UNIVERSITAS TRILOGI PUNYA PROGRAM KKN “DIKEPLAK EMAN” MENGATASI SAMPAH DESA WISATA BENTENG

Laporan Dr dima nurul fitria se mt csca crp agribisni trilogi

Gambar 2. Anak dan Remaja diajak mengurangi penggunaan kantong plastik dalam program dikeplak (diet kantong plastik)

 Setiap kegiatan sehari-hari pasti menghasilkan sampah. Sampah tersebut bisa berupa limbah organic maupun anorganik. Pada tahun 2019 KLHK mencatat jumlah timbulan sampah sebesar 67,8 juta ton/tahun yang terdiri dari sampah organik dengan porsentase sebesar 57%, sampah plastik sebesar 15%, sampah kertas sebesar 11% dan sampah lainnya sebesar 17%. Sebagian besar sampah berasal dari rumah tangga. Sampah-sampah ini seringkali berakhir di TPA, yang berartinya sudah tidak dimanfaatkan.

Gambar  Sampah kemasan mendominasi polutan sungai Desa Wisata Benteng Kab. Bogor

Banyaknya sampah dari rumah tangga tersebut mendorong kami mengadakan Sosialisasi Dikeplak EMAN (Diet Kantong Plastik dan Ecoenzim Bermanfaat). Dikeplak merupakan sosialisasi pengurangan penggunaan kantong plastic dan pembuangan sampah kepada anak PAUD dan SD. EMAN merupakan sosialisasi ecoenzim kepada ibu rumah tangga. Masing-masing singkatan mewakili target yang berbeda namun tetap dalam satu visi, yaitu pemanfaatan sampah dari aktivitas sehari-hari dengan baik untuk menjadi desa yang bersih.

Sosialisasi dibentuk sebagai upaya kami meningkatkan partisipasi anak dalam kegiatan menjaga lingkungan anak TPQ Al Hikmah. Awalnya kami hanya membantu Ibu Nyai untuk mengajar pengajian anak-anak. Lalu kami melihat bahwa anak di TPQ juga bisa ikut serta dalam pengelolaan sampah untuk menjaga bumi sekaligus bentuk ibadah. Karena itu kami mengajak Bu Nyai selaku pemilik TPQ Al Hikmah membentuk kegiatan "Dikeplak".

Anak-anak TPQ Al Hikmah mengikuti kegiatan ini selama 2 hari. Kami mengedukasi anak untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dan cara membuang sampah lewat sosialisasi bertema “Bahaya Kantong Plastik Melalui Gerakan Diet Kantong Plastik”. Dr. Dina Nurul Fitria Dosen Pembimbing Lapangan KKN dan Kaprodi Agribisnis Universitas Trilogi memberikan pemahaman bagi anak dan remaja serta pendamping TPQ untuk mencintai diri dengan menjaga kebersihan dan mulai membiasakan diri Diet Kantong Plastik (DIKEPLAK). Dr. Dina menekankan pentingnya makna surat AL Ashr bahwa memanfaatkan waktu untuk kegiatan bermanfaat dalam membiasakan diri tidak membuang dan membakar sampah sembarangan.

Selanjutnya, diadakan juga lomba mewarnai totebag. Pada lomba ini anak diajak menghias totebag bergambar sehingga penerapan pengurangan kantong plastic bisa tersampaikan dengan baik. Anak juga memiliki kebanggan tersendiri terhadap karyanya yang bisa dipakai dan dipamerkan ke teman sebayanya. Pemenang lomba mewarnai totebag sesuai dengan kategorinya. Hadiah untuk pemenang juara 1 berupa kotak bekal, juara 2 dan 3 berupa tumbler. Kami juga memberikan snacks kepada seluruh peserta di dalam totebag mereka. Hal ini sebagai bentuk apresiasi kami atas semangat mereka dalam mengikuti kegiatan ini.

Lebih jauh, Dr. Dina memaparkan materi mengenai bahaya kantong plastic dan urgensi pengurangan penggunaan kantong plastik. Menurut Bu Dina anak juga berperan penting dalam kegiatan pengurangan penggunaan kantong plastic dan menjaga alam tetap bersih. Hal seperti ini patut diajarkan sejak dini sehingga melekat sampai dewasa kelak.

Setelah sosialisasi, kami memulai perlombaan. Kami membaginya menjadi dua sesi: Sesi pertama untuk usia PAUD sampai SD kelas 3 dan sesi kedua untuk usia SD kelas 4-6. Anak diberi totebag putih bergambar yang harus diwarnai dengan batas waktu pengerjaan 45 menit. Anak-anak antusias terlihat dari seriusnya mewarnai sesuai imajinasinya. Beberapa dari mereka bahkan bertanya kepada kami tentang warna yang cocok. Setelah itu totebag dikumpulkan kembali untuk diberi penilaian. Kami menilai berdasarkan kreativitas, kerapihan, dan komposisi warna.

MENGOLAH SAMPAH ORGANIK MENJADI CAIRAN SERBAGUNA MELALUI SOSIALISASI EMAN (ECOENZIM BERMANFAAT)

Sampah organic lebih banyak terbuang daripada dimanfaatkan. Padahal jumlah sampah organic lebih banyak dibandingkan dengan sampah anorganik. Hal ini dapat dilihat pada kebiasaan membuang bekas potongan sayur atau buah ke tempat sampah. Sampah organic seperti kulit buah menghasilkan gas metana yang menambah efek rumah kaca pada bumi kita.

Kami menyadari pentingnya mengajak masyarakat terutama ibu rumah tangga memanfaatkan sampah organic. Kelompok 6 KKN Universitas Trilogi mengadakan sosialisasi EMAN (Ecoenzim Bermanfaat). Kami berkolaborasi dengan Ibu Siti Maryam selaku aktivis Komunitas Ecoenzim Nusantara dan Ibu Yunengsih mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman kami mengenai ecoenzim.

Pelaksanaan kegiatan ini bermula dari pertemuan kami dengan Ibu Yunengsih. Beliau seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam kegiatan desa dan sangat passionate bila berbicara seputar ecoenzim. Ibu Yunengsih mengetahui ‘cairan ajaib’ ini dari berbagai kegiatan komunitas dan workshop yang mengajarkan tentang ecoenzim. Dari situ ia tertarik untuk mempelajari dan membuat ecoenzim sendiri. Perealisasian produksi ecoenzim ini dipermudah dengan mendapat kulit buah dari tetangganya. Ibu Yunengsih biasa menggunakan ecoenzim untuk mengepel, mencuci piring, memupuk, dll. Mengetahui manfaatnya yang begitu banyak, beliau sempat mengajak tetangganya untuk ikut membuat eco enzim. Sayangnya ecoenzim dipandang sebelah mata, menganggap eco enzim sekadar ‘sampah’.

Ibu Yunengsih kebetulan memiliki teman yang juga seorang aktivis Komunitas Ecoenzim Nusantara. Beliaulah Ibu Siti Maryam, yang akrab disapa Umi. Banyak sekali pengalaman beliau mengenai eco enzim. Dalam kegiatan sehari-hari pun beliau menggunakan ecoenzim untuk semua cairan yang memang bisa digantikan perannya oleh ecoenzim.

Peserta acara ini merupakan ibu rumah tangga sekitar RW 01 Desa Benteng. Acara bermula dengan sambutan pembukaan dari Ibu Siti Maryam selaku pemateri dan aktivis komunitas ecoenzim Nusantara, dilanjutkan dengan Fulvian Zahid selaku ketua penyelenggara sosialisasi EMAN yang juga ketua Kelompok 6 KKN Universitas Trilogi. Ibu Siti Maryam memaparkan materi seputar ecoenzim, termasuk potensi serta manfaatnya. Kami menunjukkan cairan ecoenzim dan produk turunannya seperti sabun, skincare, dan pupuk. Ibu Maryam mengatakan bahwa Eco enzim bukanlah produk yang dipatenkan dan tidak dikomersilkan. Hanya produk turunannya yang bisa kita paten dan komersilkan.

Setelah itu kami menunjukkan ecoenzim yang masih dalam proses fermentasi. Beruntungnya ecoenzim itu tumbuh jamur pitera. Jamur ini tidak terdapat dalam semua proses fermentasi ecoenzim. Jamur pitera biasa dimanfaatkan sebagai bahan skincare. Di pasaran harganya bisa sampai jutaan mengetahui sedikitnya jumlahnya yang dihasilkan dalam sekali proses fermentasi ecoenzim.

Kami juga mengadakan praktik pembuatan ecoenzim langsung dengan membagi peserta sosisalisasi menjadi dua kelompok, yaitu Melati dan Mawar. Para peserta antusias mengikuti jalannya kegiatan. Terlihat dari mereka yang sering mengajukan pertanyaan, mengamati dan mempraktikkan pembuatan ecoenzim.

Haryono Suyono4 Comments