Para Alumnus SMP 13 Gerak Cepat Lihat Contoh Gerak Peduli Disabilitas
engurus Alumni SMP 13 Jakarta yang berasal dari berbagai daerah setelah berhasil menggelar Acara Zoom minggu lalu, hari ini dipimpin Bapak HM Gunther Gemparalam SE, MA didampingi Bapak-bapak Hary Suryono Santoso, Hilman Salim, Ibu Dian Anggraini dan bapak yang lain yang tidak sempat kami catat namanya mengadakan pertemuan dengan Ibu Yuli isminarti Sapto, Pimpinan Anggrek Karya Cacat Berkreasi (KCB) bersan Bapak Kyai Bpk Kiai Abdul Jabar dari Darulaytam Attaqwa, Babelan. Bekasi yang sempat didampingi oleh Bapak Ptof. Dr. Haryono Suyono sebagai Pembina Yayasa Aggrek awal dr. Rina Mardiana mengikuti acara sampai selesai. Kita perlu kagum pada semangat bapak ibu yang biarpun alumni SMP rata-rata sudah sepuh tetapi memiliki semangat tinggi. Kali ini Ibu Kepala SMP 13 Ibu Sugiarti dengan semangat yang tinggi ikut hadir dan kelihatan memiliki minat membangun SMP 13 yang punya ciri khusus dibanding sekolah lain di Jakarta.
karena hari Minggu, Di berkahi Tuhan Yang Maha Esa, pada hari Minggu yang cerah tersebut, Prof Dr Haryono Suyono bersama pimpinan Yayasan Amal Alumni Tiga Belas (YAA 13) menyempatkan diri bersilaturahmi dan berkunjung ke Anggrek Karya Cacat Berkreasi (KCB) Darul Aytam Attaqwa pimpinan Ibu Sapto Yuli Isminarti di kawasan Babelan, Bekasi Utara adn mendengarkan segala komentar dan ikut memberikan gambaran mulai sejarah Ibu Yuli dari Malang sampai sekarang ditampung Pak Kyai Dr KH Abdul Jabar Majid, MA yang baik hati di Bekasi..
Diskusi yang menarik dipimpin oleh Bapak Gunther yang alumnus Lemhannas, mengetengahkan pembicara hampir semua tamu penting yang ikut dalam perjalanan ke Pertemuan tersebut. Secara kebetulan pabrik Bu Yuli libur hari Minggu sehingga separo ruangan diubah menjadi Ruang Pertemuan dilengkapi dengan poster gambar tamunya.
Oleh Bapak Gunther Ibu Yuli mendapat kesempatan bicara lebih dulu secara panjang lebar meniru gurunya meyakinkan tamunya-tamunya, Hampir seluruh program yang dikerjakan diceritakan dengan menarik sehingga komentar para tamu langsung menaruh simpati dan menjadi sangat yakin atas konsep kolaborasi, konsep inklusif, sebagai pendekatan jitu. perhatian tamu-tamunya. Pak Kyai menyambung betapa Ibu Yuli diberi kesempatan dan doa untuk memanfaatkan Pesantren sebagai induk markas besarnya dengan baik. Bahkan bebas memperluas usaha apabila ada kesempatan terbuka untuk suatu usaha “yang laku jual” agar supaya Ibu Yuli dapat memberi kerja kepada banyak ibu-ibu yang nganggur karena suaminya melaut atau bekerja di pabrik. Usaha yang semula dimaksud untuk penderita cacat akhirnya diubah untuk keluarga miskin dalam satu kesatuan, bukan dihargai miskin atau cacatnya, tetapi dihargai dan diukur dari hasil kerjanya yang ditetapkan dengan “sistem target” yang disertai acuan pada kualitas. Kalau seorang pekerja tidak memenuhi target, diharuskan mengikuti latihan ulang, tetapi kalau tetap santai dan tidak bisa ikuti irama teman-temannya, maka dengan tegas Ibu Yuli yang lemah lembut itu “mempersilahkan yang bersangkutan agar mencari kerja lain” karena tidak bisa ikuti irama teman lainnya.
Ibu Yuli juga menciptakan “kerja di rumah penduduk sendiri” tetap dikontrol target dan kualitas, yitu dengan mengambil kain yang sudah dipotong, benang dan mesin jahitnya. Kalau kerjaan di rumah baik bisa terus karena alasan anaknya masih kecil atau lainnya, tetapi kalau kualitasnya melorot dan targetnya menjadi lamban, kesempatan itu dicabut dan digantikan pekerja lainnya. Bahkan dijanjikan kalau bekerj pada ibu Yuli bebas hutang dunia akherat. Yang dunia diatur tiap hari bisa gajian dan yang akherat Ibu Yuli selalu keliling kampung di sekitar atau sampai daerah lain yang terkena bencana rop atau meluapnya gelombang laut. Kegiatan itu dilakukan bersama rekan-rekan sebagai amal ibadah membagi nasi bungkus, beras atau keperluan lain “untuk keperluan darurat”. Tetapi saya selalu ingatkan bahwa penerima bantuan tidak boleh manja, harus rajin bekerja keras memperbaiki sistem yang rusak, atau ikut kerja sehingga bila ada musibah rob tidak lagi minta bantuan. Suatu pendidikan sederhana tidak selalu menengadahkan tangan.
Ibu Yuli juga memiliki pengalaman pekerjanya diburu hutang, akhirnya menciptakan sistem setiap hari gajian sehingga harus belanja sesuai kemampuan karena tidak ada lagi gajih bulanan yang ditunggu. Inovasi inovasi kecil seperti ini selalu saya tulis dan pamerkan pada rekan Akademisi yang mengadakan Seminar sehingga tidak jarang Ibu Yuli diantar suami ikut dalam Seminar Internasional atau nasional sebelum pandemi yang panjang. Saya belum mengajak ikut dalam Webinar karena perlu waktu yang tepat. Bu Yuli sedang siap-siap setiap kali mengadakan interview yang direkam suaminya dan disiarkan melalui WA ke seluruh penjuru dunia karena saya siar ulang pada jaringan saya yang bersifat globa karena Ibu Yuli selalu memuji saya, ha ha.
Akhirnya Pak Haryono Suyono diberi kesempatan yang dimulai degan mencaertakankeberanian Ib Yuli mengundang mantan Menko Kesra dan Ketua Umum DNIKS dengan memberi tahu Walikota Malang sehari sebelum acara dimulai sehingga Walikota datang tetapi “Ibu Yuli mendapat marah” karena mengundang tamu penting mantan Menko yang memiliki Bintang RI Utama dan Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT yanpa protokol resmi. Saya tenangkan bahwa jabatan dan bintang kehormatan justru harus dibuktikan bahwa yang memiliki memang cinta pada rakyat pada umumnya, khususnya yang miskin dan disabilitas.
Pertemuan yang diselenggarakan berjalan lancar, masyarakat mendapat banyak manfaat dan bantuan dari berbagai instansi. Kementerian Desa PDTT juga memberi perhatian dan masyarakat tergerak menjadikan Candi kuno sebagai daya tarik Wisata Desa lengkap dengan tariannya yang menarik banyak pengunjung sebelum pandemi. Sejarah Ibu Yuli banyak memiliki gagasan muluk tetpi saya ajri sabar untuk menggalang “sopan santun” membangun sharing gagasan dengan para pejabat dan peminat sehingga memperoleh simpati dan programnya bersifat “inkludif” kalihatannya milik orang banyak.Gagasan yang rupanya beliau ambil karena banyak berhubungan dengan rekan-rekan beliau adalah kesempatan menjahit yang bersifat konfeksi. Tetapi beliau belum punya msin. Maka segra kami atur dengan bank yang kami kenal untuk diantu di beri kredit mesin jangan kaatir kami akan memberikan agunannya. Ibu Yuli siap dengan sistem cicilannya. Usaha itu berhasil dan Ibu Yuli merasa usaha di Malang terlalu kecil dan berkat bantuan pak Kyai Ibu Yuli “hijrah” ke Jakarta dan sekarang menjadi sangat terkenal karena sering ikut Seminar Nasional dan Internasional sebelum masa Pandemi.
Cita-cita beliau ingin ikut dan memberi semangat anak cacat berlatih bisa bekerja di Jepang, Korea atau daerah lainnya, semoga suatu kali bisa terwujud kalau suasana Pandemi mereda. Pertemuan kemudian disambut ibu bapak pengurus beberapa lembaga untuk kolaborasi secara gotong royong membantu secara sinergy proses pemberdayaan keluarga miskin atau cacat memperbaiki nasibnya secara terhormat. Insya Allah.