Kecurigaan yang Tidak Pernah Kendor

Seseorang yang memiliki sifat dengki dan curiga nampaknya tidak pernah bisa berubah. Hal tersebut oleh nenek moyang kita di contohkan dalam wujud cerita wayang yang beredar sampai dewasa ini sebagai suatu peringatan kewaspadaan untuk anak cucu. Cerita-cerita itu bentuknya sederhana, mudah dimengerti tetapi menimbulkan kesan mendalam tentang tokoh yang dituduhkan yang tidak mudah dilupakan.

Dalam suatu cerita wayang konon Bagong sebagai Kepala Desa ngin membangun Desanya seperti Semar yang terlebih dahulu telah memberi contoh. Di kala itu belum ada program pembangunan Desa dengan dana dari Pusat seperti Dana Desa, karena itu segala sesuatunya perlu dipersiapkan secara mandiri.

Dalam pembangunan di masa lalu diperlukan suatu syarat lain yaitu “tumbal” atau sesuatu yang disediakan sebagai “sesajen” untuk “pengiasa alam gaib” agar pembangunan  berjalan lancar.

Mengetahui bahwa Bapaknya Bagong, Semar bersal dari Dewa di Khatangan, maka Bagong bermimpi bahwa sesajen itu berasal dari Kahyangan verupa buah Semangka dan buah jambu, Bagong minta tolong Semar agar bersedia memintakan bantuan dua macam buah itu untuk sesaji pembangunan Desanya.

Untuk memenuhi permintaan itu Semar menjanjikan mengundang Bathara Guru, Raja para Dewa, saudara Semar, untuk datang agar Bagong bisa meyampaikan niatnya secara langsung. Atas undangan itu Bathara Guru fatang ke kediaman Semar dan Bagong diberi waktu berkenalan dan menyampaikan maksudnya meminta dua macam buah yang tumbuh lebat dan menjadi makanan resmi para Dewa di Kahyangan. Semar beranggapan bahwa permintaan itu sederhana dan pasti akan dipenuhi. Tetapi nyatanya ditolak sehingga Semar bersitegang dan marah. Karena itu Bathara Guru juga beranggapan bahwa Semar pantas dihukum karena tidak hormat pada Bathara Guru dan selalu berbicara dengan Bahasa “ngoko” atau kasar, bahkan satu-satunya yang tidak mau menyembah kepada Raja Dewa karena Semar merasa lebih tua.

Karena itu, Bathara Guru beranggapan Bagong hanya ikut-ikut Semar saja. Sehingga permintaan itu dianggap merupakan pelanggaran etika karena ingin menyamai kekuasaan Kraton di Kahyangan. Karena itu Bagong perlu dihukum agar Semar marah. Betul juga Semar marah dan bersama dua Saudaranya Bagong siap menjadi pengganti yang dihukum di Kahyangan. Bagong meneruskan pembangunan Desa yang telah dirancang biarpun sesajennya tidak terpenuhi. Akhirnya Semar, Gareng dan Petruk berangkat ke Khayangan untuk menerima hukuman yang semula ditujukan kepada Bagong. Bagong lapor kepada Togog agar dibantu membebaskan Semar dan anak-anaknya.

Tapi Togog sejak diusir dari Kahyangan sudah ngambek dan tidak mau bertandang ke Kahyangan lagi. Karena itu Bagong dicipta oleh Togog menjadi Arjuna agar bisa masuk Kahyangan dengan mudah dan langsung marah kepada Bathara Guru.

Benar saja Semar sudah ditipu oleh Bathara Gutu karena tanpa pengadilan langsung sudah ditaruh di pinggirann Kawah untuk dicemplungkan kedalam kawah itu. Karenanya Bagong sebagai Janaka datang, marah dan ngamuk. Akhirnya Raja Kahyangan Bathara Guru kalah dan permintaan Bagong dikabulkan. Hukuman untuk Senar dicabut karena dilarang oleh Bapak Dewa Adi Prana.

Haryono SuyonoComment