KB Mandiri Lingkaran Biru
Program KB yang secara resmi dimulai pada tahun 1970 pada tahun pertama menghasilkan 50.000 akseptor baru KB. Para akseptor tersebut datang ke klinik Puskesmas, diperiksa tekanan darah tingginya dan apabila terbukti tidak memiliki yeakanan darah tinggi, maka boleh memilih mendapatkan Pil KB secara gratis.
Pada tahun itu pemerintah tidak membeli Pil KB tetapi semua pil KB disumbang oleh Pemerintah Amerika melalui US AID, suatu Badan Bantuan Amerika yang ada diseluruh dunia. Karena itu yang mendapat bantuan Pil KB bukan Negara Indonesia saja tetapi semua Negara berkembang di dunia yang bersedia melaksanakan program KB.
US AID di Amerika terkenal seorang dokter, namanya Dr. Ray Ravenhold yang sangat terkenal dan dibawah pimpinannya US AID sanggup mengirim berapa saja Pil KB ke Negara yang memerlukannya. Beliau tidak segan berkunjung secara pribadi ke Negara yang konsumsi Pil KBnya sangat tinggi.
Peran Dr Ravenhold didunia melalui Program KB itu begitu tinggi sehingga dalam Sidang PBB tentang kebijaksanaan KB pengaruh itu sangat menonjol, bahkan tidak segan US AID memberi sponsor bagi negara yang mengadakan Seminar untuk memperkenalkan Pil KB.
Karena itu sejak awal tidak ada istilah KB Mandiri karena semua kebutuhan Pil KB mendapat bantuan gratis dari Amerika. Bantuan itu termasuk kontrasepsi spiral yang pesertanya sangat terbatas.
Setelah tahun 1972, bersamaan dengan kedatangan Dr Haryono Suyono dari Amerika, maka jumlah Akseptor KB melonjak secara sistematis karena kalau hanya 100.000 Akseptor KB setap tahun, maka angka kelahiran tidak akan menurun. Krena akseptor harus naik, akibatnya pemakai Pil KB meningkat. Dr Ravenhold senang sekali mendengar berita itu dan menempatkan Indonesia secara khusus.
Lama kelamaan karena target Akseptor dinaikkan maka jumlah peserta KB juga naik drastis, terutama pengguna Pil KB. Pemerintah Amerika yang kemudian ditinggal oleh Dr Ravenhold, merasa tidak ada lagi tokoh yang membela pemberian Pil KB secara gratis. Bahkan karena itu Indonesia protes ke Washington karena belum siap membeli sendiri Pil KB.
Sambil protes itu BKKBN meminta US AID Jakarta memberi bantuan untuk pemasaran Pil KB seperti juga untuk Kondom 25 yang gagal.
US AID menyediakan dana bantuan studi pemasaran itu asal diselenggarakan oleh BKKBN. Deputi Penelitian BKKBN menyediakan diri menyelenggarakan studi itu. Segera dipersiapkan secara matang “komitmen dan jaringan” untuk “menjual Pil KB”. Kelemahan yang dialami dalam Kampanye Kondom 25 ditutupi dengan sempurna dan perusahaan untuk kampanye dipilih melalui prosedur bidding yang wajar oleh BKKBN.
BKKBN menggelar berbagai Pertemuan dengan jajarannya dan juga dengan organisasi Agama serta jaringan Apotik dan Ikatan Sarjana Farmasi yang memiliki anggota yang bekerja pada berbagai apotik. Diadakan pula pertemuan dengan IDI agar para dokter swasta bisa memberikan jasa pemeriksaan tekanan darah bagi calon akseptor untuk beli Pil di Apotik atau tempat yang menyediakan Pil KB Lingkaran Biru atau Lingkaran Emas.
Setelah semuanya siap maka dilakukan launching secara besar-besaran melalui berbagai cara dengan memanfaatkan jaringan multi media yang bekerja sama dengan BKKBN.
Hasilnya sungguh diluar dugaan penjualan PilKB Lingkaran Biru melejit bahkan ada protes katanya Pil KB lingkaran Biru yang menjadi merek pemasaran dinilai hanya untuk keluarga miskin saja. Maka segera dikeluarkan Pil KB Lingkaran Emas dengan harga yang lebih tinggi untuk mereka yang lebih mampu. Pil KB ini juga laris manis karena dengan adanya Pil KB di Apotik para peserta tidak perlu antri lagi di Puskesmas.
Suatu terobosan yang luar biasa karena pada waktu BKKBN harus beli Pil KB, jumlah peserta yang mandiri sudah mendekati angka 50 persen, artinya banyak peserta tidak perlu lagi mengambil Pil gratis ke Puskesmas atau ke Kelompok Akseptor di desanya.
Pil KB untuk Lingkaran Biru atau Lingkaran Enas sesungguhnya sama, tetapi banyak kalangan memberi komentar bahwa Pil KB Lingkaran Emas lebih baik dari Pil KB Lingkaran Biru. Pengalaman penjualan Pil KB Ligkaran Emas dan Lingkaran Biru ini menarik perhatian Pabrik Pil KB di Indonesia. Mereka ikut terjun dalam penjualan Pil KBnya dengan kompensasi keuntungannya diberikan kepada BKKBN. Dengan demikian kekuatan KB Mandiri makin kokoh.
Sayang kegiatan ini tidak dilanjutkan dengan kekuatan yang sama sehingga kekuatan KB Mandiri makin mengendor dan hanya terbatas pada penjualan jaringan di Apotik saja.