Raden Gatot Koco Gugur

Kesedihan yang luar biasa menimpa keluarga Pandowo tatkala didengar dan dilihat nyata bahwa Raden Gatut Koco gugur di Medan Laga Perang Barata Yuda. Raden Werkudara, ayah beliau seorang kepercayaan Pandawa di Medan Laga mengeluh karea selalu dipesan agar Raden Gatot Koco bersembunyi karena ancaman yang tinggi dan bertubi dari musuh-musuh beliau. Raden Werkudara tidak habis piker kenapa Raden Gatot Koco keluar dari persembunyiannya.

Sebaliknya Raden Gatot Koco tidak bisa terus bersembunyi karena Saudara yang paling dekat dengannya Raden Abimanyu, anak Raden Arjuna, telah gugur sebagai pahlawan dalam perang dengan kematian yang begitu tragis karena tubuhnya tidak nampak lagi karena diselimuti dengan ratusan anak panah. Kematian itu menumbuhkan rasa hormat dan kagum pada Raden Gatut Kaca dan  siapapun yang mendengar dan menyaksikan kematiannya.

Pada saat-saat terakhir Raja Ngawonggo Adipati Karno merasa jengkel karena Raden Gatot Koco selalu sembunyi dibalik awan sehingga Adipati Karno tidak bisa melepas anak panah pamungkasnya. ASkhirnya  panah Pasopati yang Sang Adipati Karno yang dipercaya bahwa anak panah pusaka ini bisa mencari sendiri kurban yang harus dikenainya dilepaskan sebagai senjata pamungkas.  

Sementara itu Kamituwo Dewa Pukulun Narada secara khusus mendatangi almarhum Kalo Bendono debagai ruhnya di Surga, paman Raden Gatotkoco yang telah almarhum bahwa kini tiba waktu bagi Jowadono untuk membunuh GatotKoco agar cita-citanya kematian dan tempat tinggalnya yang baru di surga bisa bersama dengan keponakan yang sangat dicintainya itu.

Arwah Raden Kolo Bendono tidak bersedia ikut membunuh keponakan yang sangat dicintainya tersebut, tetapi Pukulun Narada memaksa bahwa itu satu-satunya kesempatan bagi dirinya  untuk segera bersama keponakan yang dicintainya tersebut tinggal bersama di surga.

Akhirnya tatkala anak panah Raja Ngawonggo ditarik dan dilepaskan menuju kepada Gatut Koco, segera disaut oleh almarhun Raden Jiwandono dan dibawa kehadapan Raden Gatokaca yang sembunyi dengan aman dibalik kumpulan mega yang sangat tebal. Arwah Raden Jiawandono bercerita bahwa anak panah itu adalah milik Raja Karno yang diarahkan untuk membunuh Raden Gatut Koco dan anak panah itu diyunjukkan kepada keponakan yang dicintainya itu. Anak panah diminta untuk segera ditancapkan pada puser Raden Gatut Koco, tetapi Raden Kolo Bendono tidak mau. Akhirnya anak panah itu direbut oleh Raden Gatut Koco dan ditancapkan sendiri di puser beliau yang mengantar kematiannya. Kepada pamannya Raden Gatut Koco memberi pesan agar raganya dilemparkan kepada kereta yang membawa Adipati Karno agar kematian Gatut Koco sampyuh atau mati bareng dengan kematian Adipati Karno.

Jenazah GatutKoco betul betul dilempar kepada kereta Adipatikarno yang berakibat kereta itu luluh lantak tetapi sang Adipati sudah turun dari kereta dan selamat untuk akhirnya bertempur dengan Raden Janaka yang mengantar kepada kematiannya. Suatu tragedy yang sekaligus mempersatukan Raden Gatut Koco bersama paman yang dicintainya di Surga dalam kehidupan yang abadi.

Haryono SuyonoComment