Laporan TV untuk Urban Farming Di atas Atap Rumah
Dengan dilayani oleh Drs Fajar Wiryono dan Drs Rudi Lubis, Pengurus Yayasan Anugerah, pagi ini sebuah Perusahaan TV yang berskala Global mengadakan syuting untuk suatu acara penyajian bersifat global atas usaha pertanian sayur dan buah diatas hamparan atap rumah guna memberikan contoh kepada masyarakat bahwa makin menyusutnya lahan pertainan bisa dicarikan altenatifnya. Seperti diketahui, pada umumnya kita mengeluh karena tanah pertanian yang luas secara bedrtahap berubah menjadi lahan untuk rumah, pabrik atau keperluan lain bukan untuk pertanian. Petani yang miskin dengan tawaran harga tanah yang tinggi biasanya menerah dengan ikhlas kalau tanahnya diambil oleh pengusaha dan diubah untuk keperluan non pertanian. Gerak yang mendidik masayarakat untuk memanfaatkan setiap jengkal tanah lain yang bukan sawah atau tegalan untuk keperluan pertanian. Para pejabat pemerintah tidak bisa berkutik karena sawah itu milik pribadi sehingga biasanya aparat kurang memberikan perhatian. Kalau ada perhatian sasarannya masih tetap berkisar memberikan bantuan untuk para petani. Jarang ada usaha memperluas “petani” yang berasal dari unsur-unsur yang “bukan petani” untuk terjun dalam bidang pertanian.
Upaya berkebun menanam terong atau sayur lainnya, yang dilakukan pada halaman rumah sempit mulai muncul di kalangan masyarakat. Mulai dari satu dua rumah, di beberapa daerah makin meluas dan ada gerakan yang mulai mengembangkan “Desa Bergizi” karena gerakan itu diikuti oleh keluarga-keluarga yang makin banyak dari seluruh Desa.
Pertanian sayur dan lainnya di halaman rumah sangat mungkin asal tanah diolah dengan baik, mendapat sinar matahari cukup, dan mendapat air cukup. Menurut para ahli pertanian, dari IPB atau Trilogi atau dari petani tradisionil, syarat tanah bisa subur kalau diolah dengan pupuk Organik yang baik komposisinya, bisa mendapat air memadai, cukup sinar mahari dan tidak terganggu angin berlebihan serta mendapat perawatan memadai. Kalau ditanamkan bibit yang baik akan enghasilkan tanaman yang tumbuh subur.
Kalau selama pertumbuhan tanaman itu sering diajak bicara dan senyum oleh penanamnya, konon ada yang bilang tanaman itu akan tumbuh ceria dan memberikan hasil yang menyenangkan.
Tanaman jagung digambar sebelah bisa tumbuh dengan baik biarpun jarak antara satu tanaman dengan tanaman lain tidak terlalu luas karena jagung termasuk “tanaman prihatin” yang tidak perlu lahan tanam yang subur dan luas. Bahkan lahan yang tidak subur dan kurang baik untuk tanaman biasa bisa menjadi lahan jagung yang baik.
Yang menarik bagi rombongan kru televisi yang hari ini hampir satu hari mengambil gambar dari “berbagai angle” adalah tanaman wortel yang biasa menjadi sayur yang menarik di Negara Barat. Bagi yang belum paham tentang tanaman ini adalah bahwa buah wortel adalah seperti buah ketela pohon yang tidak muncul di atas tanah tetapi buahnya berupa umbi panjang di dalam tanah. Di atas tanah hanya kelihatan daun yang menandai bahwa tanaman itu masih tumbuh yang akan menghasilkan umbi yang menerobos tanah menukik ke bawah tanah.
Melalui cinta kasih para petani maka keperluan tanah yang gembur cukup air, sebatang wortel bisa menghasilkan umbi yang besar dan menarik. Tetapi seperti keadaan makhluk hidup lainnya, dalam satu petak lahan bisa dihasilkan umbi wortel yang besar atau kecil dengan ukuran aneka ragam, besar panjang atau kecil pendek. Suatu variasi Kebun Bergizi yang perlu pengamatan dan rekayasa cermat agar hasil umbi wortel lebih berstandar dan memiliki nilai jual tinggi.
Program study pertanian pada Universitas Trilogi di Jakarta bisa mengadakan berbagai penelitian percobaan agar semua bagian dari tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga para petani mendapat opsi yang lebih banyak dan hasil pertanian tidak terbuang karena semua produk bermanfaat dan memiliki nilai jual tinggi dan menguntungkan.
Pembuatan video hari ini termasuk dalam ukuran menarik dan luas karena digunakan juga alat “drone” yang berkeliling di atas atap rumah termasuk mengambil gambar rumah-rumah sekitar Markas HSC yang biasanya digunakan untuk pelatihan para peminat yang berasal dari seluruh Indonesia. Pusat Pelatihan HSC itu pada masa lalu pernah menjadi Pusat Pelatihan untuk calon-calon penggerak “Kelompok Posdaya” yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai Pusat Pemberdayaan Keluarga sebelum pemerintah menggerakkan pembangunan Desa dengan “Dana Desa”. Diharapkan bahwa hasil rekaman hari ini akan disiarkan di Indonesia di samping menjadi daya tarik dunia internasional lainnya.