Memimpimn Delegasi Ke Konperensi Pemimpin Dunia (Copy)
Semalam kami bermimpi ditegur oleh Bapak Prof Dr Widjoyo Nitisastro tantang kabar dan keadaan kami dewasa ini. Teguran itu mengingatkan kami pada peristiwa kami mendampingi Bapak dr Suwarjpnp sebagai Kepala BKKBN hadir pada Sidang Kabinet di Binagraha. Sebelum Sidang pak Widjoyo datang menegur bahwa kami sudah pulang dari Amerika membantu pak Suwardjono. Beliau manggut manggut saja.
Tidak berapa lama Kepala BKKBN diperintahkan Bapak Presiden agar kami ditugasi sebagai Deputy Operasional dari Kedudukan kami sebagai Deputy Penelitian dan Pengembangan. Maka mulailah program pendekatan kemasyrakatan kami terapkan dalam kegiatan operasional KB di Indonesia secara tahap demi tahap mendampingi pendekatan klinik yang dianut selama ini.
Pendekatan itu disertai dengan komunikasi yang gega[ gempita sehingga dampaknya sungguh sangat dahsyat. Setiap bulan targetnya dinaikkan menjadi tiga juta akseptor baru KB deangan menugaskan kepada para Bupati sampai Kepala Drsa sebagai ujung tombak pendekatan kemasyrakatan tersebut, Program KB menjadi sangat populair.
Pada waktu kami diangkat sebagai Menteri kami ditugasi memimpin Delegasi Indonesia menghadiri Pertemuan delapan presiden Perdana Menteri di Dakka, Bangladesh. Menteri Luar Negeri Bapak Ali Alatas dan bapak Prof Dr Wijoyo Nitisastro sebagai pendamping kami.
Semua siding berjalan lancer karena semua bahan disiapkan Dirjen dan dikori kanan kami ada Menlu dan pak Wijoyo. Tiba pada acara pertemuan empat mata Ketua Delegasi denan Perdana Menteri atau Presiden yang hadir. Kami mohon pak Wijoyo untuk mewakili karena beliau mantan Menko. Beliau menolak sopan karena kami ketua delegasi harus kami yang hadir. Kami pindah ke pak Ali Alatas tetapi beliau jugamenolak dan memberi nasehat bahwa pertemuan itu isinya hanya guyon saja karena materi sudah dibahas tuntas oleh para Menlu dan pembantunya.
Benar saja pertemuan empat mata di kapal pesiar Bangladesh itu hanya kelakar saja dan tidak ada isinya yang penting. Kami malah bercerita tentang pak Harto bersma pak Mahtir yang minta cerita pak Harto dengan penuh kasih saying. Jadi pertemuan itu bagi kami enak sekali karena bersama pak Mahatir kami ngobrol tentang pak Harto yang lengser diganti oleh pak Habibie.
Keakraban itu berlangsung terus sehingga sewaktu kami ke Malaysia kami diterima oleh pak Mahatir karena sudah dijanjikan kalau ke Kuala Lumpur suya menilpun melanjutkan cerita tentang pak Harto. Duta Besar RI kaget karena tilpun kami disambut dan kami berbincang santai dengan pak Mahatir di kantor beliau.