Posyandu Modern makin Membudaya pada Era 4.0

pos1.png

Dalam pengembangan Program KB Kependudukan di tahun 1970 – 1980 dikembangkan oleh para PLKB upaya agar para akseptor KB, dalam rangka pemberdayaan diajak menjadi Peserta KB. Ada bedanya, akseptor hanya menerima sedangkan Peserta KB ikut memiliki dan bersama PLKB ikut mengajak yang belum KB agar ikut bergabung dalam kelompok Peserta KB. Ajakan membentuk Kelompok Peserta KB itu berhasil baik sehingga banyak kelompok Peserta KB aktif bersama PLKB anggota kelompok ikut mengajak pasangan muda menjadi peserta KB sekaligus anggota Kelompok Peserta KB.

Pada tahun 1983 Kepala BKKBN almarhum dr. Suwardjono Surjaningrat dikukuhkan menjadi Menteri Kesehatan RI. Mengingat peran Kelompok Peserta KB yang aktif seperti petugas KB, beliau merencanakan membuat Kelompok Kesehatan di semua desa seperti Kelompok Peserta KB. Kepala BKKBN yang baru Dr. Haryono Suyono terkejut karena kalau Kelompok Kesehatan ini dibentuk akan timbul persaingan antar Kelompok Kesehatan dan Kelompok Peserta KB, padahal kelompok Peserta KB perlu dukungan bidan di semua desa. Maka secara khusus Kepala BKKBN mengusulkan agar Menteri Kesehatan tidak perlu membuat Kelompok baru yang pasti perlu waktu lama karena harus diproses dengan meyakinkan jajaran petugas kesehatan dan Pemda di semua Provinsi dan Kabupaten/Kota padahal Kelompok Peserta KB telah menyebar luas hampir di semua desa. Diusulkan agar Kelompok Peserta KB diubah namanya menjadi Kelompok terpadu dan dikukuhkan nama baru “Pos Pelayanan Terpadu” sehingga jajaran Kementerian Kesehatan dan BKKBN meneruskan dan secara bertahap gotong royong melengkapi Kelompok Peserta KB menjadi Posyandu, sesuatu yang sangat mudah dikerjakan.

pos2.jpg

Maka pada tanggal 29 Juni 1983 ditanda tangani kerja sama antara Kepala BKKBN Dr. Haryono Suyono dengan Menteri Kesehatan dr. Suwardjono Surjaningat membentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan lima meja Pelayanan di seluruh Indonesia. Tiga bulan setelah itu jajaran Kementerian Dalam Negeri bersama PKK binaannya bergabung ikut membina Posyandu yang menyebar di seluruh desa di Indonesia.

Pada akhir tahun 2000 karena isu politik yang menggebu, pergantian orde yang makin demokratis, perhatian terhadap Posyandu kendor. Penurunan kegiatan KB melalui Posyandu tidak terlalu drastis karena makin banyak yang ikut KB secara mandiri, tetapi pembinaan anak balita melalui Program Gizi UPGK merosot drastis. Akibat yang sangat drastis terjadi, kasus kurang gizi merebak disertai makin meluasnya kasus stunting atau anak balita yang tidak tumbuh wajar, cebol dan sangat kurus tidak tumbuh secara normal makin mencuat.

Melihat keadaan itu, sejak Presiden Jokowi menggelar Pembangunan Desa dan Masyarakat Desa dengan mengucurkan dana yang melimpah langsung ke Desa diperintahkan agar sebagian dana itu digunakan untuk membangun sarana Posyandu di desa-desa. Maka dibangunlah Posyandu melalui Dana Desa pada lebih dari separo jumlah desa di Indonesia. Dengan fasilitas baru tersebut sedianya kegiatan Posyandu akan marak kembali. Tiba-tiba ada musibah serangan Covid-19 yang tidak memungkinkan masyarakat berkumpul di Posyandu, sehingga kegiatan Posyandu hampir berhenti sama sekali.

Ada beberapa desa mengadakan kegiatan “Posyandu jemput bola”, atau ”Posyandu Keliling”, yaitu para petugas Posyandu membawa alat penimbang bayi, alat penimbang ibu hamil dan peralatan sederhana lain guna mendeteksi secara dini anak balita atau ibu hamil. Hari ini Ibu Isti Bahar, Ketua Posdaya sekaligus Ketua Pokja IV PKK Jakarta Timur, dalam Acara “haryono Show” bersama Kepala BKKBN Pusat Dr(HC) dr. Hasto Wardoyo SpOG menceritakan suatu inovasi baru yang “relatif modern” pada era 4.0 dewasa ini. Dengan restu Ketua PKK Jakarta Timur Ibu Diah Anwar, isteri Walikota , PKK Jakarta Timur mengembangkan banyak kegiatan.

pos4.jpg

Secara singkat Ibu Isti Bahar menjelaskan bahwa karena serangan Covid-19, Posyandu binaannya tidak dapat melakukan fungsinya secara normal. Yaitu melakukan kegiatan seperti biasa. Sesuai Edaran Sekda DKI Jakarta  dilarang melakukan kegiatan yang sifatnya berkumpul, dan harus melakukan sosial distancing, sehingga mulai bulan April sampai dengan bulan Desember Posyandu tidak melakukan kegiatan di tempat Posyandu yang biasa.

Akan tetapi pantauan kesehatan, khususnya bagi ibu hamil, bayi dan balita terus dilakukan oleh para Kader Posyandu. Karena itu agar para Kader mengetahui perkembangan terkini upaya pemantauan itu tetap dilakukan. Pada triwulan pertama pandemi, (April-Juni) para pengurus dan kader Posyandu dikejutkan dengan hasil pendataan ibu hamil yang kenaikan jumlahnya sangat siknifikan, apalagi mengacu pada arahan dari ibu ketua TP.PKK Provinsi, Ibu Gubernur, bahwa pantauan bagi kesehatan bayi dan balita harus tetap dilaksanakan. Berbagai upaya dilakukan supaya pantauan bisa maksimal.

pos3.png

Akhirnya dari Puskemas Kecaman ada yang memiliki inovasi mengikuti link mendapatkan Google form dan dkembangkan untuk diisi semua data tentang balita dan ibu, seperti data pengunjung psyandu off line. Form tersebut diadopsi Posyandu seluruh Jakarta Timur. Link  tersebut disosialisasikan dan disebar untuk sasaran posyandu balita. Sehingga ibu balita dapat mengakses dan mengisi form langsung dengan mengambil akses dari link tersebut. Selain itu Pengurus Posyandu membuat video melalui kanal YOUTUBE terkait cara mandiri memantau imunisasi, sehingga orang tua balita dengan memperhatikan YouTube dapat mengsi KMS/KIA sendiri, supaya jangan sampai terlepas tidak mendapatkan imunisasi atau Out Imunisasi.

Pengurus Posyandu juga membuat video tutotial bagaimana cara mengukur tinggi dan berat badan secara mandiri, yang disebar melalui grup-grup Dasawisma agar ibu bayi dan balita dapat secara langsung berkonsultasi via grup terkait kesehatan keluarga dengan Tenaga Kesehatan yang ada. Hal ini dimungkinkan karena yang bertindak sebagai Admin adalah tenaga kesehatan dari puskesmas di masing-masing kelurahan .

pos6.jpg

Dari data yang masuk dapat diisi balok SKDN. Meski banyak kendala seperti ada ibu balita yang tidak punya paket kuota. Dalam kasus seperti ini, ibu yang bersangkutan secara gotong royong dibantu, utamanya melalui HP kader posyandu atau kader Dasawisma. Sebagai hasil positif Pengurus Posyandu gembira karena ada ibu balita yang dulu tidak pernah ke Posyandu, sekarang mau mengisi data melalui on line. Di samping itu kegiatan Posyandu lain seperti Kebun Bergizi tetap dilakukan dengan rajin sehingga menjamin masukan gizi keluarga memperkuat daya tahan keluarga tanpa sering berkumpul dalam kerumunan banyak orang di pasar. Posyandu modern tetap berjalan melalui sistem modern sesuai era 4.0 yang serba elektronik dan cepat gara-gara ibu-ibu yang cekatan berkat pembinaan masa lalu yang berlanjut sampai dewasa ini. Semoga bisa di contoh ibu-ibu dari desa lain di seluruh Indonesia.

Haryono Suyono1 Comment