Mengenang Masa Kuliah di AIS

Hari ini Minggu 17 September pagi kami kedatangan para tamu Dr Sugito Suwito mantan Dosen AIS dan mantan Kepala BPS serta Dr Sri Budiyanti mantan Dosen dan mantan Deputy BPS serta sekaligus mantan kawan satu Angkatan di Akademi Ilmu Statistik (AIS) tahun 1960-1963. Kedatanagn kedua tamu istimewa itu adalah nostalgia karena pada waktu kami memimpin Yayasan Damandiri kedua beliau itu ikut membantu mengelola Yayasan dalam kegiatan penelitian atau kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Keuda beliau juga mendapat kehormatan ikut kuliah mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Ilmu Pemerintahan.

Aktifitas Bapak Dr Sugito dan Dr Sri Budiyanti melalui Damandiri berjalan lamcar dan memberi masukan yang berharga dalam memajukan nilai kegitan Yayasan dalam bakti masyarakatnya. Lebih dari itu hubungan kami dengan Bapak Sugito dan mbak Sri bertambah akrab. Pak Sugito termasuk Dosen yang baik dan tenang dalam memberikan kuliah pada Akademi Ilmu Statistik (AIS) yang kami ikuti selama tiga tahun dengan baik. Pengalaman kami kuliah di AIS dan Fakultas Kedokteran Gajah Mada sangat membanu dan memberi semangat tidak mau ketinggalan lagi. Bahkan sejak tingkat satu di AIS kami dipercaya teman-teman sebagai Wakil Ketua Senat Mahasiswa. Pada tahun kedua kami dipilih sebagai Ketua Senat mahasiswa yang memberi pengalaman sangat dekat dengan para senior dan para dosen yang kebanyakan adalah ahli PBB yang membantu BPS dalam berbagai Sensus.

mBak Sri Budiyanti adalah seorang mahasiswa yang cerdas dari Angkatan kami, angkatan ketiga, kalah sedikit dari mas Hananto Sigit yang sudah almarhum. Baru mas Sudjono tugas belajar dari Departemen Kehutanan dan mas Sumarsono yang sudah almarhum. Baru nomor yang ke tujuh mas Haryono Suyono. Mestinya mas Haryono bisa lebih baik tetapi karena alasan sibuk sebagai Ketua Senat Mahasiswa, untung masih berada pada nomor tujuh yang dianggap cukup bagus dari sekitar 60 mahasiswa Angkatan ketiga tersebut.

Kehidupan sebagai mahasiswa ilmu Statistik dalam kegiatan Senat AIS sunguh sangat padat. Ada kegiatan bersama para ahasiswa dari Perguruan Tinggi lain termasuk pelatihan baris berbaris atau kegiatan bakti sosial kepada Masyarakat luas. Kegiatan bakti sosial yang pernah dikerjakan adalah cacar kepada Masyarakat luas dengan bantuan mahasiswa. Hasilnya cukup menggembirakan karena mahasiswa berhadapan langsung dengan masyarakat luas yang sangat sederha di tahun 1964. Para mahasiswa terpaksa seakan “berburu” anak balita yang harus dicacar. Pemburuan itu sampai sampai mengejar anak-anak balta itu masuk kolong dibawah tempat tidur di rumah masing-masing. Suatu tragedy yang barangkali tidak terulang lagi dewasa ini.

Program pemberdayaan berupa upaya membangun usaha kecil belum terpikirkan. Baru dalam kegiatan bersama Yayasan Damandiri kegiatan masyarakat bertambah variasinya termasuk upaya pemberdayaan keluarga dalam bidang ekonomi seperti usaha kecil dan menengah mulai diperkenalkan.

Kegiatan majasiswa AIS dalam bakti sosial itu belum diberi nama Kuliah Kerja Nyata (KKN) tetapi prakteknya seperti KKN. Ketua Senat sebagai Komandan mahasiswa bertindak seakan Pimpinan pasukan yang terjun ke lapangan memimpin dan mengawasi mahasiswa melakukan kegiatan bersama masyarakat tersebut. Kegiatan lapangan itu memberi bekal kepada mahasiswa yang lulus bagaimana bersahabat dengan masyarakat luas yang tidak selalu tunduk kepada para pejabat pemerintah.

Pertemuan dengan Bapak Sugito dan mBak Sri berjalan sangat akrab mengingat Kembali masa-masa indah Bersama semasa kuliah dan teman-teman yang Sebagian, termasuk suami mbak Sri Sukmadi Bolo yang mendahului dipanggil Tuhan Yang Maha Esa. Pertemuan nostalgia diakhiri dengan makan nasi gudeg Bersama yang disajikan dr. Rina puteri pak Haryono paling bungsu yang sehari hari mengawal di rumah yang sama dengan suaminya mas Rudi Lubis yang hari ini bertemu dengan teman-temannya.

Haryono Suyono1 Comment