Renungan Masa Jadi Presiden RI di Solo

Prof Dr Haryono Suyono

Pada hari Minggu yang sakral ini, antara lain karena tanggalnya angka 1 yang rangkap dan angka tertinggi 9, yaitu 11 bulan 9, atau September. Setelah mandi dan sarapan pagi, dua orang pembantu yang melayani saya tanya apakah pernah mendengar kisah indah yang Bapak miliki. Bagi mereka, semuanya indah, karena setiap minggu selalu melayani tamu dari berbagai profesi, instansi atau daerah yang berbeda-beda. Saya tanya apakah mereka pernah membayangkan bahwa yang sekarang mereka layani, semasa mudanya beberapa kali menjabat sebagai Presiden RI, mereka geleng-geleng kepala karena belum pernah mendengarnya.

Peristiwa di dalam negeri yang menarik terjadi sekitar 23 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 9 September tahun 1999 jam 09.00 pagi di Solo, Jawa Tengah. Pagi-pagi sekali didampingi mas Dr Mulyono D Prawiro kami berangkat dari Jakarta menuju Solo. Di lapangan terbang dijemput Gubernur Jateng Bapak Mardianto dan Pangdam Diponegoro, Letjen TNI Bibit Waluyo lengkap dengan jajarannya. Setelah basa basi keslametan, Gubernur berbisik bahwa di Solo kami diperlakukan sebagai Presiden RI, bukan Menko Kesra yang mewakili Presiden RI  agar masyarakat tidak kecewa. Karena itu tidak perlu menegur banyak tamu, manggut-manggut saja. Dengan pesan itu, konon kita menuju Stadion Olah Raga Manahan untuk upacara Hari Olah Raga Nasional.

Sampai di Stadion Olah Raga Mahanan, tamu-tamu telah lengkap, begitu juga tamu-tamu VIP duduk manis di tempat khusus. Kami diantar ke bagian paling depan tanpa toleh ke kiri dan kanan sesuai petunjuk Gubernur. Acara segera disiapkan dengan pasukan yang digelar rapi di Stadion. Kami dipesan agar tidak menyebut mewakili Presiden RI agar masyarakat tidak kecewa. Acara mulai dengan sambutan singkat Gubernur Jateng langsung Pidato Presiden RI tepat pada jam 9.00 pagi dengan ucapan selamat datang dan terima kasih untuk Presiden RI.

Setelah Pidato Selamat Datang Gubernur dengan penuh percaya diri kami maju ke panggung. Ajudan yang biasa melayani Menko Kesra, Dr Mulyono D Prawiro, menyerahkan naskah pidato dan langsung kami buka, pidato yang kami susun itu siap dibaca. Tanpa menyebut mewakili Presiden RI, pidato dengan awalan Assalu’alaikum itu kami baca dengan lancar dan gegap gempita serta mendapat tepuk tangan meriah. Kami tidak takut karena biasa kampanye KB dengan ribuan masa yang menyebabkan para tamu heran kenapa bisa sangat lancar tanpa ada rasa gemetar atau rasa takut berhadapan dengan masa.

Setelah pidato, langsung kami menuju helicopter yang sudah dipersiapkan tanpa bersalaman dengan tamu-tamu VIP untuk mencegah agar tidak ketahuan bahwa yang datang bukan Presiden RI Bapak BJ Habibie tetapi Menko Kesra dan Taskin, Prof Dr Haryono Suyono yang mewakili. Diumumkan bahwa Presiden langsung menuju Helikopter untuk terbang ke Yogya dan Jakarta karena ada acara penting. Tepuk tangan menggelegar karena rasa puas karena Presiden RI memerlukan datang ke Solo untuk memperingati Hari Olah Raga Nasional biarpun sangat sibuk. Saat menuju Helikopter, Gubernur dan Pangdam Diponegoro mengantar seakan mengantar seorang Presiden RI. Para tamu VIP ikut mengantar dengan tepuk tangan rasa puas karena Menko Kesra dan Taskin telah melaksanakan tugas dengan baik. Tanggal 9 bulan 9 dan jam 9 tahun 1999 kami menjadi Presiden RI tanpa cacat. Sayang tidak ada SK sehingga tidak memperoleh pensiun dan pengawalan seumur hidup sebagai Presiden RI.  

Haryono Suyono1 Comment