Gagasan Beasiswa untuk Keluarga Terpuruk Covid-19 menuai Simpati

Mantan Menko Kesra Prof. Dr. Haryono Suyono minggu lalau berbincang tentang pengelolaan Perguruan Tinggi swasta dengan mantan Sekretaris Menko Kesra dan Taskin Dr. Mochamad Sudarmadi dan mantan Deputi BKKBN dr. Sri Hartati Pandhi MPh yang kebetulan mantan Kepala atau Rektor STIKES Mitra RIA Husada di Jakarta. Pembicaraan berkisar seretnya memelihara dan mendapatkan mahasiswa baru berhubung adanya musibah pandemi Covid-19.

Pengalaman Rektor Unesa di Surabaya yang memiliki jumlah mahasiswa hampir 40.00 orang,  hal ini tidak menjadi masalah karena Rektor bisa membantu mahasiswa yang terpuruk itu dengan subsidi silang, yaitu mahasiswa yang terpaksa harus drop out “tertolong” ribuan mahasiswa lainnya. Begitu juga dengan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah di Semarang, subsidi silang dan berbagai bentuk wakaf atau sumbangan dari anggota Muhammadiyah bisa menutupi biaya yang harus dikeluarkan oleh Perguruan Tinggi yang terancam pendapatan menyusut. Tetapi bagi Universitas swasta yang jumlah mahasiswanya masih pas-pasan untuk tetap hidup, subsidi silang itu tidak mencukupi guna menjamin adanya dosen dan kelengkapan lain yang menjamin kualitas Perguruan Tinggi yang diasuhnya, Pimpinan Yayasan dan kalangan Pimpinan Perguruan Tinggi lainnya harus berjuang ekstra keras untuk bertahan dengan menjamin mutu yang tinggi.

Ada gagasan menarik yang sedang dikembangkan oleh para tokoh-tokoh yang sangat peduli terhadap masalah pendidikan pada umumnya yaitu menggerakkan masyarakat menghidupkan kerja sama gotong royong untuk memantu para mahasiswa yang kebetulan orang tuanya terpuruk gara-gara Covid-19 atau alasan lainnya. Gagasan itu adalah pemberian beasiswa secara gotong royong, setiap biaya kuliah dibagi tiga, empat atau lima kelompok penyumbang. Kalau dibagi tiga, maka sepertiga dibayar oleh mahasiswa dan keluarga atau perusahaan di mana mahasiswa bekerja, sepertiga dibayar oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan dan sepertiga lainnya dibayar oleh suatu lembaga yang dibentuk untuk mencari dukungan publik demi masa depan anak bangsa. Apabila pembaginya makin banyak, maka setiap peserta gerakan ini akan harus memberi sumbangan dalam jumlah yang makin kecil. Sebagai kompensasi, kepada para penerima sumbangan, dalam rangka “kuliah Merdeka” diwajibkan melakukan “tugas’ yang diberikan untuk membantu rakyat di desa sehingga “cita-cita belajar Merdeka” bisa juga berjalan secara terpadu untuk meningkatkan kemampuan rakyat banyak.

Dalam waktu singkat gagasan ini akan dibahas bersama Rektor Universitas Trilagi Prof Mudrajad Kuntoro untuk segra direalisir sehingga menjadi gerakan nasional. Mari secara gotong royong ikut membantu anak-anak bangsa tidak terpuruk gara-gara pandemi Virus Covid-19 melalaui partisipasi yang ikhlas dalam gerakan menjamin keberlangsungan pendidikan anak bangsa untuk masa depan yang lebih unggul.

Haryono SuyonoComment