Mengenang Adik Sudiono dari Gunung Limo
Pada akhir tahun yang penuh berkah ini tiba-tiba kami teringat adik kami Drs. Sudiono yang dilahirkan di Desa Sidomulyo, Gunung Limo di Pacitan. Konon bapak kami Alimuso adalah Guru SD yang berjanji siap ditempatkan dimana saja di seluruh Pacitan. Benar saja beliau ditempatkan di Desa Sidomulyo, pada jaman itu belum ada kendaraan yang menghubungkan Desa itu dengan ibu kota kabupaten Pacitan berbatasan dengan tempat tinggal ibu kami di Pucangsewu. Pada hari Sabtu Minggu biasanya bapak selalu pulang ke Pucangsewu menyamperi ibu yang mengasuh kami bertiga bersaudara yang masih kecil-kecil. Artinya bapak masih muda dab sebagai guru SD mungkin saja masih gesit karena ternyata sanggup betahan sampai usia 90 tahun baru meninggalkan kita menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
Di Sidomulyo rupanya sehari hari di tempat tinggalnya di Desa Sidomulyo Bapak kami dibantu oleh seorang guru cantik dengan rajin. Keahlian bapak membujuk gadis cantik rupanya ampuh sehingga guru cantik tersebut akhirnya diambilnya sebagai isteri sehingga bapak tidak perlu lagi pulang ke Pucangsewu menemui Ibu kami Siti Padmirah karena menikah. Akhirnya dari pasanagan itu lahir adik kami Sudiono.
Biarpun adik dilahirkan di gunung, tetapi dari dua orang guru, sehingga mendapat gemblengan Pendidikan yang cujup sehingga berhasil menjadi Sarjana Ekonomi. Berbekal kesarjanan tersebut akhirnya bekerja pada Bank BNI sampai mendapat kedudukan tinggi. Sudiono mendapat jodoh seorang Sarjana anak seorang Direktur anak Perusahaan BUMN yang juga seorang Sarjana. Dua orang Sarjana ini mempunyai anak yang jadi dokter. Sayang isterinya menderita kanker sehingga meninggal dunia pada usia muda. Mungkin karena kesepian sendiri akhirnya adik kami menyusul isterinya menghadap Tuhan Yang Maha Esa di Surga, Kami kehilangan anak gunung yang maju.
Pada waktu kami menjabat Deputy KB, kami sengaja mencoba menggerakkan kesertaan KB di Pacitan melalui penggarapan daerah pinggiran dan berakhir di Kota Pacitan, suatu strategi memajukan Desa mengepung kota. Karena itu kami sengaja mengadakan Pertemuan Akbar di kaki Gunung Limo di Kawasan Desa Sidomulyo. Dipilih daerah pegunungan dengan tanah berbukit yang legok seperti kuali, artinya di tebgah legok dan di pinggirnya tinggi sehingga ukuran datarannya luas dan bisa menampung ribuan orang tanpa harus membuat panggung. Camat, Kepala Desa dan jajaran BKKBN membuat panggung di bagian atas tanpa harus keluar uang karena otomatis panggung sudah tinggi dan para tamu kehormatan bisa terlihat dari berbagai sudut. Sungguh suatu seting yang secara alamiah sangat mengagumkan.
Kami datang dikawal pejabat teras Jawa Timur dan Pacitan lengkap dengan umbul-umbul yang dipersiapkan menghias seluruh lapangan yang berbentuk seperti “kuali” tersebut, Pemandangan lebih menarik karena banyak anak-anak muda sengaja memenjat pohon agar bisa melihat lebih jelas ke panggung. Suasana sungguh sangat menarik karena sebagian penduduk Desa ingin melihat anaknya pak Alimuso yang dari Pucangsewu. Barangkali ingin dibanding dengan anak dari Sidomulyo yang dua-duanya populer karena adik Drs Sudiono sudah mendapat posisi tinggi pada Bank BNI.
Pidato demi pidato bergantian dari Penjabat Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dan akhirnya kami dari Jakarta. Pidato kami menyinggung keberadaan Bapak di Sidomulyo yang ingin mengangkat tinggi-tinggi martabat rakyat di sini. Singgungan Desa tempat acara itu sungguh ampuh dan menjadi model pidato di tempat lainnya. Desa Sidomulyo menjadi bagian yang ikut membawa sukses program KB di Kabupateh Pacitan, sekaligus mengenang tempat tugas Bapak kami Alimuso dan adik kami Drs Sudiono. Semoga kedua beliau menikmati hidup yang tenang dan Bahagia di sisi Tuhan yang Maha Kuasa. Aamiin YRA.