Siasat Membunuh Raja Salyo

Raja Salyo dari Malyopati adalah seorang Raja disamping Adipati Karno dari Ngawonggo yang sangat dekat dengan Raja Astina dan selalu hadir dalam pertemuan besar di Kerajaan Astina. Raja Salyo adalah Bapak dari Dewi Banowati yang diambil Raja Suyudono sebagai permaisuri biarpun Banowati tetap lebih senang dan selalu sembunyi-sembunyi mencintai Raden Arjuna.

Sebagai sesepuh mertua Raja Suyudono, Raja Salyo sangat setia menmghadiri setiap acara temu pejabat biarpun nasehat dan suara petujuknya jarang digunakan oleh mantunya Raja Suyudono. Alasannya petunjuk tersebut umumnya berbeda dengan saran Patih Sengkuni yang serakah dan selalu setuju pada Rajanya yang ingin membunuh Pendowo karena alasan benci tidak ada akhirnya.

Raja Salyo mempunyai hubungan dengan Pendowo karena adiknya Dewi Madrim adalah isteri selir atau isteri kedua Raja Pandu Dewanata dari Astina. Raja Pandu adalah orang tua keluarga Pendowo. Dewi Madrim meninggal dunia tatkala melahirkan anak kembar Nakula Sadewo. Kedua anakmya itu dipelihara oleh isteri permaisuri Raja Pandu Dewi Kunti seakan anak sendiri sebagai bagian dari Pendowo yang jumlahnya lima orang.

Dewi Kunti sesungguhnya mempunyai anak pertama seorang laki-laki Adipati Karno tetapi sejak kecil sudah dipisahkan dari orang tuanya sehingga ikut dalam barisan Kurowo. Dalam kalompok Kurowo Adipati Karno dijadikan Panglima Tertinggi Kerajaan Astina oleh Raja Suyudono. Karena itu dalam Perang Barata Yudha Adipati Karno berpihak pada Raja Astina.

Prabu Salyo adalah seorang Raja sakti dan bijaksana. Beliau memiliki Aji Bala Seribu berupa raksasa yang praktis tidak bisa meninggal dunia karena titik darah lukanya bisa langsung segera berubah menjadi raksasa baru.

Dalam Perang Barata Yudha Raja Salyo menerapkan Aji ini sehingga Medan Perang Kurusetro penuh raksasa memihak Pasukan Astina karena setiap percikan darah raksasa berubah menjadi raksasa ganas yang baru. Raja Kresno mengetahui rahasia kelemahan aji seribu tersebut, maka kepada prajurit Ngamarto dilarang mengeluarkan senjata, sehingga raksasa kehilangan musuhnya. Akhirnya bisa dikalahkan.

Raja Salyo yang sakti tetap sakti sehingga hari-hari berikutnya Pasukan Pendowo akan disapu habis-habisan oleh Pasukan yang dipimpin Raja Salyo.

Prabu Kresno mengetahui rencana ini sebagai siasat perang yang jitu sehingga segera mempersiapkan siasat perang urat syaraf untuk mengalahkan kekuatan Prabu Salyo utamanya karena Prabu Salyo sangat mencintai kedua cucunya yang kehilangan ibunya Ibu Madrim pada waktu melahirkan kedua anaknya tersebut.

Karena itu, Raja kresno memerintahkan Nakula Sadewo menyelundup ke tempat Raja DSalyo berristirahat, menemui kakeknya dan pasrah mati karena besuk pagi pasti akan mati bersama prajurit lainnya. Mendengar permintaan itu, di sanggar peristirahatan Raja Astina, raja Salyo terguncang dan tidak tega mendengar cucunya minta dibunuh karena besuk pagi akan dimatikan secara masal oleh para prajurit Astina.

Raja Salyo tidak tega dan tidak Ikhlas mendengar permintaan itu dan sebaliknya minta kedua cucunya mendoakan kakeknya Prabu Salyo yang gugur dalam pertempuran besar tersebut. Permintaan doa itu dipaksakan Prabu Salyo untuk ditirukan oleh kdua cucunya. Karena permintaan Prabu Salyo yang menggebu, akhirnya kedua cucunya itu menirukan ucapan Pranu Salyo. Maka kedua cucunya mendoakan agar Prabu Salyo gugur dalam perang besar Barata Yudha.  

Mendengar pembacaan tiruan doa itu Prabu Salyo siap gugur dalam Perang Barata Yudha. Segera dipesan Prabu Salyo agar Raja Puntadewa maju perang melawan Raja Salyo dan disitu Prabu Salyo akan gugur.

Sejak semula Raja Puntadewo segan ikut perang saudara, tetapi dipaksa terus menerus. Pada waktu ada paksaan agar Raja Yudistiro maju perang, ada seorang yang sudah meninggal dunia memendam kebencian pada Prabu Salyo. Satria ini  berhasil masuk dalam tubuh Raja Yudistiro. Dengan masuknya sukma itu Raja Yudistiro secara tidak sadar maju ke medan laga membawa busur panah tetapi tidak diarahkan kepada Prabu Salyo. Busur dilepas dan anak panah diarahkan menyasar kemana-mana tetapi oleh sukma yang masuk tubuh Raja Yudistiro diarahkan menuju pada Prabu Salyo. Salah satu anak panah itu melesat ke dada Prabu Salyo dan gugurlah Prabu Salyo dalam medan perang yang dahsyat tersebut. Raja Astina sangat terguncang atas peristiwa tersebut dan menganggap lengkap kebencian Raja Astina kepada Pendowo karena tega membunuh sesepuh Astina Senopati sesepuh mertua Raja Suyudono di Medan Perang.

Haryono SuyonoComment