Mempersiapkan Bantuan Truk Pemadam Kebakaran untuk Kota Surabaya
Sejak memangku Jabatan sebagai Kepala BKKBN sampai masa pensiun di tahun 2000 Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat sebagai anggota Tim Ahli Internasional Walikota Kobe di Jepang. Pengangkatan itu dilakukan setelah Kota Kobe dilanda gempa luar biasa yang dalam waktu singkat dibangun kembali sebagai Kota dagang dan industri yang sangat modern dan luar biasa. Para Penasehat terdiri dari para Guru Besar dan ahli dari berbagai Negara sengaja dibentuk untuk setiap tahun bertemu, berbincang dan memberikan saran kepada Walikota Kobe bagaimana melalui tukar menukar tenaga ahli dan pengalaman bisa saling membantu negara lain. Kegiatan itu dilakukan dengan mengajak salah satu Kotamadya yang tidak terlalu besar asal dari anggota Penasehat Internasional atau kota-kota lain di seluruh dunia menjadi Kota mitra dari Kota Kobe. Suatu keistimewaan dari Kota Kobe adalah bahwa biarpun setiap kali Walikota berganti Tim Penasehat Internasional tidak diganti sehingga rentetan nasehat bersifat berlanjut lengkap dengan follow up kerja sama yang dilakukan antara Kota Kobe dan mitra kota lainnya.
Karena ukuran mitra Kota tidak terlalu besar kami pilihkan kota Surabaya sebagai “sister city dari Kota Kobe”. Pilihan ini disepakati oleh Walikota Surabaya dan Walikota Kobe, sehingga sejak sebelum tahun 2000 hampir semua Kepala Unit Kerja dari Kota Surabaya telah diatur secara bergiliran melihat bagaimana Kota Kobe bangkit kembali setelah terjadi disaster yang meluluhkan ratakan semua fasilitas kota dengan tanah. Para pejabat Kota Surabaya sempat melihat Museum yang menyimpan gambar secara besar-besaran disaster yang terjadi, sisa-sisa bagian penting korban manusia dan bangunan sehingga dapat dibayangkan Kobe sewaktu terjadi bencana. Tetapi sesudah itu dipertunjukkan juga bagaimana para pejabat Kota begitu terbuka mengumpulkan ahli dan membuat design baru Kota Kobe dengan bangunan anti gempa serta fasilitas lain yang dibangun dengan kecepatan sangat tinggi sehingga Kota Kobe melompat maju pesat menjadi Kota Dagang, Kota Industri dan pelabuhan modern yang sanggup menampung produk industri untuk pasaran dunia yang sangat besar melampaui kota-kota lain di Jepang. Dipertunjukkan juga semangat masyarakat Kobe yang dengan tekad sangat tinggi memelihara kerukunan dan semangat bersama membangun Kota dan masyarakatnya termasuk memberi tempat terhormat dalam pembangunan untuk penduduk lanjut usia. Kepada penduk lanjut usia diberikan bangunan yang diberi nama “Silver College” sebuah gedung sangat besar sebagai tempat berkumpul para lansia. Mereka berkumpul, berlatih seakan bersekolah kembali. Karena usia lanjut di Kobe sangat lama, maka seorang mantan Manajer ikut kegiatan Silver College bisa “sekolah kembali”. Kalau semasa menjabat manajer “tidak sempat menyanyi”, maka pada Silver College bisa belajar menyanyi. Kalau dulu tidak sempat memainkan alat musik bisa berlatih memainkan alat musik. Seorang lansia yang belajar membuat patung ternyata adalah seorang bekas manajer yang ulung, kami tanyakan apakah beliau memiliki banyak patung. Benar juga tetapi beliau belajar membuat patung karena ingin mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak muda membuat patung agar anak-anak muda bisa menghasilkan seni patung dengan berkelas dunia yang mengangkat budaya Jepang. Pertanyaan berikut apakah beliau akan mengajar, dijawabnya tidak, tetapi sebagai pendiri dan pengawas sekolah beliau perlu menghayati cara pembuatan patung agar mampu memberikan apresiasi pada karya seni yang dikerjakan anak murid generasi muda yang akan ditarik untuk menjadi kampiun dunia seni pada sekolah yang didirikannya. Suatu amal ibadah dengan cita-cita membangun seni budaya Jepang berkelas dunia.
Pada kesempatan lain bersama Dr. Mulyono Dani Prawiro yang ikut mengawal kami ke Kobe kita tinjau Pusat Pemadam Kebakaran karena kami mnedengar bahwa mobil Pemadam Kebakaran setiap lima tahun dipensiun, rusak atau sama sekali belum pernah bertugas memadamkan kebakaran. Kami mendapat ijin dari Walikota untuk memperoleh sumbangan dari mobil atau truk yang akan dibuang tersebut.
Setelah kami tinjau benar juga Truk-truk itu masih seperti baru dan akhirnya kami mendapat dua Truk siap dikapalkan dikirim ke Surabaya. Seluruhnya disediakan sebanyak 100 truk yang bisa dikirim setelah tenaga di Surabaya mendapat pelatihan langsung dari pelatih dari Kobe. Pembicaraan menyangkut rencana pelatihan di Kota Surabaya setelah dua Truk pertama sampai di Surabaya. Sungguh suatu kesempatan emas, tetapi yang setelah kerja sama itu berlangsung, kami dilarang melanjutkan karena ditakutkan diikuti “pengusaha nakal” yang memanfaatkan kesempatan terbuka tersebut, lebih-lebih bisa merugikan pengusaha yang mendatangkan Truk Pemadam Kebakaran melalui jalur bisnis. Penyediaan hibah 100 truk dan puluhan mobil ambulans terpaksa tidak dapat dilanjutkan. Apalagi kami sudah pensiun dari berbagai jabatan resmi.