Nostalgia Bersama Wartawan KB
Hari Selasa pagi ini sekitar 30 sahabat wartawan pejuang program kependudukan KB yang selama lebih tujupuluhlima tahun berjuang bersama kumpul nostalgia di gedung HSC di jalan Perdatam. Mereka mengenang saat-saat luar biasa sibuk mengingat kerja keras merumusksn berita dan ikut sibuk membantu menyebar luaskan gagasan pembangunan kependudukan dan KB guna menata budaya baru mengubah pemilikan banyak anak menjadi budaya jumlah anak yang sedikit tetapi siap membangun bangsanya karena memiliki kualitas yang tinggi.
Usaha mengubah kebiasaan banyak anak menjadi jumlah anak yabg sedikit sebagian besar berhasil tatapi mengadopsi jumlah anak sedikit dengan kualiras tinggi masih perlu kerja keras agar lebih memadai hasilnya. Salah satu sebabnya adalah bahwa nilai pendidikan bagi anak yang diwariskan penjajah sangat rendah sehingga Sebagian penduduk tidak melihat budaya sekolah memiliki nilai yang tinggi.
Banyak anak muda tidak pernah sekolah sehingga pemerintah terpaksa membangun SD dengan jumlah puluhan ribu serta merayu anak-anak muda masuk SD, Padahal jumlah anak muda waktu itu sekitar tahun 1970-an sangat besar dan semangat “mambuat anak muda” sesudah perang revolusi sangat tinggi dan perlu dipacu dengan keras. Semangat mengirim anak muda sekolah berebut dengan semangat “membuat” anak muda baru. Piramida penduduk sangat besar jumlahnya pada usia muda.
Setelah tujuhpuluh lima tahun, sekarang jumlah itu menumpuk menjadi pencari kerja yang dinamis atau siap mau pensiun.
Jumlah yang besar ini bergeser menjadi jumlah mayoritas penduduk muda Indonesia yang menjdi tenaga kerja yang perlu perhatian tinggi. Tantangan yang kita hadapi adalah bagaimana melatih dan mempersiapkan jumlah penduduk muda tersebut agar siap kerja dengan pendidikan dan pelatihan ketrampilan yang memadai.
Baru pada usia diatasnya penduduk lansia yang jumlahnya relatif kecil sebagai sisa-sisa revolusi 45 yang berkualitas sehingga kita bisa bangga ada yang merayakan ultah yang ke 100 tahun.
Penduduk usia kerja yang membengkak dewasa ini sungguh perlu pemikiran yang mendalam karena perlu segera ditanagani dengan sungguh-sungguh. Apabila tidak maka mereka merupakan kelompok rawan yang dinamis. Kampanye untuk pilih Presiden perlu perhatian khusus bagi calon dengan program yang jelas dan terukur untuk menampung tenaga kerja yang melimpah tersebut.
Investasi dengan kesempatan kerja yang luas sangat diperlukan dibanding unvestasi padat tehnologi atau padat lainnya. Suatu kebijakan yang dewasa ini sangat langka.
Dengan demikian diperlukan investasi dengan pengertian luas tentang sasaran dan kebutuhan pembangunan untuk membantu anggota keluarga agar siap menyongsong ulang tahun RI yang ke seratus tahun pada tahun 2045 nanti.
Para wartawan yang semula berjuang dewasa ini sudah senior dan sebagian telah mendahului kita berbareng dengan Ketua BKKBN pertama Dr dr Suwardjono Suryaningrat yang telah wafat beberapa tahun yang lalu.
Pertemuan nostalgia yang akrab itu diselingi dengan cerita dari beberapa wartawati senior yang banyak berkecimpung de media masa dan radio serta cekikikan yang menarik karena teringat cerita lama sewaktu bertemu dengan akseptor KB yang bertanya kepadanya pada waktu bertugas dilapangan kapan boleh kumpul suami lagi setelah pasang spiral. Si embok yang polos itu takut bertanya pada dokter tetapi memberanikan diri waktu di interview wartawan.
Hadir dalam pertemuanj tokoh-tokoh BKKBN Dr Moch Soedarmadi yang pernah menjadi Sesmenko Kesra dam Dr Mazwar Noerdin yang pernah menjabat Sestama BKKBN dan Pimpinan Yayasan Damandiri serta Prof Dr Oos M Anwas, MSi yang masih aktif di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).