Kenangan yang tidak bisa di bayangkan pada masa lalu

ke1.jpg

Mas Ganda, baju kaos biru, lupa ditanya “jadi Bos apa sekarang, karena perutnya buncit berkat sering makan siang dan malam menghibur kliennya”  datang bersama istri dan anaknya yang manis , mas Franky tetap jomblo  seperti dulu tetap ngganteng sekali, Linda, Edy dan anaknya, Rika bersama suami dan anaknya serta Mas Fajar, Rina dan suaminya Mas Rudi setelah membaca kisah kunjungannya ke Kebun Loji Nenek di Bogor melalui “gemari.id” lanjut  berkomentar kegembiraan yang sangat mengharukan.

ke2.jpg

Persahabatan yang lebih dari empat puluh tahun rupanya masing-masing telah menorehkan kenangan yang indah. Sebagian  anak-anak memiliki keturunan yang manis seperti ibu bapaknya. Acara nostalgia sambil berbincang bahwa dunia sangat berubah mewarnai pembicaraan “orang tua” yang dulu muda dan ceria.

Keharusan memakai Masker makin menjadi bagian dari budaya sehingga waktu makan singkong goreng yang hangat karena habis dicabut langsung digoreng di tempat, sewaktu masuk mulut terhalang Masker yang belum dicopot, sungguh sangat menarik.

keb3.jpg

Mereka melihat dengan mata kepala “orang kota” bahwa petani yang biasa mereka baca ternyata sangat tekun menunggu tanamannya dengan kasih sayang tetapi tatkala tanaman itu siap panen, maka dicabutnya sampai seluruh akarnya. Barangkali petani merayu kepada si korban bahwa induknya akan diganti tanaman lain yang sama sehingga kehidupan kelompok bayem atau tanaman lain akan lestari karena petani memberikan jaminan yang setiap kali selalu dipatuhi sehingga kelompok tanaman itu selalu terjamin.

panen3.jpg

Kehidupan alam semesta selalu menarik karena menjelang sore hari burung-burung berdatangan saling berbagi dengan bunga menclok di satu bunga membawa butir-butir serbuk pindah ke bunga lainnya dan butir-butir itu di tinggalkan untuk kawin dengan pasangannya yang menunggu p[ada bunga yang siap nikah. Terjadilah penyerbukan yang menghasilkan buah, suatu kerja sama yang saling menguntungkan untuk memelihara kelestarian “umat tumbuhan” yang difasilitasi burung yang menyadap makanannya dengan senang hati tatapi di kaki-kakinya membawa serbuk yang ditularkan kepada bunga lainnya. Sungguh suatu kehidupan alam yang saling tolong menolong seakan “simbiosa mutualistis” yang mesra dan saling menghasilkan. Suatu teladan bagi manusia agar tidak lagi saling bertengkar tetapi menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Melihat kenyataan itu anak-anak kota yang hadir makin kagum bahwa didunia lain ada aturan yang tidak tertulis tetapi dianut oleh kupu-kupu atau burung yang tunduk pada aturan yang diciptakan oleh Sang Maha Agung. Suatu [pertemuan nostalgia yang memberi kesan dan perlu dijadikan agenda nasional untuk saling belajar dengan alam dalam kedaan sejuk dan penuh kedamaian. Aamiin TRA.

kebun6.png
Haryono Suyono2 Comments