Wanita Asia
Di Keith saya lihat ada beberapa wanita Asia yang menjadi istri warga Keith. Mum bilang istri orang Asia dikenal sangat penurut, penyayang dan tidak macam – macam. Makanya sebagian warga Keith memiliki wanita Asia sebagai istrinya.
Konon kecenderungan lelaki Australia memperistri wanita Asia semakin besar. Sehingga pemandangan wanita Asia digandeng pria Australia di jalanan sudah menjadi biasa.
Saya lihat ada beberapa istri wanita asal Korea Selatan yang kurang saya kenal dan satu wanita asal Timor Barat (NTT) yang diperkenalkan seorang teman Mum. Wanita asal pulau Timor Barat tersebut bernama Linda, berkulit gelap, agak mungil. Suaminya bernama Neil seorang petani di luar kota Keith.
Saya tidak tahu bahwa sifat istri “penurut” dan perhatian sangat disukai oleh suami Australia. Mungkin karena emansipasi yang tinggi, wanita (istri) Australia memiliki hak yang sama dalam bersuara di keluarga, sehingga istri bisa memiliki cara hidup dalam keluarga yang berbeda jalan dengan suami. Yang merepotkan, dalam keluarga bisa jalan masing-masing atau bisa tidak sejalan. Mungkin.
Mum dan Dad pernah mengundang makan malam Neil dan Istrinya Linda. Kelihatan sekali bagaimana perhatiannya Linda terhadap suaminya. Linda sekali – sekali melap mulut Neil dengan sapu tangannya dan sering melayani suaminya, saat mengambil tambahan makanan.
Sebenarnya Mum juga melakukan perhatian yang baik kepada Dad, namun tidak kelihatan berlebihan. Sebagai seorang ibu dan istri Dad Mum banyak memiliki karakteristik istri Asia. Dad mencari nafkah, Mum tinggal di rumah. Hubungan dalam keluarga lebih sejajar, karena keduanya saling mencintai.
Neil dan Linda sempat bilang mau mengundang kami makan malam dirumahnya, yang disambut Mum dengan senang hati. Namun sampai akhir masa tinggal saya, undangan itu tidak pernah ada. Mum kalau saya cerita tentang Linda, misalnya saya ketemu di jalan, menunjukkan rasa kecewanya pada Linda. Mum tidak suka kalau orang tidak menepati janjinya.
Ini juga membuat saya heran, Linda seolah-olah menjauh dari keluarga kami, kata Mum tidak pernah mengontak lagi. Namun beberapa kali saya ketemu di Deli (semacam toko makanan), masih menunjukkan sikap yang hangat, memeluk dan menanyakan kabar.
Tapi saat ketemu Mum seperti canggung. Mudah-mudahan tidak memberi citra jelek wanita Asia di mata Mum.
(Tulisan ini menjadi bagian dari draft buku Kenangan Program AFS intercultural. Oleh Aam Bastaman).
Gambar: Sumber open access.