Pilihan Berat Cinta dan Setia Pada Negara
Konon sebuah kerajaan yang sedang berkembang, Rajanya ingin sejajar dengan kerajaan lain yang lebijh maju dan terkenal seperti kerajaan Amarto tempat para Pandawa yang sangat maju. Raja muda itu sangat ngiri pada kemajuan dan ketenaran Kerajaan Amarto yang dipimpin oleh Raja Yidistira dengan lima Saudaranya para pandawa. Konon kedua kerajaan ini tidak terlalu berbeda dalam ukuran dan jumlah penduduknya. Makin jauh Raja menganalisis kemampuan negaranya dibanding negara Yudistira makin yakin bahwa sesungguhnya negaranya tidak perlu kalah dibanding lawannya. Raja mengadakan penelitian yang lebih mendalam ternyata Raja Yudistira memiliki Pusaka yang disebut “Kembang Wijaya Kusuma” yang memberi dukungan spiritual kepada seluruh penduduknya.
Dalam suatu pertemuan tingkat tinggi kerajaan yang dihadiri para sesepuh dan pejabat resmi, termasuk adik raja, Mustakiweni yang sangat disayangi kakaknya tetapi tidak pernah ditugasi, memberi dukungan kepada berbagai rencana pembangunan kerajaan dan seluruh penduduknya, termasuk bagaimana memperoleh pusaka Kembang Wijaya Kusuma. Semua pejbat diminta pendapatnya, tetapi adik raja, adik raja Dewi Mustakaweni yang terkenal cantik dan piawai dalam olah keprajuridan dan sakti mandraguna tidak disapa oleh raja. Namun demikian biarpun sakti dan mahir dalam olah keprajuritan, Mustakaweni hampir tidak diberi tugas oleh kakaknya sang raja yang sangat sayang kepadanya.
Melihat situasi perundingan dia spontan menyanggupkan diri siap mendapatkan pusaka keluarga Pandawa tersebut di Kerajaan lawannya, apalagi keluarga Pandawa sedang tidak ada di tempat, beramai-ramai membangun monumen untuk mengubur para sesepuhnya di suatu bukit jauh dari kerajaan. Atas nasehat Togok abdi kerajaan yang sangat berpengalaman, adki raja diminta mengbah diri agar mudah masuk ke kerajaan Pandawa dan tidak dicurigai. Dengan mengubah dirinya menjadi Raden Gatotkaca, Mustakaweni berpura-pura melapor kepada Ibu Permaisuri bahwa dia diutus menjemput pusaka guna memperlancar pembangunan monumen. Melihat sikap dan penuturan Garotkaca, Ibu permaisuri langsung pergi mengambil pusaka dan menyerahkan kepada Gatotkaca tanpa rasa curiga saa sekali. Pusaka diserahkan dan diterima Gatot yang langsung pergi. Dewi Srikandi yang hadir sama sekali tidak disapa oleh Gatotkaca jelmaan Surtikanti itu.
Naluri kesatriaan Srikandi memaksanya untuk mengejar tetapi Gatotkaca terbang sehingga Srikandi melepas anak panah diarahkan kepada Gatot tepat kena sasaran. Gatotloco rebah ke tanah berubah wujud menjadi Surtikanti yang asli. Pertempuran terjadi tetapi tidak berlangsung lama karena disadari bahwa Srikandi tidak saja ahll memanah tetapi mampu mengimbangi daya tempur Surtikanti. Karen tujuannya tidak untuk bertempur, maka Surtikanti lebih memilih lari lari terbirit ke negaranya.
Teringat di tahun 1951, dalam acara perpisahan SD, kami pernah menarikan petikan tarian pertempuran Srikandi Mustakaweni. Mustakaweni yang lari terbirit-birit disertai rasa takut itu mengantarnya e taman yang dipandangnya paling aman diwilayah kraton. Tetapi disitu ada seorang pemuda asing yang dengan sopan menyambutnya, yaitu Bambang Priambodo yang sedang meneliti petunjuk Dewa bahwa pusaka yang dicarinya itu ada di daerah tersebut.
Penampilan Bambang, seperti apaknya Arjuna, yang lemah lembut dan wajahnya yang tidak ada bandingannya membuat Dewi langsung jatuh hati padanya. Dengan bujuk rayu dan janji akan dijadikan istri, maka pusaka yang dicurinya diserahkan kepada Bambang Priambodo. Cinta pribadinya mengalahkan cinta kepada kakaknya sang raja. Bahkan ketika kakaknya datang ke Taman, sang Dewi yang sudah berlutut Bambang membantunya mengalahkan kakaknya tewas dalam pertempuran.