Dosen Traveling: Mesjid Biru dan Aya Sophia Istanbul
Turun dari trem, seorang lelaki yang ramah memberitahu lokasi Mesjid biru (dikenal juga sebagai Mesjid Sultan Ahmet 1). Ia bilang lokasinya tidak terlalu jauh, bisa berjalan kaki.
Jalanan dari tempat pemberhentian trem ke Mesjid Biru menurun ke arah dekat pantai, ada di daratan yang lebih rendah. Saya baru tahu kemudian itu pantai Bosporus.
Karena belum sarapan, saya mampir dulu di sebuah kafe, pesan kopi, ternyata dihidangkan pula sejenis roti, satu paket dengan kopi. Harga 10 lira Turki. Kopi Turki terasa enak, di hirup pelan-pelan di pagi hari yang dingin.
Mesjid Biru ternyata masih tutup. Dari luar terlihat nyata kemegahan masjid dengan 5 kubah utama dan 6 menara. Dari luar tidak terlihat warna biru. Yang menjadi ikon biru adalah interiornya, semula dominan warna biru.
Jam menunjukkan pukul 6.30 waktu Istanbul. Alhamdulillah secangkir kopi dan roti membantu badan terasa lebih segar, setelah perjalanan panjang dari Antalya, kota wisata di Laut Mediterania. Saya baru tiba di Istanbul Airport menjelang subuh.
Usai minum kopi saya menuju Mesjid yang dikelilingi taman – taman yang asri, Udara terasa dingin, masih peralihan musim dingin ke musim panas. Ternyata masih belum buka.
Ada seorang lelaki yang dengan ramah menawarkan karpet dan mengajak saya untuk mampir ke tokonya. Saya tahu ini modus jualan. Meskipun saya sempat mampir ke tokonya, yang tidak begitu jauh dari masjid, saya menolak untuk beli. Ia bilang barang bisa dikirim ke Indonesia.
Kembali ke Mesjid, sudah di buka. Alhamdulillah bisa lihat – lihat keliling, masuk ke dalam masjid dan sholat. Petugas mesjid memberi plastik untuk membungkus sepatu di bawa ke dalam. Interior masjid begitu indah, terlihat sentuhan tangan dingin sang arsitek.
Mesjid yang indah dan bersejarah disebut juga Mesjid Sultan Ahmet 1, Sultan pada masa kesultanan Utsmaniyah (Turki Ottoman) yang membangun Mesjid ini pada tahun 1609 - 1616 Masehi.
Usai shalat saya berjalan mengelilingi masjid, dan melihat ke taman – taman di sekitar Mesjid yang penuh dengan tanaman dan bunga. Secara tidak sengaja, saya melihat papan petunjuk “Aya Sophia”. Agak turun sedikit dari Blue Mosque. Saya tidak mengira jalan antara Mesjid Biru dengan Aya Sophia begitu dekat.
Nama Aya Sophia atau Hagia Sophia sangat dikenal luas dan juga menjadi salah satu tempat yang menjadi destinasi bagi mereka yang mengunjungi Istanbul. Dibangun pada tahun 532-537 M oleh Kekaisaran Byzantium Romawi Timur.
Sejarah Istanbul lekat dengan penakhlukkan kembali kota ini (sebelumnya bernama Konstantinopel) dari Kekaisaran Byzantium Romawi Timur oleh Sultan Mehmet II atau dikenal dengan Muhammad Al Fatih (Sang penakluk). Setelah berhasil direbut kembali Konstantinopel pada tahun 1453 dari kekaisaran Byzantium, namanya berubah menjadi Istanbul, salah satu kota tercantik di dunia. Saat penaklukan Konstantinopel usia Sultan Mehmet II (Al Fatih) masih sangat muda, 25 tahun.
Di era kekaisaran Byzantium Romawi Timur Aya Sophia merupakan sebuah Gereja Orthodox. Sebuah bangunan bersejarah yang sangat indah. Kubah besarnya menjadi begitu terkenal. Melambangkan arsitektur Byzantium. Konon banagunan ii telah merubah wajah arsitektur dunia. Setelah penakhlukkan Istanbul oleh Al Fatih, Aya Sophia sempat dijadikan Mesjid. Kemudian pada tahun 1934 menjadi Museum, setelah Kemal Attaturk berkuasa (1923-1938), yang membawa Turkey dari sebuah Kesultanan menjadi Republik Turki, dengan ideologi sekularis dan nasionalis.
Beberapa tentara terlihat berjajar jaga di depan pintu masuk Aya Sophia. Di sebelah kanan terlihat pantai dan laut yang biru seperti halnya Mesjid Biru. Aya Sophia juga tidak jauh dari pantai Bosporus. Sayang saat saya datang aya Sophia sedang direnovasi, masih tertutup untuk dikunjungi.
Belakangan tepatnya tahun 2020 lalu, pemerintahan Presiden Erdogan membuka kembali Aya (Hagia) Sophia sebagai Mesjid, setelah pengadilan Turki memutus bahwa konversi Hagia Sophia menjadi sebuah museum pada tahun 1934 adalah illegal.
(Aam Bastaman – aambastaman.com)
Photo-photo: Sumber open access