Bazar Anak Muda di Kebun Nenek Astuty

Sejak pagi-pagi tadi, Sabtu 5 November sampai besok, beberapa alumni UI dari Fakultas Komunikasi, menggelar bazar saya sebut saja “anak muda masuk desa” menggelar bermacam produksi anak neger dengan “harga murah” tetapi kualitas tinggi. Mereka menyajikan sayur mayur, pakaian anak-anak, remaja serta gadis-gadis dewasa. Adfa juga baju “pre love” dengan harga satu per limabelas harga aslinya……

Sejak pagi-pagi beberapa penduduk desa sekitar berkerumun melihat produk yang digelar pada sepuluh stand anak muda perkotaan tersebut. Produk yang memang cocok untuk konsumsi anak muda langsung diambil dan dibeli. Seorang lulusan sebelum tahun 2000 Fifi yang ceria mengaku telah mengantongi sekitar satu juta rupiah dan dengan senyum segarnya akan datang besuk pagi lagi, siapa tahu berita sudah tersebar luas di kalangan penduduk desa. Apalagi kalau anak-anak muda dengan latar belakang komunikasi bisa duduk sebentar merancang leaflet sederhana yang menarik.

Di sekitar Kebun Astuty, sepanjang jalan sampai ke Lapangan Golf, banyak sekali toko dan warung berjualan macam-macam barang yang dijual dalam bazar yang bisa ditarik untuk berkunjung kalau produk baju dan pakaian yang dijual bisa dijual dengan harga bersaing. Rupanya ahli-ahli komunikasi yang mengambil prakarsa mulai hari ini perlu belajar lebih gesit dalam pemasaran biarpun beberapa telah menggait pembeli awal yang menarik, tetapi mereka harus belajar menarik pembeli awal itu untuk mendorong keluarga dan sahabatnya untuk menyusul datang dan berbelanja. Anak-anak muda tersebut perlu mengajak teman-teman penghibur yang ahli main musik untuk membuat suasana bising agar “mengundang” orang untuk bertanya-tanya adanya suasana yang dicipta musik tersebut.

Sebagai mantan mahasiswa komunikasi, mereka terlalu sibuk mempersiapkan stand dan produk yang dijual, tetapi sayang lupa mempersiapkan calon pembelinya. Besuk lagi perlu mengibarkan umbul-umbul dan daya tarik lain  agar bisa mendatangkan banyak orang dengan cara bergiliran datang dengan disiplin kesehatan yang ketat.

Kalau perlu variasi barangnya ditambah dengan memperhatikan sasaran pedesaan karena “rumah komplek” relatif penghuninya belum banyak. Semoga makin banyak pengunjung yang datang dan membeli komoditas yang dijual anak-anak muda tersebut dengan “harga murah.”.

Haryono SuyonoComment