Kenapa Kondom 25 Dihentikan

Penjualan kondom sebagai alat proteksi bagi pria yang berkebutuhan khusus tetapi belum menikah, atau sudah menikah tetapi kurang puas dengan isterinya, atau memiliki nafsu lebih tetapi kurang puas dengan isterinya, kepingin dengan Wanita lain dan melindungi dirinya dari penyakit, biasanya melindungi dirinya dengan kondom.

Penjualan kondom untuk keperluan itu, biarpun kalau membeli dilakukan dengan diam-diam, tidak dilarang diperdagangkan secara bebas.

Namun tatkala seorang Dosen Universitas Gadjah Mada, Doktor Masri Singarimbun, lulusan Australia, kemudian menjadi Gurubesar atau Profesor, mengambil prakarsa memperjualkandan menjual balikan kondom untuk KB  dengan nama Kondom 25 melalui pemasaran sosial dan iklan, mendadak reaksi secara sistematis meningkat.

Reaksi pertama muncul dari kaum agama seakan ada kampanye mengijinkan kebebasan hubungan seksual secara terbuka bagi anak gadis atau pemuda belum menikah. Atau seorang yang sudah menikah boleh main serong secara terbika. Reaksi ini meluas dari relawan-relawan KB ang merasa disaingi bahwa ber-KB bisa dengan menggunakan kondom saja, tidak perlu dengan pil atau spiral. Peranan kaum agama juga merasa terganggu karena kaum intelektual cukup baca iklan saja untuk ber-KB tidak perlu dengarkan ceramah dari berbagai kalangan.

BKKBN Pusat banyak menerima keluhan bahwa kegiatan out bisa melemahkan kampanye KB penggunaan kontrasepsi yang ditawarkan melalui Klinik Puskesmas di seluruh Indonesia.

Yang paling gencar adalah Ibu-ibu PKK yang menawarkan KB melalui kegitan lapangan sehari-hari seakan harus melawan iklan yang gencar melalui surat kabar.

Setelah dianggap bahwa reaksi masyarakat bisa mengganggu program KB dan menyurutkan partisipasi banyak kalangan maka secara diam-diam BKKBN menganjurkan agar kegiatan itu dihentikan, tetapi banyak pelajaran yang dipetik misalnya adanya apotik yang siap menyalurkan alat kontrasepsi secara komersial seperti menjual pil KB atau kondom atau alat lainnya. Kesempatan itu mulai dipelajari dan dianggap suatu kesempatan baru disamping Puskesmas atau klinik KB.

Haryono SuyonoComment