Mengapa Perguruan Tinggi Kurang Menghasilkan Wirausahawan ?

Wisudawan Perguruan Tinggi

Wisudawan Perguruan Tinggi

Catatan: Aam Bastaman

Banyak wirausahawan besar dan sukses bukan alumni/lulusan perguruan tinggi. Namun kemampuan mereka untuk sukses dalam kehidupan mencari nafkah dan merealisasikan ide dan kratifitas serta inovasi mereka seringkali jauh melebihi para lulusan perguruan tinggi.

Ilmu-ilmu yang mereka kuasai sebenarnya diajarkan di Perguruan Tinggi, terutama di fakultas yang berkaitan dengan kewirausahaan: Bisnis dan kewirausahaan, kepemimpinan, inovasi dan berpikir kritis, kemampuan komunikasi dan kemampuan  membaca dan memanfaatkan peluang, dan lain-lain.

Mereka tidak belajar secara formal, namun kemampuannya bisa melebihi mereka yang belajar formal. Mereka belajar dari praktek dunia nyata.

Betulkan pendidikan tinggi tidak penting dan kurang relevan dalam pengembangan kewirausahaan ? seperti disampaikan oleh wirausahawan nasional yang sukses Bob Sadno,  “Jika mau menjadi pengusaha, tidak perlu sekolah“. Seolah  meninggalkan kesan sekolah kurang berperan dalam membangun kewirausahaan. Ia sendiri kebetulan tidak mengenyam pendidikan tinggi, tapi  sukses sebagai seorang pengusaha besar.

Banyak pembangun bisnis raksasa di Tanah Air yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan Sudono Salim ( Liem Sioe Liong ) salah satu pengusaha terkemuka hanya berpendidikan SD. Namun ia berhasil membangun salah satu kerajaan bisnis yang terbesar di Indonesia.

Begitupun dengan Eka Tjipta Wijaya, yang hanya berpendidikan SMP, namun berhasil membangun bisnis konglomerasi dengan berbagai unit bisnis dan produk – produk konsumsi sampai properti, jasa keuangan dan manufaktur.

Mereka adalah orang – orang lama yang lahir dan tumbuh di era perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun pada generasi yang lebih muda juga menunjukkan tidak ada korelasi antara pendidikan yang ditempuh dengan kesuksesan membangun bisnis.

Selain Bob Sadino, nama lain yang fenomenal sukses menhadi pengusaha besar tanpa sekolah adalah Susi Pujiastuti. Bahkan Susi Pusjiastuti pernah menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) yang sangat populer karena keberanian dan kemampuannya yang tinggi dalam memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Padahal pendidikan formalnya hanya SMP (SMA tidak tamat)..

Masih banyak lagi tokoh – tokoh lainnya yang sukses menjadi wirausahawan sukses dengan hanya berpendidikan dasar dan menengah  tanpa mengenyam atau  menyelesaikan pendidikan tinggi, seperti: Basrizal Kato, Andre Wongso, Hendy Setiono, atau tidak menyelesaikan Pendidikan tingginya, seperti Andi F Noya.

Namun beda lagi dengan Chairul Tanjung, meskipun kuliah sampai selesai, tapi pendidikannya di fakultas yang diambil juga semula jauh dari pendidikan bisnis dan kewirausahaan (Fakultas Kedokteran Gigi). Setelah jadi wirausahawan baru mengambil pendidikan bisnis.

Fenomena pengusaha besar yang sukses tanpa mengenyam atau  menyeleaaikan pendidikan tinggi juga terjadi di luar negeri seperti Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.

Nama – nama seperti Bill Gates (pendiri Microsoft), Michael Dell (pendiri Dell Computer), Mark Zurkerberg (pendiri Facebook), Larry Ellison (pendiri Oracle), Steve Jobs (Apple), Walt Disney (Dysney Corporation), dan lain – lain, termasuk di Inggris, misalnya Richard Branson juga dikenal sebagai perbisnis suskses yang tidak mengenyam atau menyelesaikan berpendidikan tinggi. Meskipun tidak dipungkiri banyak juga para pengusaha besar yang lulusan perguruan Tinggi, seperti di Indonesia Aburizal Bakri ataupun Jusuf Kalla.

Dengan realita begitu banyak pengusaha raksasa yang tidak berpendidikan tinggi maka menjadi tantangan bagi dunia pendidikan tinggi, jangan sampai seperti dikhawatirkan banyak pihak – hanya menghasilkan calon - calon pegawai, bukan wirausahawan pencipta lapangan kerja. Ada lelucon, seringkali orang sekolahan bekerja menjadi pegawai pada orang tidak sekolah yang menjadi pembangun dan pemilik bisnis. Jadi siapa yang lebih pintar (smart)?

Bagaimana mereka yang tidak berpendidikan tinggi tersebut bisa begitu kompeten dalam bisnis? Membangun organisasi bisnis, memimpin, mengambil risiko, memanfaatkan peluang, memiliki imajinasi dan kreatifitas yang luar biasa tanpa belajar di sekolah formal?

Tentunya, ini pekerjaan rumah yang besar untuk membuat pendidikan tinggi lebih relevan dengan tuntuan dunia baru yang memerlukan kecakapan dalam membaca peluang, mengambil risiko, pengambilan keputusan, kepemimpinan, inovasi dan kreatifitas, serta kecakapan hidup, seperti daya juang, ketekunan, pantang menyerah dan motivasi untuk sukses.

Perlu pemikiran dan evaluasi bersama untuk membuat dunia pendidikan tinggi kita (terutama  fakultas/program terkait) lebih relevan dengan tuntutan dunia kewirausahaan yang kompleks, dinamis, penuh risiko, namun juga memberikan peluang yang menumbuhkan kesejahteraan banyak pihak.

(Aam Bastaman – www.aambastaman.com)

Foto: Sumber open access

Aam BastamanComment