Berhaji bersama antara Ka BKKBN dan Bung Tomo
Setiap hari Raya Haji, Hari Raya Idul Adha, kami selalu mengenangnya dengan rasa haru. Beberpa hari sebelum Hari Raya Haji secara kebetulan kami sempat menghadap Menteri Agama, waktu itu Bapak Alamsyah Ratu Perwira Negara melaporkan kegiatan Program KB yang ada hubungannya dengan Kementerian Agama.
Dalam diskusi singkat setelah acara laporan selesai Bapak Menteri menanyakan apakah kami sudah berhaji. Kami jawab bila haji umrah sudah beberpa kali setiap tugas ke Amerika atau ke negara-begara di Eropa tetapi lalau khusus haji belum.
Pak Menteri dengan gaya Alamsyah yang ceplas ceplos langsung menanyakan apakah mau naik haji bersama isteri. Spontan kami jawab siap tetapi belum tersedia anggarannya. Beliau jawab tidak usah bayar karena ditanggung oleh Departemen Agama.
Satu minggu kemudian kami berdua siap berangkat ke Tanah Suci bersama tokoh-tokoh yang sebagian besar adalah undangan dari Departemen Agama, termasuk Bung Tomo pejuang yang terkenal dalam revolusi di Surabaya. Kami segera akrab dengan beliau dan keluarganya.
Saya sungguh beruntung karena pada waktu mengenakan pakaian serba putih seragam Ihram begitu kita mendarat, maka setelah pakaian Ihram kami dirapilam oleh ibu Astuty, kami sempat merapikan pakaian Bung Tomo dengan baik karena kami telah akrab dengan beliau. Selanjutnya beliau bergabung dengan rombongan VIP ditempatkan dalam barak khusus. Kami menolak ditempatkan dalam barak khusus dan ingin bergabung dengan para Jemaah lainnya biarpun Atase Haji pada waktu itu adalah Haji Ismail, mantan Kepala BKKBN dari Sumatra Utara. Beliau tetap menyediakan tempat seandainya tidak kerasan bersama rombongan masyarakat biasa.
Berhaji dengan fasilitas masyarakat biasa sungguh sangat menarik. Banyak cerita indah dan Ajaib yang kami alami termasuk “kekuatan fisik” yang diberikan oleh Allah untuk menolong mengangkat seseorang yang besar, kokoh dan berat badannya sangat berat menolongnya turun dari terao yang tinggi, atau menolong jamaah tersesat dan kesempatan kembali ke tanah air lebih cepat yang membuat rombongan satu kloter terheran-heran “kok bisa” karena pengaturan Atase Haji yang mantan Ka BKKBN dari Sumatra Utara.
Karena itu, Hari Raya Idul Adha di rumah selalu ramai sekali. Kemarin semua anak-anak dan cucu-cucu lengkap dengan cicit berkumpul. Adik isteri dan anak cucunya juga kumpul sedangkan hewan kurban kami kirim ke Pacitan dan Kampung Melayu untuk dipotong dan dagingnya dibagikan kepada yang berhak menerima di Kampung Pucangsewu, Pacitan dan Kampung Melayu.
Hari Raya ini meriah tatapi sepi karena untuk sekian tahun lamanya isteri sudah tidak ada yang biasanya menambah cerita siapa saja yang bersama-sama menunaikan ibadah haji bersama Kepala BKKBN dan Bung Tomo pada waktu itu.