Pertandingan Mangkeq Desa Anyar Lestarikan Permainan Tradisional Lombok

pangkep.jpg

Gedhe Nusantara dari Tim Kerja Ruang Kendali Inovasi Desa dan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa PDTT melaporkan bahwa banyak bermunculan permainan modern  sehingga mengancam eksistensi permainan tradisional. Masyarakat Desa Anyar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, berinovasi melestarikan permainan tradisional, yaitu permainan mangkeq (gangsing tradisional).

Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, pertandingan seperti ini jarang digelar. Posisi permainan tradisional tergeser oleh permainan modern yang banyak bermunculan. Tak banyak generasi milenial yang mengenal apa itu permainan mangkeq. Padahal permainan tradisional ini sangat menghibur. Sore hari, biasanya usai salat ashar, ratusan warga berkumpul di Desa Anyar. Mereka menyaksikan pertandingan mangkeq atau permainan gangsing tradisional di Kecamatan Bayan. Ada yang mengomentari pedas, ada yang memuji dengan senang dan antusias.

Di pojok sebelah timur lapangan, tersirat raut semangat di wajah para pemain mangkeq atau yang disebut pemangkeq. Mereka ingin memenangkan permainan tersebut. Tukar menukar gangsing pun dimulai. Pria pertama berbaju merah mulai menyajikan putaran gangsing yang begitu cepat. Sementara pria kedua menggunakan singlet juga tak mau kalah.

Babak selanjutnya, gangsing pria berbaju merah terlihat tidak berdaya. Gangsingnya tidak mampu memberikan perlawanan yang berarti. Gangsingnya justru bergelinding ke arah penonton. Sorak sorai terdengar dari penonton. Pria itu pun hanya bisa tersenyum malu ke arah rekan-rekannya yang lain. Pertandingan kembali tegang saat suara-suara gangsing berbenturan dengan keras. Beragam ekspresi wajah ditampilkan penonton saat itu. Sementara para pemain tetap terlihat serius dan fokus akan permainan mereka.

Permainan mangkeq ini terlihat semakin menarik dengan tampilan para pemain yang juga unik. Mereka diwajibkan menggunakan sapuq (ikat kepala) dan kereng (sarung) yang melingkar di pinggang. Tidak kalah juga, suara kocak dan guyonan renyah dari komentator pertandingan tersebut. Penonton dibuatnya tertawa mendengarnya. Sorak ramai dan tepuk tangan selalu terulang ketika para pemangkeq mengeluarkan gaya dan triknya masing-masing. Apalagi ketika salah seorang pemain menggunakan gaya ataupun cara mematikan menghentikan perlawanan musuh.

Sesekali, permainan dihentikan sesaat untuk pergantian gasing. Terlihat para pemain sibuk membasahi alit (tali untuk memutar gasing) dengan air yang tersedia di pojok lapangan. Tujuannya agar gasing tidak mudah lepas. Putaran gasing pun menjadi semakin keras. Tak ketinggalan para pemain langsung merapat mendiskusikan strategi masing-masing.

Pertandingan gangsing tradisional di Desa Anyar sedang menjadi primadona. Pelopornya adalah mahasiswa Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mataram bersama pemuda Dusun Plabasari. Lewat pertandingan mangkeq, para pemuda ingin melestarikan permainan tradisional di Lombok, sekaligus mengajak masyarakat Desa Anyar untuk bangkit pascagempa. Setidaknya ada empat hal yang lahir dalam perlombaan tersebut, yakni melestarikan permainan tradisional, melestarikan pakaian adat, meningkatkan penghasilan pedagang di sekitar perlombaan, dan menarik wisatawan berkunjung ke Desa Anyar.

Peserta pertandingan mangkeq ini lumayan banyak, ada 80 orang yang mengikuti perlombaan yang terbagi dalam 10 tim. Satu tim beranggotakan delapan orang, lima pemain utama dan tiga orang cadangan. Tak ada jenjang ketentuan umur untuk ikut unjuk kebolehan. Mulai dari anak-anak hingga orang tua bisa ikut bergabung dalam satu tim. Dalam satu dekade, permainan mangkeq sudah menghilang. Hal ini mendorong para mahasiswa dan pemuda untuk menghidupkan kembali permainan ini. Gagasan ini disambut secara antusias oleh warga, dibuktikan semua desa di Kecamatan Bayan ikut mendaftar sebagai peserta. Perlombaan ini mempererat silaturahmi antar sesama pemain di setiap desa. Selain menghidupkan kembali permainan tradisional, kegiatan ini menjadi trauma healing pascagempa. Terlebih lagi, Kecamatan Bayan juga mengalami kerusakan yang cukup parah akibat gempa tersebut.

Haryono SuyonoComment