Kebun Hortikultura Bisa Kurangi Gizi Buruk dan Stunting

Hor1.jpg

Siang ini, Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT, Ketua Umum PWRI,  Prof. Dr. Haryono Suyono didampingi mantan Dirjen Pertanian, mantan Dirut Bulog, Pengurus PB PWRI, Ir. Sutarto Alimoeso, Ketua dan Sekretaris Yayasan Anugerah  Drs. Fajar Wiryono dan Drs Rudi Loebis, serta  Dr. Mulyono D. Prawiro mengadakan pertemuan dengan Dr. Ir. Anton Prihasto Setyanto, MSc, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian di Kantor beliau di Pasar Minggu, Jakarta.  Dalam pertemuan yang akrab itu, Dirjen di dampingi oleh Dr. Ir. Retno Sri Hartati Mulyandari, MSi, Sekretaris Dirjen,  Dr. Liferdi Lukman, SP, MSi, Direktur Buah dan Hortikultura,  Mutiara Sari , STP, PhD, KaSubdit Bawang Direktoral Sayuran dan Tanaman Obat, serta staf senior lainnya.

 Pertemuan silaturahmi tersebut adalah dalam  upaya membangun sinergi antara berbagai instansi dan lembaga swadaya masyarakat menyatukan langkah terpadu antara gerakan masyarakat dan program pemerintah guna mengatasi keadaan kurang gizi yang di derita masyarakat sehingga  menjadikan penderita yang makin parah dan menyebabkan terjadinya stunting yang  sukar diatasi karena kekurangan gizi yang bersifat menahun.

hor2.png

Setelah diberikan uraian singkat tentang maksud pertemuan oleh Prof. Dr. Haryono Suyono untuk melihat kemungkinan sinergi antara berbagai usaha untuk membantu rakyat mengatasi kurang gizi dan menyatukan sasaran program agar tercapai keterpaduan yang maksimal, utamanya mengacu pada pengalaman masa lalu melalui program UPGK, tanaman halaman dan pilihan produk dengan muatan yang merangsang penambahan gizi untuk keluarga penderita di desa, Dr. Ir. Anton Priohasto MSc yang telah bergelut dalam bidang pertanian hortikultura sejak lama, serta pernah ingat program UPGK, juga maraknya Program Pertasi Kencana, perpaduan antara program Departemen Pertanian, Keluarga Berencana dan Departemen Koperasi dan UKM yang memadukan program tiga instansi secara terpadu, Dirjen Dr. Anton Prihasto Setyanto MSc sepakat bahwa program terpadu akan sangat tepat karena masyarakat yang menjadi sasaran akan memperolah manfaat yang tinggi dalam bentuk program terpadu untuk sasaran utamanya.

Beliau secara panjang lebar menjelaskan bahwa yang menjadi tanggung jawabnya adalah tanaman hortikultura, sayur-sayuran, buah-buahan, termasuk pisang, papaya, bawang, cabai dan sebagainya, guna memenuhi kebutuhan ekspor, konsumsi di dalam negeri dan kebutuhan rakyat pada umumnya. Menanggapi pertanyaan apakah ada dimungkinkan bahwa arah penanaman berbagai jenis hortikultura itu tidak saja diarahkan pada konsumsi umum, tetapi fokus juga guna menolong masyarakat di daerah yang relatif kekurangan gizi dan daerah rawan stunting, dengan spontan beliau menjawab tegas sangat mungkin sehingga tanaman hortikultura bisa digerakkan secara khusus membantu penanganan masalah gizi dan stunting pada daerah rawan tersebut.

hor3.jpg

 Lebih lanjut, pada waktu dijajaki  kemungkinan partisipasi masyarakat, utamanya anak-anak muda,  anak-anak sekolah melalui “kurikulum pagi” yang sedang di kampanyekan oleh Prof. Dr. Haryono Suyono, termasuk disambut baik oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Prof. Ir.  Nizam MSc, DIC, PhD, bagi para mahasiswa menggarap “Kebun Bergizi” pada setiap halaman rumah sebelum anak-anak dan para pemuda giat dengan sekolah atau kuliah pagi dari rumah, beliau juga sangat sepakat bahwa tanaman sayur, cabai dan sebagainya bisa menjadi alternatif yang dengan mudah digarap di setiap halaman rumah dan menjadi kegiatan anak-anak sekolah atau bahkan mahasiswa secara santai sambil berjemur di pagi hari.

Pendekatan lain yang melibatkan “pesantren” yang memiliki lahan sangat luas untuk dijadikan “Kebun Bergizi” dan “Kebun Buah” dengan melibatkan para santri agar pesantrennya mandiri untuk keperluan sayur dan dalam jangka panjang konsumsi buah secara mandiri, Dirjen Anton menyambut baik gagasan tersebut. Bahkan siap segera diajak bekerja sama  tahun ini juga memulai usaha membangun “Kebun Bergizi Pesantren” guna memperbaiki kualitas makanan bergizi anak-anak santri muda dan masa depan santri di banyak pesantren di Indonesia.

hor4.jpg

 Dirjen juga sangat setuju bahwa produk-produk lain selalu dicoba dikaitkan dengan tujuan ganda, yaitu meningkatkan produk petani laku jual dan menguntungkan serta memperbaiki konsumsi rakyat agar bertambah sehat karena adanya pangan lokal yang dapat diolah penduduk menjadi makanan enak di konsumsi dan beraneka ragam. Untuk aneka ragam pangan lokal ini Dirjen sangat menghargai kerja sama dengan Bumdes yang berkembang di desa-desa yang pada masa modern dewasa ini memiliki variasi pengolahan, penyajian kepada konsumen dalam berbagai bentuk, mengemas secara modern dan membuat konsumen merasa puas biarpun sesungguhnya bahan bakunya berasal dari hasil Kebun Hortikultura lokal. Suatu cara olah, kemas dan sajian yang meningkatkan hasil pertanian yang menarik, serta lebih indah dari asal aslinya.  Suatu produk yang kalau dilakukan bersama bisa mengubah industri pertanian, bukan saja dalam bentuk “Bumdes” suatu Kebun tingkat Desa, tetapi oleh Kementerian Desa PDTT disebut sebagai Prukades, Produk Antar Wilayah yang bisa mendorong kemampuan tinggi untuk ekspor komoditas.




Haryono SuyonoComment