Rektor Universitas NU Padang Pantau Vaksinasi Covid-19
Gerakan Vaksinasi Covid-19 yang dilakukan mengambil cara sebagai suatu Gerakan, mirip Program Nasional KB sejak tahun 1975, yang pelayanannya tidak saja di klinik, tetapi di tempat-tempat lain yang dipandang layak, sungguh merupakan terobosan yang sangat baik. Salah satu alasannya adalah bahwa peserta vaksinasi bukanlah seseorang yang sakit, jadi tidak perlu harus ke rumah sakit. Kedua adalah bahwa cakupan Vaksinasi harus cepat mencakup penduduk dengan risiko, utamanya penduduk dengan risiko tinggi sehingga pelayanan tidak menunggu peserta tetapi “harus bersifat jemput bola” suatu pelayanan yang diantar kepada konsumen. Ketiga, makin cepat cakupan terpenuhi, makin aman keadaan masyarakat pada umumnya.
Dr. Zasmeli Suhaemi MP salah seorang “Srikadi Posdaya” dari Sumatra Barat memberitakan bahwa setelah mengantar sekitar 60 orang Dosen dan tujuh orang karyawan Universitas NU Padang untuk vaksinasi pertama dan kedua beberapa waktu lalu, Rektor Prof. Yunia Wardi disertai Ketua BPP Prof. Ganefri ikut memonitor kegiatan Vaksinasi tersebut. Kegiatan yang dilakukan di lapangan tersebut membesarkan hati para dosen dan karyawan yang mendapatkan imunisasi. Lebih dari itu kegiatan tersebut merupakan syarat yang sangat penting dalam suatu gerakan. Lebih-lebih kalau kegiatan yang diikuti oleh banyak dosen tersebut kepada setiap dosen dianjurkan untuk “memberi tahukan” kepada saudara atau kerabatnya bahwa dirinya telah ikut mendapatkan Vaksinasi. Informasi yang berkembang dari seorang Dosen kepada kerabatnya itu mempunyai bobot kepercayaan yang tinggi untuk kemudian diikuti oleh kerabatnya dengan tingkat kepercayaan tinggi.
Salah satu sukses yang melatar belakangi keberhasilan program KB di masa lalu adalah informasi dari mereka yang ikut KB kepada rekan sesama pasangan usia subur lain. Rekan yang mendengar bahwa Ibu Umi sudah KB, akan bertanya pada diri sendiri “kenapa dirinya tidak”. Atau kalau Ibu Umi saja sudah berani ikut KB “kenapa dirinya rakut”, serta berbagai interpretasi lain yang menyebar luaskan gerakan yang sangat penting tersebut.
Yang lebih penting lagi kalau keputusan Rektor itu disebar luaskan kepada Pimpinan Lembaga formal lain, seperti Kepala Kantor atau Paguyuban di daerah tersebut sehingga tumbuh suatu konsensus yang luas bahwa gerakan Vaksinasi perlu segera diikuti masyarakat luas, suatu “demand creation” yang dalam vaksinasi Covid-19 ini masih kurang diperhatikan.
Peranan Rektor dan Ketua BPP dalam gerakan Vaksinasi sungguh sangat penting. Dalam Gerakan KB di masa lalu ada acara “Safari KB” guna memperluas cakupan, termasuk “Safari Bintang Sembilan” yang digelar oleh Organisasi Masyarakat seperti NU. Pada waktu itu Ketua Umum NU Gus Dur ikut terjun ke lapangan bertemu dengan ribuan pasangan usia subur yang dikumpulkan. Bersama Kepala BKKBN beliau berpidato tentang manfaat ikut KB. Kiranya tokoh-tokoh NU masa kini bisa juga ikut menjadi penggerak masyarakat mempercepat Vaksinasi, khususnya untuk penduduk usia lanjut dan orang-orang yang tugasnya banyak melayani masyarakat seperti tenaga medis, guru, pedagang di pasar, petugas angkutan umum dan lainnya.
Apabila gerakan itu dilakukan dengan mengerahkan tokoh-tokoh yang dianut masyarakat dan dilayani dengan baik, tanpa berbelit dan di tempat yang nikmat, di Kampus, atau tempat lain yang orang sehat tidak perlu takut, maka “demand creation” akan membantu masyarakat mendapatkan pelayanan terbaik dan negara akan sangat terbantu dengan datangnya peserta yang tidak perlu di suruh.
Kepeloporan Universitas NU di Padang tersebut, dalam suasana pandemi, yang memaksa anak-anak belajar dari rumah perlu diperluas dengan menganjurkan agar anak-anak, dengan bimbingan kakek, nenek serta orang tuanya diajak mengolah tanah di halaman muka dan belakang rumahnya menjadi Kebun yang ditanami sayur dan buah guna meningkatkan gizi keluarga sehingga daya tahan tubuh makin bertambah tinggi dan tidak mudah terkena penyakit, termasuk Virus Corona. Semoga.