Amal Ibadah lestari dari Almarhumah Ibu Astuty Haryono Suyono
Selama masih hidup Ibu Astuty Haryono sangat terkenal sebagai seorang ibu yang tidak mau tinggal diam. Ada saja yang dikerjakan beliau setiap hari. Setelah Bapak Haryono pensiun dan memimpin Yayasan Damandiri, Ibu tidak lagi mengurus para ibu di kantor, kemudian kami juluki ibu sebagai Walikota, dengan dintar sopir Pak Bibit dan adikya mbak Ik boleh keliling Jakarta, ikut pengajian atau mengurus kebun yang dibeli dari isi amplop hadiah berbagai Seminar atau pertemuan yang dihadiri pak Haryono.
Pada suatu hari Jum’at setelah pengajian, terpengaruh ceramah ustadnya dan bacaan Al Qur’an, dalam mobil dijalan melihat sebuah Warteg yang padat tamunya. Mobil dihentikan dan beliau nyelonong ke Warteg menanyakan kepada pemiliknya berapa harga satu porsi untuk makan siang. Setelah itu bertanya pula apakah Ibu pemilik setiap hari Jum’at pagi bisa menyediakan limapuluh bungkus untuk dibagikan kepada khalayak, tukang becak, sopir taksi dan orang tidak mampu yang belum makan siang. Ibu pemilik Warung sanggup. Sejak itu setiap hari Jum’at ibu Haryono memesan 50 bungkus lengkap dengan sayur dan lauknya ayam, telur atau ikan goreng.
Pagi ini, hari Jum’at yang penuh berkah, kami menyaksikan kiriman lima puluh bungkus nasi lengkap tersebut masih seperti pesanan semula dengan lauk pauk sederhama dari Ibu pemilik warung Warteg langganan yang laris di Kampung Pengadegan. Rupanya, menurut Mas Toha dan Mas Teguh, asisten khusus kami, pengiriman nasi bingkus itu bersifat rutin setiap hari Jum’at seperti masa ibu masih hidup karena dipesankan kepada Ananda dr Rina untuk dilanjutkan. Bahkan pada hari-hari Raya tertentu ditambah jatah nasi bungkus ekstra yang dipesan khusus untuk dibagikan kepada khalayak yang membutuhkannya.
Terdorong rasa ingin tahu, kami minta kepada Ibu Ngati pembantu yang selalu membuat sarapan nasi goreng agar kami diambilkan satu bungkus untuk makan siang sekaligus memeriksa kualitas isi nasi bungkus tersebut. Ternyata di luar dugaan ada bungkusan yang berisi telor, ayam, sayur atau goreng ikan atau lauk lainnya. Rupanya setiap bungkus tidak seragam tergantung bagaimana mengisinya di Warung yang sudah “kontrak” dengan almarhumah Ibu Astuty di masa lalu dan dilanjutkan anak kami dr. Rina Mardiana. Suatu perjanjian amal ibadah yang didukung Warteg Tegal penjual nasi yang baik hati.
Kemudian Satpam di rumah kami, pak Risky dan Imron membawa 50 bungkus nasi itu ke tempat tempat tukang sampah berkumpul, sopir ojeg, pedagang kecil dan lain-lain pelanggan yang setiap Jum’at sudah langganan menunggu kiriman sarapan atau makan siang kiriman Ibu Astuty Haryono. Rupanya Jum’at siang ini di salah satu tempat ditugaskan dua orang ibu menunggu dengan daftar penerima yang siap menerima kiriman tersebut. Setelah dibagi, ada yang spontan langsung dibuka dan dengan lahap sarapan pagi dari kiriman Warteg yang memang masakannya dapat diandalkan enak dan sedap. Namun ada yang menyimpan untuk makan siang. Ada juga yang minta jatah ekstra buat makan malam karena dalam keadaan kepepet tidak punya uang untuk membeli makan malam. Suatu pemandangan penuh haru yang diisi amal ibadah Ibunda almarhumah tercinta. Marilah kita mengirim doa kepada almarhumah Ibu Astuty agar perjalanan beliau menghadap Yang Maha Kuasa berjalan lancar. Aamiin YRA.