Zaman Berubah Teringat Pengetik Disertasi Doktor

IMG_4451.JPG

Setelah kemarin naskah akhir Buku baru dengan judul “Zaman Berubah”, suatu “refleksi Sosiologis dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Menuju Masa Depan” kepada Drs. Habib Umar yang diutus khusus oleh Dr. Prasetyo Yoga Santoso  MM, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), hari ini bersama Mas Fajar, dr. Rina, Rudi, Bima  dan teman-teman lainnya kami melakukan ziarah ke Makam Ibu Astuty istri tercinta di Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta.

bukups.jpg

 Kami tidak mampu menahan air mata karena teringat masa-masa selama belajar di Universitas Chicago di Amerika istri tercinta selalu mendampingi dengan penuh kasih sayang . Kalau naskah akhir buku tentang Perubahan Sosial itu bisa disusun lengkap dengan format buku siap cetak dan segera bisa diserahkan kepada Percetakan yang diatur oleh Fikom Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama) dan sesudah itu segera bisa diedarkan bagi para mahasiswa dan kalangan umum, Ibu Astuty pada masa-masa akhir penulisan Disertasi selalu didampingi setumpuk kertas hasil olahan komputer yang tidak boleh diutak-atik karena takut terselip, Ibu dengan sabar duduk manis di depan mesin tulis listrik “menunggu instruksi”.  Pak Haryono membolak-balik tumpukan produk komputer itu dan sewaktu-waktu bisa berkata “memberi  instruksi”, coba lihat lagi halaman sebelumnya.

 Akibatnya, tidak jarang lembaran yang sudah diketik rapi ditambahi data atau uraian baru sehingga halaman yang rapi itu tidak ada gunanya lagi. Karena ada data baru yang terbaca dan perlu “di insert” yang pada zaman sekarang bisa digeser pada layar komputer tetapi pada tahun 1972 belum ada sistem “word” seperti sekarang sehingga hasil ketikan, biarpun sudah berupa hasil yang manis, terpaksa dibuang dan diketik ulang.

 Dengan sabar tanpa mengeluh Ibu Astuty mengetik ulang biarpun ketikan yang sudah jadi sudah sangat sempurna. Tidak ada keluhan sama sekali, biarpun halaman yang sudah terketik rapi itu diulang lagi sama seperti semula semata jadi korban karena ada satu atau lebih paragraf yang ditambahkan berkat data yang dianggap menarik perlu di tambahkan.

chicagog.jpg

 Tambahan koreksi seperti itu bisa berulang. Tambahan dari penulis Disertasi mungkin saja karena tiba-tiba mendapat data baru yang dianggap menarik. Setelah naskah Disertasi diserahkan kepada Pembimbing Akademis, beliau bisa menginginkan tambahan tertentu atau penjelasan karena “Bahasa Inggrisnya berbau bahasa Jawa” sehingga naskah Disertasi perlu diketik ulang lagi. Sungguh “zaman berubah” karena semuanya dikerjakan secara manual tidak seperti jaman kini “tinggal insert” pada halaman di layar komputer saja.

 Bisa kita bayangkan kalau Disertasi setebal 400 halaman itu memerlukan perubahan pada halaman ke seratus, maka Ibu Astuty perlu mengetik ulang sekitar 300 halaman kembali. Suatu kerja keras yang dijalaninya dengan sabar dan tekun tanpa keluhan. Tetapi ibu juga ikut jadi doktor sehingga sewaktu dilakukan implementasi di lapangan di Desa kadang nyelutuk seperti yang Bapak tulis dulu ya, karena tiba-tiba teringat pada kalimat yang mungkin diketik ulang lima kali atau lebih.

IMG_4454.JPG

 Pagi ini dalam menaburkan bunga melati di atas pusara istri tercinta, kami ingat saat-saat tangan-tangan halus ibu bekerja keras karena bahan ketikan yang dalam bahasa Inggris sehingga tidak bisa di karang karena harus diketik tanpa salah. Sangat beruntung karena Ilmu yang dipelajari saat itu bisa di terapkan di Indonesia. Ibu Astuty tidak hanya mengetik Disertasi, tetapi ikut aktif melaksanakan Ilmu itu di lapangan menghasilkan perubahan sosial berupa budaya baru dengan norma baru yang membawa kebahagiaan pada bangsa dan negara. Pengorbanan dan amal ibadah ibu alhamdulillah dihargai bangsa ini melalui pengakuan Negara berupa Bintang Mahaputera Utama sehingga ketika menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa dimakamkan pada Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta. Semoga ibu Astuty diampuni dosa-dosanya dan ditempatkan disisi-Nya sesuai amal ibadahnya dan kita yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kesempatan melanjutkan perjuangannya. Aamiin YRA.

 

 

 

Haryono SuyonoComment