Menjabarkan Komitmen Menurunkan Jumlah Perkawinan Usia Muda

dini1.png

Guna menyambut Peringatan Hari Kartini 21 April 2021 Sekolah Tinggi Kesehatan Mitra RIA Husada (SMRH) di Jakarta yang dipimpin  Dra Sri Danti Anwar MA didampingi Pembina SMRH  Prof Dr Haryono Suyono menggelar Acara Webinar dengan tema yang sangat menarik “Seberapa Penting Pendewasaan Usia Perkawianan Anak dalam Mewujudkan Kesehatan Perempuan yang Berkualitas”.

Webinar ini menghadirkan tokoh-tokoh pejuang perempuan yang luar biasa, Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo sebagai Ketua Umum Pita Putih, Dra Lenny Rosaline MSc Deputi Menteri Pemberdayaan Perempuan Bidang Kesetaraan Gender, Zumrotin K, Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan, Bidan Hj Ella Rogati SST, Mkes, mahasiswa Profesi Bidan SMRT Jakarta dipandu moderator Dr. H. Engkus Kusdinar MPH, Dosen SMRH.

Webinar yang dibuka oleh Ketua SMRTH Dra Sri Danti Anwar MA dengan mengucapkan terima kasih kepada para pakar dan aktifis yang selama ini berjuang degan gigih melalui berbagai bentuk advokasi dan mendorong masyarakat menerima budaya baru menikah pada usia yang lebih dewasa melalui persiapan kesehatan dan pendidikan yang baik dan kematangan jiwa guna menjadi orang tua yang berkualitas. Selanjutnya Pembina Prof Dr. Haryono Suyono menambah beberapa langkah persiapan pemberian pembekalan kepada anak perempuan secara dini dalam bidang kesehatan dan pendidikan serta wawasan yang luas. Persiapan ini perlu diberikan kepada orang tua, seluruh keluarganya dan masyarakat sekeliling anak perempuan agar seluruh masyarakat memberi perhatian tinggi dan dukungan kuat pada waktu anak perempuan tumbuh kembang dan siap untuk menikah.

dini2.png

Ibu Dr. Ir. Giwo Rudianto Wiyogo yang juga Ketua Kowani membeberkan usaha Pita Putih sejak dibentuk dan dipimpin Ibu Dr Hartati Pandi MPH serta hubungannya dengan gerakan dunia yang populer. Dijelaskan juga bagaimana Organisasi Pita Putih yang dipimpinnya berkembang di semua provinsi dan kabupaten secara luas. Berbagai kegiatan advokasi digambarkan dengan pemutaran vidio kegiatan yang menarik.

dini3.png

Ibu Zumrotin K, Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan yang sangat terkenal dalam jabatan sebelumnya dalam Yayasan Hak-hak Azasi Manusia menceritakan perjuangan organisasinya dalam menata hukum sebagai landasan gerakan untuk meningkatkan landasan kegiatan peningkatan usia nikah bagi anak perempuan. Secara jelas digambarkan bahwa perjuangan tersebut tidak mudah. Bahkan biarpun telah ada dasar hukum tetap banyak pernikahan perempuan di bawah umur karena ada kesempatan untuk mendapatkan dispensasi. Karena kesempatan dispensasi secara hukum, biasanya oleh masyarakat dijadikan alasan untuk menikah atau  menikahkan anak setelah diputus dengan keputusan Hakim. Sesuatu yang tidak mendukung karena biasanya Hakim mengabulkan permintaan ijin tersebut setelah diberikan berbagai alasan yang dapat diterima oleh Hakim. Sehingga karenanya dasar hukum yang jelas bisa dilanggar secara resmi karena adanya “dispensasi” yang disahkan secara hukum.

dini4.png

Dra Lenny Rosaline MSc yang selama ini menjabat sebagi Deputi yang mengurusi advokasi upaya peningktan usia pernikahan baru saja dipindahkan pada upaya peningkatan kesetaraan jender. Namun dari segi kebijakan yang dirumuskan oleh Menteri Peningkatan Peranan Perempuan dan data pendukungnya sudah sangat lengkap. Barangkali  para mahasiswa yang ikut Webinar bisa mengambil data itu untuk menulis Thesis atau bahkan Disertasi. Kita sangat bangga dan menghargai penyajian data tersebut.

Sayangnya upaya tersebut belum seluruhnya dijalankan dengan komitkan operasional dan indikator yang harus dipenuhi oleh Kepala Desa serta organisasi masyarakat terhadap perubahan perilaku keluarga atau anak perempuan yang menikah pada usia yang kita harapkan. Indikator perubahan tingkah laku itu perlu dikembangkan sebagai ukuran operasional, mulai dari laporan hakim yang menolak usulan dispensasi untuk nikah secara dini, Kepala Desa bukan mengukur berapa kali memberikan kampanye tetapi penurunan secara drastis dari jumlah anak perempuan di desanya yang menikah secara dini, dan dari jumlah kasus pernikahan dini yang menurun.

dini5.png

Presentasi beliau, seperti juga presentasi penyaji lain sangat mempesona. Kini tiba waktunya untuk meningkatkan komitmen pada berbagai usaha yang diukur dari perubahan  tingkah laku anak perempuan dan perubahan tingkah laku sebagai solusi orang tua atau keluarga dalam mengatasi masalah keluarga, ingin segera melepaskan anak perempuannya agar mengurangi beban keluarganya atau menambah penghasilan keluarganya.

Presentasi Bidan Hj Ella Rogati SST, Mkes, merupakan sebagian langkah nyata yang harsu banyak kita lakukan di masa depan. Jumlah tingkah laku itu perlu diperbanyak oleh sahabat yang beruadsaha menurunkan kasus nikah usia dini yang menurt Ibu Leny kasusnya justru akhir-akhir ini meningkat. Karena advokasi landasan hukum tertulis sudah berhasil, pendataan kabupaten dan desa yang memiliki kasus nikah dini cukup memadai, tiba waktunya menantang para penggerak di tingkat desa mengejar kejuaraan memiliki anak perempuan menikah dini, keluarga yang menikahkan anak pada usia dewasa, perlu segera dirumuskan sebagai langkah-langkah kokrit. Kalau perlu diusahakan dana oleh pemerintah agar Organisasi masyarakat dapat membnatu gerakan masyarakat yang luas bukan lagi meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, tetapi langkah nyata operasioanal, mulai dari mencari alternatif yang lebih menguntungkan dibanding nikah dini dan bagimana mengejar kejuaraan yang lebih terhormat sebagai desa dengan kasus nikah dini yang terkecil.

dini6.png

Langkh-langkah operasional itu dikerjakan secara gotong royong, bukan hanya oleh organisasi yang jumlahnya sudah cukup banyak, tetapi kita perluas pada organisasi lain yang bergerak secara operasional dekat dengan sasaran menghasilkan perilaku yang gigih menaikkan usia nikah seperti sebagian dicontohkan ibu bidan di desa-desa di Banten.

Penggerak operasional tersebut antara lain Kepala Desa yang hasilnya diukur melalui indikator menurunkan jumlah anak perempuan nikah dini, Ketua RT yang wilayahnya memiliki jumlah anak perempuan nikah dini yang menurun, bidan yang melaporkan pemberian nasehat kepada keluarga yang memiliki anak perempuan agar memelihara kesehatannya dengan pertolongan bidan sejak usia dini. Sekaligus seorang bidan yang bersahabat dengan pasangan usia subur menganjurkan agar anak perempuan dijadikan target selain memelihara kesehatan juga terus menunut ilmu dan bekerja dengan tekun agar keinginan menikah makin menipis dan hilang. Serta kjegiatan lain yang diukur dari makin hilangnya nikah dini seperti sebagian dilaksanakan Ibu Bidan Ella di Baten. Sungguh suatu Webinar yang dipandu dengan baik oleh Dr. dr. Engkus Kusdinar MPH yang bijaksana.

Haryono SuyonoComment