Revolusi Bayar Pakai Oris atau Bukan Uang Biasa

Revolusi lain yang berkembang adalah membayar belanja tidak lagi memakai uang biasa tetapi memakai gopay atau QRIS atau handphone yang sudah ada isi uang di dalamnya.

Uang virtual itu, di kota-kota besari nternasional seperti di london berlaku sangat umum, hampir tidak ada toko yang mau trima cash, semua terima pmbayaran pakai “kartu tempel", bahkan tidak ada lagi kartu gesek atau kartu pakai chip model yang lama.

Tukang ngamen di jalan-jalan, seperti dilaporkan Ibu Sri yang anak dan mantunnya kerja di London, pada nyiapin alat kecil semacam EDC yang di tapp pada kartu kita, untuk menerima sumbangan penderma, suatu kemajuan pengemis di kota modern. Ibu-ibu yang duduk di kursi roda depan mesjid minta sedekah jamaah sholat jumat juga memakai alat untuk menerima sumbangan lewat "EDC".

Itu berarti orang tidak membawa dompet lagi, cukup satu kartu untuk semua keperluan, naik bis, belanja, sampai kasih sumbangan kepada para pengamen dan peminta-minta, suatu revolusi yang dirakarsai oleh swasta dengan menggunakan kemajuan tehnologi. 

Rupanya di Indonesia bisa juga belanja dengan bayar lewat handphone, anak saya dr Rina baru saja menunjukkan kepada saya “ahli computer” yang ketinggalan jaman. Suatu kemajuan yang pada umumnya di prakarsai oleh pihak swasta. Saya jadi ingat bahwa untuk membuat daftar gajih dengan komputer mengantikan system ketikan dengan mesin yang sangat panjang, pada waktu kami masih menjabat sebagai Kepala BKKBN, harus menunggu persetujuan Departemen Keuangan lebih dari enam bulan.

Semoga dewasa ini revolusi yang meringankan beban rakyat banyak menjadi program rutin dan tidak terhambat lagi.

Haryono SuyonoComment