Perubahan Pola Hidup Masyarakat didukung Kekuatan swasta
Sejak merebaknya kasus Covid-19 pola hidup masyarakat diseluruh dunia berubah, termasuk di Indonesia. Perubahan itu menyangkut pola asuh anak sampai kepada cara berbelanja untuk keperluan dapur sehari hari.
Kebiasaan ibu-ibu pergi ke pasar diwaktu pagi sangat dibatasi karena bahaya kontaminasi ketularan Virus yang berkeliaran atau dibawa oleh pedagang sayur yang diperolehnya dari pelanggan yang datamg sebelumnya. Atau menempel pada sayuran yang diperoleh dari petani sayur di Desanya. Keadaan serba tidak menentu yang berakibat makanan keluarga sedikit goncang pada awal masa merebaknya Covid.
Para “konglomerat sayur” tidak tinggal diam. Diciptakan system dimana para konsumen tidak perlu pergi ke pasar, cukup mainkan hape karena sayuran dan semua keperluan sudah disediakan dan tinggal pesan on line saja.
Jaringan pelayanan menyebar ke berbagai kota dengan aneka variasi, termasuk pnjualan “obral harga diskon” yang sangat menarik. Perusahaan yang sama bisa menawarkan dari Banyuwangi sampai ke Medan dengan gaya berbeda beda dan harga yang berkompetisi. Pembeli yang telaten belanja lewat on line bisa memperoleh harga barang yang paling murah dan dikirim langsung ke kediaman dengan segera. Di kediaman seorang pembantu harus segera membersihkan sayuran mencegah adanya Virus yang mungkin saja menempel pada sayur atau produk pesanan yang dikirim. Kehidupan makin lama makin nyaman karena jenis barang yang dirawarkan makin bervariasi.
Prakarsa pihak swasta tersebut sungguh sangat inovatip karena “toko yang makin sepi” tidak menjadi hambatan. Pelayanan pemerintah tidak segera mengikuti prakarsa kalangan swasta yang yidak mau rugi dengan inovasi yang sangat cepat menumpang pada kemajuan media sosial yang berkembang dengan cepat.
Lembaga pemerintah tetap saja dengan pola lama sehingga konsumen masyarakat yang takut datang ke pusat-pusat pelayanan pemerintah tetap harus ambil resiko kena tular virus covid yang meraja lela. Pelayanan pemdidikan yang mestinya banyak memiliki tenaga ahli juga merespon sangat lamban. Baru belakangan di respon dengan kuliah on line yang ternyata bisa diselenggarakan dengan baik. Para dosen diberi kesempatan menulis kuliahnya dalam power point atau bentuk kuliah lain tanpa mahasiswa secara fisik ada didalam kelas. Belakangan ada respon yang menarik bahwa mahasiswa yang memiliki pengalaman di lapangan bisa di konversikan sebagai mata kuliah yang diambinya di kampus sehingga jumlah jam kuliah bisa berkurang dan mahasiwa bisa lulus lebih cepat. Suatu perubahan yang bisa diikuti dengan pelayanan Perpustakaan on line yang mengantarkan buku bacaan referensi kepada para mahasiswa yang sedang menempuh kuliah.
Perubahan yang terjadi tersebut umumnya pada masyarakat kota yang akrab dengan teknologi digital. Masyarakat petani di desa perlu dilatih menggunakan tehnologi ini untuk belajar secara luas tanpa meninggalkan hormat pada Kepala Desa yamg selama ini membawa perubahan pada pola hidupnya. Peran Kementerian Desa PDTT membawa perubahan ini sangat dibutuhkan sehingga Bumdes tidak menjadi monopoli, tetapI ,asyarakat Desa dibantu mengembangkan Bumdes dengan subsidi pemerintah sehingga usaha industry dan perdagangan di desa bisa betambah makin marak. Kemakmuran bisa dirangsang bukan hanya oleh aparat Kemdes saja tetapi pihak swasta dibantu pemerintah mengembangkan masyarakat desa dengan subsidi dan peubahan bisa lebih dinamis.