Doa dan Harapan untuk Cucu Tercinta

Hari ini hati yang sedih karena anggota keluarga, kakak dari mantu yang meninggal dunia, sedikit terhibur dengan berita baru dari cucu yang sedang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya. Cucu kami ini di masa SMA tergolong cerdas dengan nilai yang sangat menakjubkan. Kami sendiri biarpun tergolong anak yang pandai merasa kalah menghasilkan angka Rapor yang selalu tinggi.

Keputusannya mengambil kuliah di Fakultas Kedokteran kami sambut dengan harapan besar bahwa cucu tercinta bisa maju dengan lancar dan berhasil menjadi dokter yang langsung berbakti untuk masyarakat banyak yang sangat perlu pelayanan medis yang berkualitas.

Pada waktu lulus SMA kami lupa masa kecil kami, tetapi melihat cucu rasanya masih kelihatan muda sehingga kami ragu apakah cucu muda ini tahan jauh orang tua yang di Jakarta hidup dalam pondokan dan belajar mandiri mengikuti kuliah yang relatif berat. Fakultas Kedokteran, menurut pengalaman yang selama satu tahun kuliah di Fakultas itu di Gajah Mada, materi kuliah dan praktikumnya berat dan melelahkan. Hampir setiap mata kuliah ada praktikumnya di Laboratorium guna membiasakan mahasiswa bekerja keras dengan obyek manusia yang banyak polah dan permintaannya.

Berkat serangan Virus Covid-19, kuliah Semester satu sampai tiga lancar karena semua kuliah dilakukan dengan system jarak jauh dimana mahasiswa mengikuti kuliah dari rumah sehingga terjamin makan dan minumnya. Begitu juga karena cucu senang pada komputer, tidak perlu dipaksa mengikuti dan mencari bahan tambahan dari Google yang siap dengan Perpustakaan luar biasa.

Semester empat mulai masuk kampus di Surabaya dan hidup sendiri di pondokan. Kedua orang tuanya mengantar dan momong satu minggu melihat anaknya mampu mandiri hidup masak dan belajar. Ternyata berkat tekad yang tinggi cucu tercinta sanggup mandiri dan Semester empat dilewati dengan memuaskan kedua orang tuanya. Bahkan pada akhir semester keempat mulai milirik teman kuliahnya menjadi teman belajar bersama sambil bicara memadu acara makan bersama dan memutari kota Surabaya berbarengan. Suatu seni yang selalu kita peringatkan agar keduanya waspada tidak meninggalkan kuliah dan penguasaan materi dengan baik. Syokur rupanya kedua duanya sadar dan tidak pernah meninggalkan kuliah dan menguasai materi dengan baik.

Pada akhor Semester kelima kami dikejutkan dan merasa bangga bahwa cucu kami sudah menempuh ujian memasang “kateter”, suatu alat yang harus berhubungan dengan manusia. Kami berdoa semua berjalan lamcar dan cucu kami bertindak dengan cekatan, hati-hati dan penuh kesungguhan sehingga sentuhan yang lebih rumit pada obyek manusia yang akan bertmabah banyak tetap akan dihadapinya dengan kesungguhan dan sempirna. Kami berdoa bahwa cita-citanya menjadi dokter diikuti secara sungguh-sungguh seperti bibinya yang lebih dulu menjadi dokter dengan komitmen cinta kasih pada manusia yang ingin dibantu hidup sehat dan bahagia. Selamat berjuang cucuku tercinta kakek selalu memanjatkan doa untukmu dan mudah-mudahan Tuhan selalu melindungi cucunda terrcinta.   

    

Haryono SuyonoComment