Membangun Kemajuan Pemberdayaan Harmonis untuk Hasil Maksimal

Pidato Ketua Delegasi Indonesia di Konprensi SDGs di PBB, Dr Ivanovick Agusta,  hati kita adem dengan harapan tinggi bahwa bila isi pidato itu dilaksanakan dengan baik di Desa-desa di seluruh Indonesia “kelompok keluarga miskin” di desa akan bergerak secara harmonis dengan rapi menuju kepada masyarakat yang penuh berisi keluarga yang bergerak secara harmonis maju menuju kebanggaan yang sejahtera. Pada tingkat awal leadaan itu bisa dicapai secara lamban tetapi, seperti latiham baris berbaris, akan tumbuh suatu kebersamaan jalan tegap percaya diri dengan irama yang harmonis maju kedepan dengan keyakinan tinggi pada tingkat defile yang ditonton khalayak ramai. Enak bagi yang berbaris dan enak bagi penonton yang melihat barisan kompak maju bersama.

Pelatih perlu sadar pada susunan pasukan. Tidak akan kompak apabila yang kakinya panjang ditaruh di paling depan karena pasukan dibelakangnya sulit menyesuaikan diri. Sulit mengikuti langkah untuk mengejar irama yang harmonis. Sebaiknya pemilik kaki-kaki pendek di depan tetapi karena desakan dari belakang harus sanggup berjalan cepat mengikuti irama agar tidak tersunsul barisan dibelakangnya. Dengan demikian pasukan akan bergerak secara harmonis seirama dan maksimal.

Sementara itu masyarakat penonton diluar pasukan yang berbaris perlu ikut serta secara aktif memberikan doa dan tepuk tangan positip, artinya memihak kekompakan yang berjalan  mengatur Langkah yang harmonis, memberikan tepuk tangan agar langkahnya seperti pemain bola yang kuat mental yang “pada waktu berada didepan gawang” tidak grogi dan memasukkan bola tidak pada penjaga gawang yang siap menangkap bola, tetapi mengarahkan bola pada ruang kosong sehingga  mengundang tepuk tangan yang gemuruh.

Artinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat miskin di desa perlu melibatkan masyarakat luas dengan semangat positip mendukung kelompok keluarga miskin tersebut pada saat menuju sasaran yang benar dengan semangat. Tanpa semangat maka peran keluarga miskin itu akan mengendor karena pencapaian yang diraih tidak akan lama dinikmatinya kecuali ada kenangan “tepuk tangan gemuruh” dari penonton yang memiliki antusiasme positif tersebut. Ini berarti bahwa pihak ketiga sebagai penonton tidak perlu menyerap dana desa pemerintah tetapi harus digerakkan sesuai tahapan pemberdayaan yang dibiayai dengan dana Desa pemerintah tersebut. Disinilah peran masyarakat madani yang perlu digerakkan agar tumbuh antusiasme mandiri.

Oleh karena itu seperti disebutkan dalam Pidato pak Ivan di PBB partisipasi kalangan yang bukan selalu dianggap sasaran utama perlu digerakkan agar tumbuh sinergi positip yang diperlukan guna membangkitkan semangat yang tidak selalu tumbuh dengan “bantuan dana Desa” yang mengalir bebas korupsi saja.  Tugas Lembaga non pemerintah mengikuti dan berpartisipasi aktip menggerakkan masyarakat penonton memihak pada “pertunjukan pengentasan kemiskinan” yang digelar pemerintah dengan dana melimpah pada keluarga miskin.

Rangsangan itu perlu suasana kondusif tanpa curiga dari apparat pemerintah bahwa kegiatan Lembaga non pemerintah dicurigai sebagi penghalang yang memperlambat usaha keras yang dilakukan pemerintah, tetapi disambut sebagai upaya sinergi untuk sukses yang harmonis sehingga usaha yang berhasil mendapat tepuk tangan gegap gempita serta menghasilkan dukungan positip. Gagasan Ivanovick Agusta di PBB perlu dipraktekkan di lapangan dengan semangat kebersamaan yang harmonis. Selamat pak Ivanovick Agusta dengan gagasannya yang gemilang.

Haryono SuyonoComment