Menonjolkan Kesalahan Orang Lain guna Mencari Untung Pribadi  

Guna mempengaruhi penetapan sebagai Rajanya  para Dewa, Bathara Guru yang akhirnya terkenal sangat licik mmulai perjuangannya menjadi raja dengan cara dan tingkah laku yang tidak patut. Guna menyingkirkan dua pesaingnya sama-sama putra Raja sesepuh para Dewa, Bathara Asih Prana, Bathara Guru mengambil Tindakan fitnah yang tidak satria untuk dua Saudara tuanya Togog dan Semar.

Pada suatu hari dikisahkan bahwa kedua Saudara tuanya itu sedang berlatih perang-perangan sebagai satria putra raja dengan sungguh-sungguh seakan berkelahi sampai salah satu meninggal dunia. Bhatara Guru yang terlecil, melihat dua Saudaeanya itu berkelahi Latihan perang dan Nampak sangat sungguh-sungguh mengambil akla licik. Kesempatan itu dilaporkan kepada Bapaknya Bathara Asih Prana.  Dilaporkan bahwa kedua Saudara itu bertempur karena dua-duanya berebut ingin ditunjuk dan ditetapkan sebagai raja di Kerajaan para Dewa di Khayangan. Kedua Saudara itu tidak ada yang mau mengalah dan ingin menyelesaikan siapa yang dianggap berhak melalui adu kesaktian. masalahnya dengan adu kesaktian. Sedangkan dilaporkan kepada Bapaknya “manut saja” terserah ketentuan yang akan ditetapkan oleh sang ayah Asih Prana karena percaya bahwa sang ayah pasti mempertimbangkan segala sesuatunya dengan sangat bijaksana.

Bujuk rayu Sang Bathara Guru termakan oleh ayahandanya Bathara Asih Prana yang menyebabkan beliau marah besar dan dengan kemarahan yang meluap itu menjatuhkan hukuman kepada Togog dan Semar agar keduanya meratakan guinung di sebelah Barat dan Timur tempat istana Kahyangan itu rata dengan kesaktian kekuatan bathin agar lahan di sekitar istana Kahyangan makin luas, sejuk, indah dan marak.

Kedua Saudara itu tidak banyak bicara tetapi segera bersemedi melaksanakan hukuman yang dijatuhkan kepada mereka tanpa membantah. Karena semangat itu mulut Togog sampai menganga dan hampir tidak dapat ditutup dengan perut yang buncit berisi tanah gunung-gunung yang ditelannya. Begitu juga Semar karena banyak gunung yang ditelannya maka perut Semar sampai membengkak besar sekali sehingga Semar menjadi sangat sukar bergerak sebagai satria yang lincah. Tanah sekitar keraton menjadi rata sehingga Kawasan keraton cukup memadai sebagai Kawasan keraton para Dewa.

Melihat akibat yang menimpa wujut kedua saudara itu, Bathara Guru  membujuk ayahandanya bahwa dalam wujud yang cacat seperti itu tidak pantas menjadi raja. Raja Dewa Asuh Prana menyetujui dan memutuskan bahwa kedua kakak beradik itu tidak pantas menjadi raja, sehingga ditetapkan Bathara Guru sebagai Raja para Dewa di Khayangan yang tanah di sekitarnya sudah diratakan. Begitulah Bathara Guru berhasil membujuk ayah ketiga Saudara itu dengan tipu muslihat yang licik.

Sebgai “hukuman tambahan” kedua Saudara itu diperintahkan meninggalkan kerajaan khanhyangan turun ke bumi yang pada masa itu belum ada makluk manusia yang menghuninya. Togog di kawal oleh mBilung sedangkan Semar sendirian dan karena minta teman, diciptalah bayang-bayangnya menjadi Bagong yang diangkat sebagai pengawal Semar turun ke bumi. Reka yasa itu mebawa kdua anak Raja Dewa Asih Prana dirutunkan ke bumi menjadi pengasuh Pandawa dan para Raksasa yang menjadi penghuni bumi sampai akhir hayatnya.

Haryono SuyonoComment