Doa khusuk untuk Pahlawan Bangsa
Dalam kesempatan Hari Pahlawan 10 Nopember sekarang ini marilah kita memberikan doa yang sangat khusuk kepada smua pahlawan bangsa. Semua pahlawan yang berjuang dengan komitmen yang tangguh tidak tergoyahkan oleh rayuan yang datang dari segala penjuru, saudara atau sahabat dekat. Seorang pahlawan juga tidak akan berubah komitmennya untuk membela keyakinan yang pernah dicanangkannya membela bangsanya apapun atau siapapun yang menyampaikannya untuk merubah komitmen tersebut. Hormat pada pahlawan itu berlaku juga pada pahlawan yang ada di pihak musuh yang membela negaranya. Seperti contoh kita menaruh hormat yang sangat tinggi pada pahlawan Diponegoro yang membela warganya pada saat pemerintahan Belanda masih sangat berkuasa.
Rupanya ciri ini adalah bagian budaya yang berlaku sebagai peninggalan nenek moyang dan dicerminkan dalam berbagai legenda atau cerita-cerita lama yang masih ada bekas-bekasnya sampai dewasa ini. Salah satu yang melegenda adalah cerita wayang kenapa Prabu Karno Basukarno yang anak dari kamdungan Dewi Kunti Talibroto, ibu Janaka, Werkudara dan Punta Dewa, mau berindak sebagai Panglima Kerajaan Astina Pura dan tidak memihak kepada Pandawa dalam Perang Besar Baratayuda, bahkan melawan adiknya Arjuna dalam peperangan maha besar tersebut.
Rupanya Basukarno sejak kecil sudah tidak diasuh oleh ibunya tetapi kusir Raja Astina sehingga tidak merasakan kebersamaan dengan adik-adiknya keluarga Pandawa. Basukarno tumbah besar dewasa dalam asuhan berbeda yang membuat rasa kebersamaan Bersama keluarga Pandawa relatif kecil. Begitu juga setelah tumbuh dewasa Basukarno lebih dekat keluarga Korawa dengan serratus saudaranya yang cukup akrab dengan beliau.
Karena keakraban itu akhirnya oleh Raja Astina beliau dipercaya sebagai Panglima tertinggi untuk Raja dan Kerajaan Astina. Pada saat-saat itu Pandawa masih sangat sengsara dalam pengasingan atau diperlakukan sebagai anak-anak oleh Raja Astina. Sebagai anak muda, dalam pengangkatan sebagai Panglima suatu Negara besar tersebut, atas kehormatan itu Basukarno sebagai seorang satria bersumpah akan membela Korawa sampai titik darah yang penghabisan. Sampai akhir hayatnya, termasuk dalam godaan sehari-hari setelah beliau sadar bahwa Korawa tidak selalu bersikap dan berbuat kebaikan, beliau memilih pulang ke Kerajaan beliau atau diam tidak ikut bicara kalu ada pembicataan atau perundingan di pertemuan kerajaan atau rembug pada saat petemuan dengan Raja. Sikap itu beliau tunjukkan tetapi tidak mengubah komitmen sebagai satria pemimpin pasukan Negara Asina yang besar. Keluar dari pertemuan rutin itu tidak mengubah sumpah beliau untuk membela Negara Astina sampai titik darah yang penghabisan.
Pada detik-detik terakhir menjelang Perang Besar Barata Yuda ada kekawatiran Pandawa akan kalah karena Panglima Astina dipegang Raja Ngawonggo Prabu Basukarno yang sangat kuat dan terampil dalam ilmu peperangan, pamdai memainkan panah dan segala tehnik perang lainnya. Karena itu Ibu Dewi Kunti dengan sangat prihatin mendatangi beliau dan membujuk agar Raja Basukarno bergabung keluarga Pandawa karena sama-sama satu ibu sehingga tidak perlu berhadapan dengan anggota keluarga yang sama ibu kandungnya. Dengan sangat sopan bujukan itu ditolak karena sebagai seorang satria sejati beliau sudah memiliki komitmen untuk membela Negara Astina sebagai Panglima. Akan sangat cemar kalau pada saat-saat yang sangat dekat dengan pecahnya perang beliau membalik ikut pada kelompok Padawa. Pada saat yang dekat datang juga Prabu Kresna yang menjajaki tekad Prabu Basukarno. Jawabannya sama tetapi kalau Prabu Kresno, karena segan pada Prabu Kresno yang sangat dihormati menambahkan bagwa apabila Prabu Kresano memaksa dan menghendaki, Prabu Basukarno siap berubah, biarpun dengan hati yang sangat berat, meninggalkan sifat satria sejati yang dimilikinya, yaitu dengan berat hati bergabung dengan pasukan saudara-saudaranya Pandawa.
Prabu Kresna, berbeda dengan ibu Kunti, tidak emosional, maka dengan ikhlas menghargai sifar satria Raja Ngawanggo tersebut dan mempersilahkan Prabu Basukarno memenuhi bhaktinya kepada Raja Negeri Astina. Mendengar jawaban Prabu Kresna itu Raja Basukarno lega dan tetap berfihak pada Negeri Astina dalam Perang Besar Barata Yuda tersebut. Akhirnya beliau gugur dalam peperangan melawan adiknya Raden Janaka karena ketelodoran mendengar berita bahwa isterinya bunuh diri karena salah menerima pesan khusus dari suaminya tetrcinta. Basukarno adalah pahlawan biarpun berfihak pada Raja Astina yang menjadi musuh Pandawa. Beliau adalah pahawan disamping banyak pahlawan lain dari kedua kelompok besar tersebut.