Nenek Astuty Memberi Inspirasi Tiada Tara
Selama jidup bersama dengan Ibu Astuty Haryono kami mendapatkan pengalaman yang istimewa karena setiap hari sejak tanggal 30 Agustus 1963 sampai tepatnya hari Minggu tanggal 7 Juni 2000 Ibunda, nenek atau buyut Astuty Haryono tercinta, dalam usia 76 tahun, dan dipanggil menghadap Tuhan Yang Maha Esa memberi aneka masukan yang luar biasa.
Semua masih ingat setelah tiga hari dirawat di rumah sakit Siloan Asri di Jakarta, pada hari Sabtu tanggal 6 Juni kondisi Ibu Astuty Haryono membaik dan sesuai permintaannya ingin pulang pada hari Minggu. Hanya tidak ada yang tanggap bahwa keinginan “pulang” itu bersifat lestari yaitu pulang di “rumah beliau di akherat”. Karena itu persiapan yang sangat sibuk dilakukan di rumah Jl. Pemgadegan, tidak disiapkan di Makam Pahlawan.
Pada hari Minggu itu dilakukan pembagian tugas, mbak dr. Rina Mardiana, mas Fajar Wiryono dan mas Indra Triadi menjemput dari Rumah Sakit dan keluarga lain menyambut nenek di rumah Jalan Perdatam.
Sejak pagi-pagi rombongan penjemput sudah sampai di RS, sampai-sampai dr. Rina yang berangkat dari rumah Perdatam lupa tidak membawa baju ganti nenek, tetapi terus saja ke RS tidak kembali ke rumah mengambil baju.
Seperti biasa dr Rina yang biasa melakukan urusan membagi tugas dengan kakaknya mas Fajar untuk urusan didalam kamar membenahi pakaian dan lain-lainnya sementara dr. Rina urusan administrasi membayar biaya RS dan obat-obat yang dikonsumsi di RS. Nampaknya pembagian tugas iturapi, tetapi tidak disangka ibunda didalam kamar tercekik dan memerlukan penanganan medis. Mas Fajar segera memanggil perawat tetapi tidak bisa berbuat banyak karena rupanya cekikan itu pertanda panggilan Tuhan Yang Maha Esa. Layaknya “suara gong” berakhirnya suatu babak dalam acara wayang.
Sementara di RS mas Fajar ditemani mas Indra sudah menunggu nenek dipersiapkan oleh perawat untuk pada waktunya Kembali ke rumah di jalan Perdatam. Sementara dr. Rina menyelesaikan administrasi di Kantor RS. Tidak berapa lama dr Rina mendapat panggilan untuk segera naik ke kamar diatas, kamar Ibundanya. Mendapat kabar bahwa sementara disiapkan para perawat, ibunda tercekik dan langsung tidak sadarkan diri. Rupanya tercekik itu pertanda panggilannya sampai dan beliau pamitan untuk memenuhi panggilan kembali kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan tenang tanpa pamitan ucapan selamat tinggal satu katapun kepada ananda mas Fajar dan cucunda mas Indra Triadi.
Setelah diyakinkan oleh Ananda dr Rina bahwa Ibunda Astuty Haryono sudah wafat, maka keluarga di rumah Perdatam segera dikabari. Langsung keluarga berdoa atas kepulangan ibunda tersebut dan cepat mengadakan persiapan penyambutan, menyiapkan tempat memandikan almarhumah dan tempat untuk semayam sebelum dibawa ke Makam Pahlawan karena ibunda pernah mendapat Penghargaan Negara berupa Bintang Mahaputra Utama berkat jasa-jasanya kepada Negara dan Bangsa.
Pembagian tugas otomatis diatur oleh anak-anak dan sahabat yang ada di rumah, ada yang lapor ke Sekneg, Kementerian Sosial, ke Makam Pahlawan dan ada pula yang menyiapkan peralatan pemandian di bagian loby rumah belakang yang disekat dengan kain penutup secara cepat. Luar biasa sepertinya almarhumah ikut mengatur, menunjuk petugas dan jalan yang ditunjukkan sehingga semua berjalan sangat lancar. Bapak Haryono mengambil keputusan bahwa segala sesuatunya sudah lengkap sehingga pemakaman dapat diakukan siang itu juga tanpa penundaan. Perangkat Garnisun yang memberikan Penghormatan Militer akan siap di Makam Pahlawan sesuai jadwal yang diambil.
Diputuskan bahwa Jenazah diserahkan kepada Negara oleh adik Bapak Haryono Mas Ir. Sutarto Alimoeso, mantan Kepala Bulog, mantan Dirjen Kementerian Pertanian, diterima oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Nagara Bapak Tjahyo Kumolo yang sebelumnya adalah Menteri Dalam Negeri dan Ketua KNPI, sahabat lama sejak beliau menjabat sebagai Ketua KNPI. Pemimpin Upacara di Makam Pahlawan dipercayakan kepada Kepala BKKBN dimana Prof. Dr Haryono Suyono pernah menjabat sebagai Kepala BKKBN selama lebih dari 17 tahun, Bapak Dr dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K).
Dengan susunan pejabat upacara mulai dari kediaman dan di Makam Pahlawan itu, maka upacara iringan jenazah yang anggun memasuki Makam Pahlawan dengan sangat mengharukan. Diiringi upacara yang dibuka dengan sangat anggun oleh Kepala BKKBN yang diiringi tembakan salvo pasukan Militer Garnisun Ibu Kota yang berlangsung sangat rapi, mengharukan, cepat, tuntas dan sempurna itu jenazah almarhumah dimasukan liang lahat oleh para Pejabat Tinggi empat Angkatan Bersenjata.
Pelayat yang datang secara spontan tanpa undangan resmi berjubel di kediaman maupun di Taman Makam Pahlawan dengan karangan bunga yang dipajang berjejer sepanjang jalan Perdatam melampaui belokan dengan sangat mengharukan. Kalau ibunda Astuty sempat menyaksikan penghormatan tersebut pasti semua pengorbanan waktu dan tenaga yang beliau tumpahkan akan terasa dibalas dengan kasih sayang yang sangat mengharukan dan pasti tidak lupa dijaturkan hormat dan ucapkan terima kasih yang tidak terhingga.
Konon para sahabat di berbagai daerah menyempatkan diri berkumpul dan membacakan doa dan bacaan alfatekah untuk almarhumah. Kami suami, anak, mantu, cucu, cicit, keluarga dan para sahabat menghaturkan hormat dan terima kasih tidak terhingga diringi doa semoga amal dan ibadah bapak ibu semua mendapat imbalan yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kami juga mohon maaf apabila ada kesalahan yang dibuat almarhumah maupun keluarga pada umumnya. Aamiin Ya Robil Alamin