Semar Bodronoyo Melalui Wahyu Ketenteraman Berusaha Lenyapkan Pagebluk

semar3.jpg

Menjelang Peringatan Hari Lahir Presiden RI kedua Almarhum Bapak HM Soeharto tanggal 8 Juni , karena kita tahu bahwa semasa hidup beliau mengagumi figur dan watak Semar, hari ini kita sajikan cerita tentang Semar. Kita sajikan suatu Lakon Wayang tentang niat Semar Bodronoyo melenyapkan Pagebluk yang melanda Kampung halamannya Desa Karang Kadepel. Seperti diketahui Semar dan Bethara Kresna adalah dua figur yang dianggap sebagai kekuatan pendamping lima saudara Pandawa yang dalam cerita wayang merupakan wakil-wakil dari sikap dan tingkah laku yang baik. Semar seakan mewakili kaum jelata biarpun aslinya berasal dari kelompok para Dewa di Suralaya, sedangkan Bathara Kresna adalah kaum elite atau raja yang semasa mudanya diasuh Semar dan anak-anaknya.

Cerita ini dimulai dengan keinginan Semar sebagai perantara turunnya “Wahyu Ketenteraman”, suatu kekuatan untuk menentramkan masyarakat, agar bekerja secara gotong royong mengembangkan program ketenteraman bagi rakyat. Usaha itu dilakukan secara gotong royong melenyapkan Pagebluk yang melanda desanya. Semar sebagai perantara turunnya wahyu mendapat petunjuk Dewa agar wahyu dapat diberikan kepada yang berhak dengan penuh kedamaian. Karena itu Semar menugaskan kepada para putra Pendawa, anak-anak generasi muda,  guna mendapatkan syarat-syarat mendapat wahyu berupa tiga pusaka Senjata Cakra milik Prabu Kresna, Jimat Kalimasada milik Prabu Punta Dewa dari Ngamarta, dar Dwarowati dan Kyai Nenggala milik Prabu Bolodewa.

 Raden Gatutkaca putra dari Raden Werkudara mendapat tugas meminjam Senjata Cakra dari Prabu Kresna di Dwarowati. Dengan tekad yang luar biasa, “harus dapat”,  Gatotkaca menghadap Bethara Kresna. Unutk menguji tekad itu Bathara Kresna seakan tidak mau meminjamkan senjata Cakra miliknya sehingga Gatutkaca “berani menantang” Prabu Kresna. Pada waktu diacungi Senjata Cakra Gatot siap menerima dengan akibat akan mati karena senjata Cakra terkenal sangat ampuh. Tetapi rupanya Prabu Kresna hanya ingin menggali seberapa besar tekad anak muda Gatutkaca bereaksi positip sebagai utusan Semar. Melihat reaksi anak muda dengan tekad yang tinggi itu, senjata Cakra diserahkan untuk dipersembahkan pada Semar sebagai syarat mendapatkan Wahyu Ketenteraman.

kresna.jpg

Punta Dewa raja dari Ngamarta dalam pertemuan dengan keluarga Pandawa mendapat pesan dari Dewa akan munculnya Wahyu Ketenteraman, tetapi beliau belum mendapat pesan siapa di antara keluarga Pendawa yang akan memperoleh Wahyu tersebut. Dalam kesempatan itu datang Raden Ontoseno yang menyanggupkan diri mendapatkan Pusaka Jimat Kalimasada dari Raja Punta Dewa sebagai syarat Semar sebagai perantara mendapatkan Wahyu untuk Pandawa atau lainnya. Karena Ontoseno menyampaikan pesan itu secara polos, Raden Werkudara marah dan Raden Ontoseno dihajar habis-habisan karena dianggap tidak sopan karena permintaannya disertai suatu ancaman. Punta Dewa yang penyabar mengutus Janaka, adiknya, untuk melerai dan Jimat Kalimasada diserahkan kepada Ontoseno sebagai syarat Semar mendapatkan Wahyu Ketenteraman dari Dewa.

Utusan ketiga adalah putra Jangkar Bumi Raden Ontorejo untuk meminjam Pusaka Kyai Nenggala dari Prabu Bolodewo. Karena pusaka itu bertempat di kulit dan daging Raja Bolodewa, maka sang Prabu marah besar, tetapi Raden Ontorejo tetap bertekad mendapatkan pusaka tersebut. Karena Raden Ontorejo tidak mau mundur terjadilah pertempuran yang hebat. Karena kemarahan itu hampir saja Raden Ontoseno ditusuk dengan Pusaka Neggala.

Secara kebetulan Prabu Kresna datang dan sekaligus mengundang Prabu Bolodewo berkunjung ke Karang Kadepel untuk mendukung Semar sebagai perantara mendapatkan Wahyu Ketenteraman dari Dewa dengan syarat-syarat yang sedang dikumpulkan oleh anak-anak Pandowo.

Akhirnya semua keluarga berkumpul di kediaman Semar dan mendapat penjelasan bahwa Wahyu itu sudah ada pada Semar. Pada waktu berkumpul, Semar menjelaskan bahwa Wahyu yang ada di Kuncung  akan segera masuk kepada salah satu yang hadir pada saat itu. Karena itu secara sengaja Semar mengumpulkan semua kerabat agar menyaksikan kepada siapa Wahyu akan menempatkan dirinya.

Dalam sekejap ternyata Wahyu Ketenteraman memilih masuk kepada Prabu Kresna. Semar mengharapkan agar semua yang hadir merasa tenteram karena Prabu Kresna adalah salah satu pengasuh dari Pandawa yang adalah adik dari Prabu Bolodewo. Semua kalangan merasa nyaman kecuali Keluarga Ngastina yang berontak ingin mendapatkan Wahyu tersebut. Tetapi karena keluarga Kresna, Punta Dewa dan Bolodewo kompak bersatu, amukan keluarga Kurawa dengan mudah dapat diselesaikan. Mudah-mudahan cerita wahyu ketenteraman tersebut membawa kita bersatu melawan Virus Covid-19, taat protokol kesehatan dan tidak saling berebut melanggar yang berakibat fatal. Semoga kita tenteram agar  serangan Virus segera berlalu dan kita menerima budaya baru yang lebih dinamis. Aamiin YRA.

Haryono SuyonoComment