Taburkan Melati Untuk Doakan Ibu Tercinta dengan Kasih Sayang
Dengan penuh kasih sayang pak Haryono disertai mas Fajar, Rudi, Rina dan pak Bibit satu semi satu menaburkan bunga Melati di pusara Ibunda tercinta Astuty Haryono dengan penuh kasih sayang. Setitik air mata rindu mengambang di pelupuk mata sambil membawakan doa dari cucu-cucu yang pamit tidak ikut ke Makam neneknya karena sedang mengikuti ujian atau tes ekolahnya. Biarpun mereka di rumah masing-masing tetapi cucu-cucu mengetahui bahwa kakeknya serta bapaknya ziarah ke makam nenek menaburkan bunga melati dan mendoakan dengan khusuk nenek yang mereka sangat cintai.
Cucu tersayang Lola, anak terkecil Mas Fajar kemarin sangat ingat pada neneknya tersayang karena ulang tahun yang ke sepuluh. Biasanya selalu diajak nenek ke Mall memilih sendiri apa yang sangat diimpikannya untuk hadiah ulang tahun. Maka kemarin pagi-pagi kue diantar tantenya dr. Rina yang secara khusus membuat kue ulang tahun yang cukup besar sebagai tanda kasih sayang keluarga dari Perdatam.
Secara kebetulan uang pensiun sudah masuk ke dalam rekening Bank secara otomatis, maka diberikannya amplop mewakili neneknya agar Lola yang biasa diajak ke Mall, segera setelah selesai dengan ulangan dari sekolah, bisa pergi bersama Ocha dan Lila kakak-kakaknya yang juga selesai dengan beberapa ulangan di Sekolahnya. Kakaknya Mas Bima barangkali tidak bisa antar karena kuliahnya yang padat di Unair biarpun memakai sistem Daring. Bahkan hari ini dengan rasa bangga titip pesan kepada Bapaknya yang ikut ke Makam bahwa dalam Semester kedua sekarang ini sudah “kaya dokter” karena sudah diminta membuat Vidio bagaimana
Mas Bima memukul dengkul untuk melihat reaksi seorang pasien kalau dipukul. Mahasiswa Mas Bima sambil senyum-senyum dengan serius mengerjakan “perintah dosennya”, takut kalau tidak serius dianggap tidak lulus. Padahal menurut kakeknya, dokter yang baik tidak boleh serius karena kalau serius memukul dengkul, “pasiennya bisa lari ketakutan”.
Anak-anak mbak Ria, Cicik sibuk dengan kuliahnya pada Universitas Diponegoro biarpun juga memakai sistem Daring. Mas Randi dan mas Indra yang sudah jadi Insinyur muda tidak berani absen tetap ke kantor dengan protokol kesehatan yang ketat. Anak mbak Dewi mbak Cherry sibuk dengan anaknya tersayang Mbak Bea yang sedang giat lari ke sana ke mari seakan rumah neneknya belum pernah dijelajahi. Mas Ray baru saja lulus sebagai sarjana Akuntansi dari Universitas Atmajaya, biarpun cita-citanya kepingin jadi pilot.
Sampai dirumah ditunggu oleh mBak Gita dan bosnya Pak Benny Tjahjadi Rusli dari Bank Permata yang baru dibeli oleh Bank dari Bangkok. Dikabarkan bahwa Bank Permata sekarang lagi banyak duit sehingga kalau mau ambil kredit, banyak kesempatan yang terbuka. Sesungguhnya yang ditunggu bukan kesempatan kredit, tetapi dibukanya CSR, Corporate Social Responsibility, atau sumbangan Corporasi untuk kepentingan pemberdayaan atau bantuan sosial untuk merangsang kemandirian. Semoga dalam keadaan usaha rakyat sedang terpuruk dewasa ini, usaha Bank dan usaha besar lainnya, beramai-ramai membantu pemberdayaan ekonomi mikro dengan program pemberdayaan. Kami dari Yayasan Anugerah siap menjadi penyalur dan memberikan pendampingan yang diperlukan. Semoga.