Buku Biografi Prof. Dr. Haryono Suyono selesai cetak
Pagi ini Bapak Aribowo, Pimpinan Penerbit Universitas Airlangga di Surabaya, yang telah berkenan menerbitkan buku Biografi Prof. Dr. Haryono Suyono, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, sekaligus Mantan Kepala BKKBN, Menteri Kependudukan dan Menko Kesra Taskin pada masa Presiden HM Soeharto dan BJ Habibie, yang ditulis oleh Drs. Joko Indro Cahyono, penulis yang telah menulis beberapa buku biografi yang luar biasa, dikabarkan telah selesai cetak. Drs. Joko secara cermat selama berbulan-bulan melalui pertemuan dan jalur WA dan email telah mengadakan interview yang mendalam tentang kehidupan Prof. Haryono, mengorek segi-segi positif kiprah beliau dalam gerakan KB di Indonesia, bahkan mengembalikan ingatan semasa kecil dalam didikan Ibunda almarhumah Siti Patmirah yang sangat membekas, yang menjadi dasar falsafah hidupnya yang selalu memihak dan dengan gigih berjuang untuk keluarga Indonesia yang miskin dan terpuruk.
Buku yang diberi judul “Mr Hary, dari Sopir Oplet sampai Presiden KB Dunia” itu akan segera diedarkan oleh Badan Penerbit Airlangga di Surabaya ke seluruh Indonesia. Konon buku itu di bandrol dengan harga Rp. 106.000,- dari penerbitnya. Sementara itu syarat-syarat lainnya tentu bisa dirundingkan dengan Badan Penerbit Universitas Airlangga bagi Perpustakaan Perguruan Tinggi atau Dosen dan mahasiswa Ilmu-ilmu Sosial yang pasti sangat memerlukan buku ini sebagai referensi kuliah pembangunan dan perubahan sosial paling besar di Indonesia, suatu reka yasa sosial maha besar yang belum pernah di lakukan untuk masyarakat dengan gegap gempita dan dilakukan secara gotong royong bisa mengubah budaya keluarga besar menjadi budaya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Haryono yang memulai kariernya di BKKBN sebagai Deputy Penelitian dan Pengembangan merangkul hampir semua Perguruan Tinggi di Indonesia, bekerja sama dengan Guru Besar Senior dari berbagai Perguruan Tinggi tersebut nengadakan Penelitian dan Pengembangan Lapangan untuk mencari dan bersama-sama menentukan proxy indikator utama “budaya baru” keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Dengan bimbingan para Guru Besar Senior, Haryono bersama-sama mengurai Theory Perubahan Sosial untuk di terapkan di Indonesia. Haryono muda sebagai Deputy bersama para peneliti dosen muda dan mahasiswa mengetrapkan proxy indikator yang di kembangkan bersama para Guru Besar Senior itu untuk “mencari jalan, langsung meneliti dan meniti jalan menuju pencapaian proxy indikator tersebut”.
Langkah-langkah itu di catat dengan baik oleh para peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi yang dengan komitmen dan bantuan para Bupati, Walikota, Punggawa Desa serta petugas Lapangan KB serta para Dokter dan Bidan, bekerja siang malam untuk mencari, mencatat dan akhirnya para ahli merumuskan jalan menuju pencapaian sasaran akhir sebagai rumusan program aksi secara sederhana dalam bentuk petunjuk indikator yang bersifat “mutable” agar pasangan usia subur dapat mengubah proxy indikator pribadinya yang sederhana, mudah dan setip pasangan usia subur bisa melakukan perubahan itu secara internal sehingga tidak ada kesan di paksa oleh petugas.
Peta jalan yang dihasilkannya sebagai Deputy Bidang Pengembangan itu ketahuan oleh Presiden HM Soeharto sehingga Haryono di perintahkan beliau ditugasi sebagai Deputy Operasional yang memimpin Gerakan Operasional Program KB di seluruh Indonesia. Selama hampir sepuluh tahun Haryono implementasikan peta jalan dan indikator yang di kembangkan bersama para Guru Besar dan Ilmuan terhormat dari seluruh Perguruan Tinggi dengan dukungan aparat yang luar biasa komitmennya karena dukungan Komitmen Politik yang sangat tinggi dari Presiden RI.
Kurang dari limabelas tahun gambaran keberhasilan program KB sudah mulai kelihatan. Komitmen politik dan operasional serta kerja sama sesama aparat dan dukungan masyarakat sangat menggebu sehingga Presiden tidak memiliki pilihan lain kecuali memberi kepercayaan kepada Haryono untuk memimpin seluruh program KB di Indonesia. Namun rupanya Haryono masih terlalu muda dengan pangkat yang sangat rendah dan “secara administratif” belum memenuhi syarat menjadi Pimpinan suatu lembaga non Departemen.
Rupanya pemerintah tidak kekurangan akal. Karena penghargaan yang bertubi-tubi dari berbagai kalangan internasional atas pendekatan kemasyarakatan dan peta jalan yang ditempuh BKKBN di Indonesia, pemerintah memutuskan memberikan Bintang Penghargaan Maha Putera Utama kepada Deputy KB BKKBN Dr. Haryono Suyono, bukan kepada Kepala BKKBN. Rupanya ada udang di balik batu atas penghargaan tersebut. Karena memiliki Bintang Maha Putera, maka satu tahun kemudian Deputy ini di dianggap pantas diserahi tugas sebagai Kepala BKKBN dengan pangkat yang “di dongkrak dalam posisi pangkat tituler” yang memenuhi syarat.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bacalah Buku Biografi Prof. Dr. Haryono Suyono yang sebentar lagi beredar. Pesan langsung kepada Penerbitnya, Badan Penerbit Universitas Ailangga Surabaya atau pesan kepada Yayasan Anugerah Kencana Buana atau Yayasan Anugerah Jl. Pengadegan Barat Raya nomor 4, Jakarta Selatan 12770. Mohon tidak lupa sertakan alamat yang jelas dan kirim uang harga buku Rp. 106.000,- plus ongkos kirim secukupnya. Tetapi mohon sabar menanti....