Menikmati Hari Libur di Desa   

Dari hasil jajak WA kepada teman-reman yang liburan Natal ke kota-kota seperti Bandung, Banyuwangi, Malang, Yogya dan lainnya, rata-rata menambah hari liburnya ke Desa-desa di sekitarnya. Konon di Banyuwangi, Malang, Yogya dan kota-kota dengan padat turisme itu kegiatan tujuan wisata sudah merambah ke desa-desa di skitarnya.

Gotong royong Desa yang di masa lalu dimulai sebagai [rogram Posdaya dimana masyarakat diajak gotong royong membangun penginapan sederhana di rumah masing-masing, dengan menambah kamar mandi dan WC duduk berkeramik seperti di kota, dilengkapi dengan air di tower yang bisa menyiram seperti di rumah-rymah di kota, makin marak. Begitu kebutuhan pokok ini tersedia, maka setiap rumah bisa menyediakan satu atau dua kamar sebagai “kamar penginapan” yang nyaman di desa. Anak-anak muda bisa menyajikan Warung kopi dengan main musik secara sederhana menghibur tamu dari beberapa rumah yang menyediakan kamar penginapan tersebut.

Kecuali hiburan malam, anak-anak muda bisa bertindak sebagai “tour guide” keliling desa melihat atraksi yang bervariasi.  Bisa melihat pemandangan sederhana ibu-ibu menanam padi bukan maju tetapi mundur, bapak-bapak mencangkul tanah dibalik-balik, atau ibu-ibu memetic kacang Panjang yang menjulur bergantungan dengan buah-buahan lainnya, atau memungut buah- buahan tidak diatas pohon tetapi merambat dalam tatanan yang menarik. Semua bisa diatur oleh pemuda tani yang di kota tidak ada tontonan hidup seperti itu. Bahkan bisa dilakukan kuis untuk menebak nama daun yang dijejer dan dipetik dari pohon di Kebun atau di sawah. Kemudian diminta mencari pohonnya dengan hadiah yang menarik. Intinya setiap tamu sibuk sehingga lapar dan makan di desa. Kalau makin sibuk ”terpaksa menginap” di Desa. Suatu tambahan pendapatan yang lumayan untuk keluarga desa.

Membangun turisme pedesaan adalah bagian dari modernisasi desa yang memberi kehidupn yang makin bervariasi antara bidang pertanian dan non pertanian sehingga kesejahteraan makin meningkat dan merata. Apalagi kalau acara di setiap desa bisa berbesa-beda seperti terjadi di Bali puluhan tahun lamanya, desa yang jauhpun tetap dikunjunjungi untuk menonton suatu tarian yang khusus diadakan di desa tersebut.

Kami pernah menjadi tamu Posdaya di Banyuwangi, kami menunggu sampai matahari terbenam untuk menonton “musik lesung” yang rupanya disambung dengan acara minum kopi aneka kopi dan kue serta makan malam sekaligus, suatu akal yang memaksa penonton makan mium dan nonton pada waktu yang berdekatan di suatu tempat yang diatur sangat rapi. Selamat berlibur sambil membangun Desa, membangun Negeri tercinta.

Haryono SuyonoComment