Kehebatan Pujangga Jaman Dahulu Kala
Makin kita cermati penelitian terhadap tokoh-tokoh wayang dengan karakternya dalam berbagai cerita yang tidak ada habisnya, kita makin kagum pada para Pujangga zaman dahulu kala. Mereka yang ikut mengarang cerita dan memberikan peran kepada tokoh-tokoh yang diciptakannya sunguh sangat konsisten. Seorang Arjuna, Raden Permadi, adalah seorang tokoh yang ganteng seakan paling unggul di seluruh pewayangan. Kepada tokoh ini diberikan peran penting selalu menolong menghabisi musuh termasuk musuh Dewa di Khayangan. Kehebatannya tidak begitu saja melekat pada dirinya tetapi dijalani dengan kerajinan dan ketekunannya betapa di tempat-tempat sepi keramat, di gunung, di gua dan dimanapun suatu wahyu atau kesaktian dapat diperoleh.
Kerajinan prihatin dan tapabrata itu hampir tidak ada yang mampu menandingi. Wajah tampan yang ganteng tidak menjadi monopoli satu isteri, tetapi dibaginya kepada semua wanita cantik dari manapun asalnya. Ada dari suatu Pertapaan, dara desa, dari suatu Kerajaan, bahkan dibagi kepada Bidadari dari Kahyangan tempat Dewa. Istimewanya pada jaman belum ada KB kepada masing-masing isterinya hanya diberinya satu anak sehingga keluarganya menjadi kumpulan dari berbagai asal usul beraneka ragam yang bersatu, kecuali Dewi Srikandi yang di beri peran sebagai prajurid, bahkan Panglima Perang yang pertama dalam Perang Besar Barata Yuda.
Sebaliknya Raja Astina Prabu Suyudono, Prabu Kurupati, sejak wayang tancep sudah diberi label Raja jahat lahir dan batinnya dimana pda setiap pertemuan di Istana selalu diciptakan suasana bagaimana membunuh Saudara-saudaranya para Pendowo, biarpun semua rencana busuk itu selalu gagal. Pasangannya Patih Sengkuni adalah sejoli yang selalu mencari akal dan kalimat-kalimat indah dengan arti busuk membela pikiran Rajanya. Sikap Sengkuni yang membela saudaranya, isteri Bapak Raja Suyudono sungguh merupakan penempatan dua tokoh yang saking mmperkuat aliansi yang sangat kokoh pada tingkat yang sangat tinggi. Cara Sengkuni memelihara 100 keluarga Astina adalah sengaja longgar dan mewah sehingga tidak satu orangpun ada yang berani menggoncang kedudukannya sebagai Mahapatih yang berfikir jahat tetapi memiliki kekuasaan tidak terbatas. Pengenalan sifat-sifat itu demikian kosisten sampai-sampai pilihan pada tokoh Bagong yang dalam pewayangan terkenal sangat berani pada siapa saja, termasuk kepada kepada Raja Baladewa atau Raja Amarto yang sangat disegani.
Ternyata Bagong menurut para Pujangga jaman dulu, tidak dilahirkan oleh manusia biasa melainkan “hanya dicipta dari bayang-bayang Semar” yang bisa besar atau kecil sesuai sudut pandangnya. Bisa kelihatan jelas atau hilang tanpa bekas, sehingga untuk sesuatu yang kontroversi seorang Dalang bisa improvisasi tokoh Bagong dengan bebas.
Kalau kita perpanjang uaraian ini ternyata penempatan dan pemunculan tokoh-tokoh wayang itu sangat konsisten dan menakjubkan. Para ahli ilmu sosial perlu banyak belajar dari wayang, tokoh-tokohnya, utamanya karakter yang diberikan kepada tokoh-tokoh tersebut. Penulisan cerita Wayang dan karakter tokoh-tokohnya, termasuk Adipati Karno, yang bisa menjadi bahan kuliah philosophy atau [elenhkap diskusi theory yang lengkap tetapi di sajikan dengan sederhana dan gamblang. Selamat menikmati.