Pencegahan Stunting Melalui Posyandu Jemput Bola
BKKBN dewasa ini ditugaskan untuk menagani masalah stunting yang akhir-akhir ini merajalela di berbagai tempat. Pada tahun 1980 sampai akhir tahun 1990-an BKKBN membantu Departemen Kesehatan dalam pelaksanaan operasional Program Usaha Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK) pada semua desa di seluruh Indonesia. Dalam kegiatan operasional yang maha dahsyat itu BKKBN dengan seluruh PLKB dan relawan KB di seluruh Indonesia bersama jajaran bidan mengajak semua anak muda yang akan menikah, Ibu Hamil dan anak balita berkunjung ke Posyandu mendapat pencerahan tentang kesehatan reproduksi, persiapan seorang gadis yang akan menikah, pemeriksaan secara rutin ibu hamil, utamanya penimbangan ibu hamil dan nasehat selama kehamilan serta penimbangan balita, sehingga kalau perlu penambahan makanan bergizi untuk ibu hamil dan anak balita kurang gizi.
Dengan kekuatan PLKB tidak sebanyak masa lalu, tetapi banyak Kader KB Desa serta para peserta KB lestari, dewasa ini BKKBN bisa mengerahkan Posyandu yang banyak sekali, bahkan hampir separo desa telah dibangun gedung baru Posyandu di desa melalui penyediaan Dana Desa, maka para PLKB, akseptor KB Lestari dan Bidan Desa bisa menjadi ujung tombak untuk pencegahan stunting atau anak lahir berat badan kurang dan pengembangan masukan gizi untuk ibu hamil dan anak balita dengan sangat efektif.
Melalui peta KB yang akurat dan setiap waktu diperbaharui sambil keliling kontrol keluarga yang memiliki anak remaja, ibu yang baru menikah, ibu hamil, dan keluarga dengan anak balita, segera peta ditandai keluarga-keluarga sasaran KB dan sasaran keluarga sehat yang memerlukan pembinaan. Keluarga sasaran utama itu dilihat dengan teliti apakah berada dalam Zona merah karena risiko Covid-19. Apabila tidak maka para PLKB dan Bidan bisa mengusahakan agar mereka, utamanya sasaran utama tadi, sesegera mungkin mendapatkan Vaksinasi Covid-19 karena pemerintah telah memberi kesempatan tenaga muda untuk mendapatkan Vaksinasi. Tentu terlebih dahulu anggota PLKB dan Bidan memperoleh Vaksinasi karena fasilitas untuk tenaga kesehatan telah diberikan. Namun diingatkan bahwa biarpun sudah Vaksinasi sampai dua kali, protokol kesehatan tetap dipegang teguh.
Melalui peta KB yang ada harus dilakukan perencanaan gerakan Posyandu dalam bentuk lain. Sebelum masa pandemi sasaran utama itu harus diundang datang ke Posyandu. Dalam keadaan pandemi, maka Posyandu perlu melakukan perubahan jadwal, tidak buka satu minggu satu kali, tetapi mengadakan “kunjungan jemput bola” kepada sasaran utama secara bergilir. Kunjungan pertama tanpa membawa alat yang berat bisa diatur kunjungan kepada anak-anak gadis yang siap menikah dengan membawa pesan agar sebisa mungkin memelihara kesehatan dengan baik dan menikah minimal setelah usia 19 atau 20 tahun. Bisa juga dilakukan pemeriksaan oleh bidan tingkat kesehatan anak gadis itu dan diberikan nasehat manakala gadis itu kurang gizi atau menderita penyakit yang bisa berbahaya kalau menikah, hamil dan memiliki anak setelah menikah. Nasehat medis ini akan baik sekali kalau kunjungan kepada keluarga itu disertai anak sebaya yang bersedia menjadi relawan untuk ”gerakan gadis sehat sebelum menikah”.
Sasaran kedua yang perlu mendapat perhatian dalam “gerakan Poyandu Jemput Bola” itu adalah ibu yang baru nikah atau hamil. Kunjungan Posyandu kepada anak gadis yang baru nikah atau ibu hamil muda ini perlu membawa alat timbangan untuk menimbang berat badan ibu hamil tersebut. Dianjurkan agar ibu hamil kalau bisa beli alat timbangan sendiri sehingga secara rutin bisa menimbang berat badannya.
Perlu juga dilengkapi alat pengukur tekanan darah dan perlengkapan medis seperlunya. Ibu hamil muda tersebut setiap bulan perlu dikunjungi agar diketahui perkembangan berat badannya, diamati kesehatannya dan diberikan nasehat tentang masukan gizi untuk ibu yang sedang hamil tersebut. Apabila berat badannya tidak mengalami kenaikan perlu diselidiki lebih mendalam sebab-sebabnya dan diberikan nasehat yang tepat untuk dilaksanakan. Orang tua, suami atau keluarga yang berpengaruh terhadap ibu hamil itu perlu mendengarkan nasehat Ibu Bidan yang memeriksa. Kalau perlu diajak dokter Puskesmas setempat meyakinkan keluarga Ibu hamil tersebut. Segala observasi dan nasehat itu adalah untuk mencegah agar kehamilan ibu yang diperiksa berada dalam keadaan sehat dan mencegah kelahiran bayi di bawah berat badan normal, atau kurang dari tiga kilogram, yang bisa berakibat terjadinya kasus stunting.
Lebih lanjut para bidan Posyandu bisa memberikan nasehat pemeliharaan kesehatan bagi ibu hamil itu, menimbang berat badannya secara teratur untuk meyakinkan bahwa berat badannya selalu meningkat dan memperbaiki pola makan dengan nilai gizi tinggi. Kepada keluarganya dianjurkan mengolah halaman rumahnya menjadi Kebun Bergizi sehingga pada masa pandemi ini tidak perlu sering pergi ke pasar karena masukan gizi dari tanaman sayur dan buah bisa dipetik dari halaman sendiri.
Melalui Peta Keluarga kita bisa mengetahui keluarga yang memiliki anak balita sebagai target utama ketiga. Melalui Peta Keluarga dapat diketahui perkembangan pertumbuhan anak balita dengan tepat sehingga kalau berat badan anak tidak naik berarti ada gangguan pada tumbuh kembang anak tersebut. Upaya intervensi perlu dilakukan oleh pemerintah dan utamanya oleh keluarga sendiri. Intervensi oleh keluarga harus dijadikan modal utama karena bisa dilakukan setiap saat sedang dari pemerintah hanya pada saat jam kerja saja.
Pendekatan Posyandu Jemput Bola dengan kegiatan monitoring yang ketat serta sistematis, partisipasi semua kekuatan masyarakat luas dipercaya akan segera bisa menangani gizi buruk, stunting dan memberi ruang yang mandiri bagi setiap keluarga melihat dan memberikan pemberdayaan pada tumbuh kembang anak balita serta kehamilan yang sehat dan melahirkan anak sehat yang bisa tumbuh kembang secara sempurna pada seribu hari yang pertama. Insya Allah.