Pasca Perang Baratayuda dan Pasca Vaksinasi Covid-19

punta.jpg

Baru saja teringat cerita Wayang dengan Lakon Pasca Baratayuda Binangun di mana Keluarga Pandawa menang mutlak dan seluruh Pasukan Kurawa habis ludes termasuk sang Raja Suyudana, Patih Sengkuni dan Sesepuh Ngastina Pandita Durna meninggal dunia dalam peperangan. Prabu Punta Dewa anggota keluarga Pandawa tertua dinobatkan sebagai Raja di Astina Pura. Zaman Pandawa berubah, secara teoritis  tidak ada lagi yang memburu ingin membunuhnya. Pandawa memasuki era pasca perang, tetapi Raja Punta Dewa tampak sedih karena akibat Perang Baratayuda, banyak kehilangan anggota keluarga, baik warga Astina Pura maupun anak-anak Pandawa. Dalam pertemuan akbar di Istana Astina Pura itu Prabu Kresno dan Bolo Dewo juga hadir dan memberikan nasehat guna menenangkan Prabu Yudistiro.

Nun dikisahkan bahwa Prabu Kresno memberikan keyakinan bahwa Perang Besar Brata Yuda adalah Rencana Dewa yang harus terjadi guna menghilangkan angkara murka dan tingkah laku kurang baik dari muka bumi. Yang bersalah akan lenyap dan yang baik akan menang. Namun pada pertemuan besar di Istana itu Arjuna, orang ketiga Pandawa, tidak hadir dan tidak ada yang tahu di mana berada. Untuk menenangkan suasana, Prabu Kresno yang barangkali sudah tahu ke mana Arjuna pergi, berjanji akan melanglang terbang di seluruh Kerajaan Astina guna mencari Arjuna.

janaka.jpg

Setelah pertemuan usai, Prabu Kresna melalang di sekitar hutan tidak jauh dari Istana Raja. Maka diketemukan Arjuna bersama para punakawan lengkap sedang mencari sesuatu di semak-semak hutan. Di tanya apa yang dicari, Arjuna berkata bahwa selama ini kehilangan “mutiara” yang sangat disayanginya karena itu tidak hentinya mencarinya di tengah hutan. Dalam hati Prabu Kresna mengetahui bahwa “mutiara” itu adalah Prameswari Prabu Suyudono, raja Astina Pura yaitu Dewi Banowati yang sekaligus adalah kekasih Arjuna. Prabu Kresna menjawab bahwa beliau akan mengganti mutiara yang hilang itu sambil ketawa.  Mendadak muncul Dewi Banowati dari semak-semak dengan rasa gembira karena yang ada di depannya adalah kekasihnya Raden Janaka dengan Prabu Kresna bukan prajurit dari Astina yang mengejarnya sampai ke hutan belantara tidak jauh dari Istana Astina Pura.

Kemudian mereka meneruskan perjalanan ke Istana yang membuat keluarga Istana berbahagia karena Arjuna sudah kembali. Pada waktu Arjuna datang ke Istana, Istri Abimayu, Dewi Utari, dilaporkan telah melahirkan tetapi belum diberi nama. Oleh keluarga,  Arjuna sebagai kakek atau Bapak dari ayah bayi tersebut, yaitu Abimanyu, diminta memberi nama bayi yang baru lahir tersebut. Kemudian Arjuna memberi nama cucunya dengan nama “Parikesit” atau Paripurna yang akan menggantikan Prabu Punta Dewa yang dikukuhkan sebagai raja setelah Perang selesai.

kresna.jpg

Menjelang malam hari para anggota keluarga dan prajurit penjaga diingatkan agar waspada mengurangi tidur dan menjaga segala sesuatu dengan lebih cermat. Prabu Kresna memberi petunjuk kepada Arjuna agar di samping bayi diletakkan pusaka keris Arjuna yang ampuh Kyai Pulanggeni untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan gangguan yang tidak dikenal.

Nun di luar agak jauh dari Istina ada dua orang prajurit senior dari Astina bersembunyi dengan baik, yaitu putra Pendita Durna Aswatama dan Kartomarmo. Aswatomo masih menyimpan senjata andalan Pandito Durna yang ampuh dan mereka berdua sepakat, biarpun hanya dua orang, bertekad membalas dendam. Dengan senjata yang ampuh itu mereka bisa membuat jalan di dalam tanah menuju ke Istana. Mereka menggunakan jalan darurat yang dibuat dengan pusaka Begawan Durna Aludara yang ampuh itu menuju ke Istana sekaligus membacakan “aji penyirepan” membuat semua punggawa di Istana tertidur pulas.

Dalam perjalanan menuju ke kamar tidur utama banyak punggawa yang tertidur pulas dibunuh dengan senjata Pusaka Aludara milik Begawan Durna yang ampuh. Termasuk Dewi Banowati yang diperkosa lebih dulu oleh Aswotomo sampai puas dan dibunuh dengan keji karena dituduh sebagai mata-mata untuk Pandowo yang menyebabkan kekalahan seluruh keluarga Astina.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan lebih masuk ke Istana sampai pada tempat tidur bayi Parikesit. Kartomarmo ingin membunuh bayi yang diketahui akan menjadi Raja Astina di kemudian hari. Pada waktu Pusaka Alugara akan ditanamkan pada Parikesit, keris pusaka Arjuna, senjata andalan yang ditempatkan pada tempat tidurnya melesat dan mematikan Aswotomo yang akan membunuhnya tersebut. Melihat kejadian itu Kartomarmo lari, dikejar Werkudoro dan dihabisi dengan Godo Rujakpolo yang sangat ampuh.

hsr.jpg

Akhir Perang Barata Yuda itu mengingatkan kita pada “perang Melawan Virus Corona”. Biarpun kita sudah “menang” mendapat suntikan Vaksin sekali, atau dua kali, tetapi karena “prajurit pengawal daya tahan” bagi setiap orang berbeda-beda, maka musuh bisa mencari daerah lemah dan masuk menyusup diri pada yang lemah, akhirnya membunuh yang tidak waspada. Seperti petunjuk yang telah diberikan, biarpun sudah suntik Vaksin Covid-19, kita harus tetap menggunakan masker, cuci tangan, mengambil jarak sekitar 1,5 sapai dua meter, tidak bergerombol dan tidak banyak keluar rumah. Semoga kita dirahmati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin YRA.

Haryono SuyonoComment