Setelah Musibah perlu sabar dan Ihtiar Mohon Berkah

musi1.png

Seperti kita beritakan minggu lalu, di daerah Sukabumi, kawasan Puncak dan Bogor terjadi angin ribut seakan seperti Puting Beliung. Karena itu seperti hukum alam segala yang besar-besar tumbang tidak tertolong, yang kecil juga menderita terkena rubuhan sehingga seakan terinjak dan menderita sangat parah. Yang terinjak-injak hampir pasti langsung mati. Ternyata yang besar-besar tumbang tidak langsung mati. Suatu pelajaran hidup karena yang besar-besar itu memiliki daya tahan yang cukup tinggi. Sebagian roboh rata dengan tanah tetapi sebagian lagi robohnya tidak menyentuh tanah,  hanya menumpang roboh pada tanaman di samping kiri kanannya, suatu pelajaran hidup dari sifat dan tingkah laku tumbuhan yang bisa menjadi pelajaran berharga bagi hidup manusia.

musi2.png

Kami ajarkan kepada anak-anak yang minggu lalu merasa tidak akan panen jagung karena mereka memiliki “langganan online bulanan” yang memesan “jagung manis organik” sekali dalam tiga bulan untuk “nyamikan jagung bakar” atau untuk “sayuran desa untuk orang urban”. Terpaksa setelah terjadi “musibah” segera bikin pengumuman bahwa ada kemungkinan besar “gagal panen” karena terjadi angin beliung yang meratakan jagung yang mulai berbuah semu rata menyembah tanah.

musi3.jpg

 Karena mas Fajar dan mas Rudi menggunakan kata-kata “menyembah tanah” maka kami aingatkan bahwa mereka harus menerapkan ilmu “SIIS” artinya “sabar” mendapat cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa, kemudian “ikhlas” mendapat cobaan, kemudian harus segera bangkit melakukan “ihtiar” siapa tahu diberi petunjuk jalan yang baik untuk mengatasi cobaan dan akhirnya harus “syukur” karena nanti akan ternyata bahwa kita akan diberikan petunjuk dan jalan keluar. Ternyata hari berikutnya setelah siang itu terjadi musibah, mas Fajar dan mas Rudi yang melakukan peninjauan memberi laporan bahwa tidak semua jagung akan mati karena rata dengan tanah. Sebagian yang menopang kepada tanaman di sampingnya tidak langsung mati, tetap tumbuh dan diharapkan akan menghasilkan buah jagung yang mungkin tidak sesempurna karena tidak tegak lurus seperti keadaan normal sehingga pelanggan ada kemungkinan masih bisa berharap dalam dua tiga minggu mendatang memeroleh jagung organik yang menjadi langganan idola mereka.

 Yang menakjubkan adalah banyak sekali tanaman rendah dan kecil berupa sayur slada, kacang merah pakcoi dan putren jauh lebih tahan dibanding tanaman jagung. Spontan pelanggan jagung manis bisa dihibur untuk membeli tanaman sayur organik, suatu perluasan jangkauan yang oleh Tuhan Yang Maha Esa diberi ijin untuk tidak menjadi korban angin Puting Beliung. Setelah ditanyakan, dengan serius mas Rudi menjawab bahwa pada waktu mulai tanam selalu diawali dengan awalan doa “Bismilah dan minta berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa”.

musi4.jpg

Sambil meninjau akibat musibah itu langsung “panen sayur slada, kacang merah pakcoi dan putren” sehingga rasanya hampir rentang waktu begitu sampai dirumah “petani yang berlatang belakang Sarjana Komunikasi” itu senyum-senyum seakan bersyukur bahwa misibah yang menimpa, berkat doa sabar dan ikhlas, telah dianugerahi panen yang melimpah. Lebih dari itu tatkala dikabarkan pada pelanggan langsung hasil panen habis diborong tanpa sisa.  Bahkan menjelang makan malam, ada kiriman “masakan sayur” dengan bahan mentah yang di mereka beli pada sore harinya. Sungguh anugerah yang melimpah karena sabar menerima cobaan, ikhlas tidak menggerutu, ihtiar bermodalkan tanaman yang tersisa dan bersyukur karena tetap diberikan rejeki melimpah.

Haryono SuyonoComment