB. Kelompak iini kemudian menjadi kelpmpok  Posdaya uramanya untuk pemberdayaam keluarga. Konsep link and m

atch kita pakai dalam pemberdayaan keluarga me;a;ui KKN.

Dalam Ihubungan ini kita melakukan pendekatan melalui Organisasi guru2 PGRI. PGRI ingin ada hari Guru Nasional dan pak Menteri tidak setuju kareana sudah ada hari Pendidikan.

Mentri P dan K pak Wardiman meminta saya menjajagi kemungkinan Presiden dengan hari Guru tersebt. Dengan ijin Ketua PGRI saya sampaikan gagasan itu kepada Presiden dan meminta supata PGRI dan Meneri P dan K mengusulkan dan disetujui olej Presiden adanya Hari Guru Nasioanal sampai sekarang.

Marilah kita doakan dan mohonkan maaf untuk almathum Prof Ir Wardiman Joyonegoro kapada Tuhan Yang Maha kuasa dan diberikan tempat yang nyaman disiisiNya. Aamiin ya Robil ASlamain.

Haryono SuyonoComment