Pandemi Covid-19 Masih Belum Akan Selesai

VAKSIN.jpg

Umat manusia sungguh dituntut kesabarannya. Laporan WHO menunjukkan Covid-19 masih belum tentu selesai di tahun 2021 ini. Artinya kita masih harus hidup dalam situasi yang tidak biasa, banyak hal dilakukan secara darurat ataupun penuh keterbatasan. Aktifitas pekerjaan, pendidikan, sosial keagamaan belum bisa balik ke normal.

Vaksin merupakan harapan baru. Terlepas dari segelintir suara super kritis mengenai efektifitas vaksin dan kekhawatiran efek samping, penjelasan dan informasi oleh para ahli yang kompeten di bidangnya sudah disampaikan: Vaksin aman, termasuk vaksin Sinovac. Banyak pimpinan dunia mulai menjadi contoh untuk dilakukan vaksin duluan, termasuk Presiden Jokowi dan Presiden Erdogan dari Turki, juga Presiden terpilih Joe Biden dari Amerika Serikat, dan banyak Kepala Negara lainnya di seluruh dunia. Sebagai suatu upaya vaksin semestinya memberikan harapan.

Kampanye “saya siap divaksin” harus menjadi agenda bersama untuk mendapatkan imunitas tubuh terhadap serangan Covid-19, supaya hidup kembali normal, meski dengan kenormalan baru. Sekali lagi ini bukan hanya masalah nasional, namun masalah seluruh umat manusia. Upaya pemberian vaksin juga merupakan upaya semua bangsa-bangsa di dunia. Jadi aneh kalau ada pemuka masyarakat anti vaksin. Jadi upaya apa yang akan dilakukan?

Mudah-mudahan politisasi pandemi oleh sebagian kalangan segera diakhiri, dan kita bisa lebih fokus pada perang melawan virus yang tidak bisa kelihatan ini. Umat manusia memerlukan upaya penyelesaian supaya segera terbebas dari virus pengancam ini. Covid-19 belum akan hilang, namun kita bisa menjaga tubuh kita untuk menjaga imunitas kita dari serangan Covid -19 ini.

Karena berkaitan dengan kekebalan tubuh, maka selain vaksin pola hidup menjadi penting untuk meningkatkan imunitas. Mulai dari sikap dan pikiran positif, makanan, olah raga, dan tentu saja beribadah, zikir mengingat sang Pencipta.

Disebutkan banyak ahli kesehatan bahwa tubuh memiliki mekanisme untuk pertahanan diri dari segala penyakit. Yang perlu dibantu oleh kita adalah sikap hidup yang positif untuk mengaktifkan kekebalan tubuh.

Sementara kita hidup dengan protokol kesehatan: Menjaga jarak, memakai masker, tidak masuk kerumunan dan lebih banyak melakukan aktifitas dari rumah. Sementara saja. Sampai kita betul-betul kuat terhadap Covid-19 ini.

Kita memahami banyak pelajar yang kangen dengan sekolahnya, mahasiswa yang kangen dengan kampusnya, pegawai yang perlu bekerja normal, wirasaha yang memerlukan kondisi usaha yang kondusif dalam ritme yang hidup. Apalagi para pekerja harian yang memerlukan pekerjaan dalam ekonomi yang aktif dan terbuka. Juga kita melihat banyak calon jemaah haji yang sudah tertinggal satu tahun, kini harus menghadapi kemungkinan penundaan tahun kedua.

Berapa banyak barang-barang modal terbengkelai? Gedung-gedung, yang kosong mesin-mesin yang berhenti beroperasi, pesawat terbang yang mangkrak, sedikit contoh saja, seolah tidak berdaya. Ekonomi menjadi lesu. Betapa beratnya tantangan kita bersama mempertahankan stabilitas ekonomi, sosial, politik di masa yang penuh turbulensi ini.

Covid-19 betul-betul telah meluluhlantakkan kehidupan kita. Menjadikan kita hidup dalam kondisi yang tidak biasa, hidup dalam kenormalan yang baru.

Tidak ada cara lain, kita harus memerangi Covid-19 dengan memperkuat imunitas tubuh kita. Jadi, vaksin yes, sikap hidup positif juga perlu.

(Aam Bastaman)

Aam BastamanComment