Hikmah dari Covid-19 Gerakkan Peneliti Bidang Kesehatan
Serangan Virus Covid-19 ternyata tidak semata-mata pada keluarga terkena dampak, jumlah penduduk yang sakit atau meninggal dunia, tetapi menjadi pemicu terhadap munculnya budaya dengan norma baru yang secara tahap demi tahap diterima masyarakat banyak dalam berbagai komponen pembangunan bangsa. Di bidang ekonomi beberapa negara telah menyatakan resesi, di bidang kesehatan banyak rumah sakit telah terkontaminasi atau terkena kemungkinan terkontaminasi sehingga orang sakit biasa bisa menjadi sakit parah karena terkena dampak rumah sakit yang secara tidak sengaja kedatangan pasien penderita yang tidak merasa terkena Covid-19 atau sedang mau mengecek dirinya apakah terkena Virus atau karena penyakit lainnya. Setidaknya ada kecenderungan bahwa pelayanan untuk penyakit lain akan sangat terganggu dan bisa mengakibatkan korban dari akibat penyakit lain yang lebih besar.
Salah satu perlu dicatat adanya penelitian yang dikerjakan oleh IAKMI bekerja sama dengan peneliti muda Dono Widiatmoko SKM, MSc, sekarang sedang mengajar di Derby University Inggris, yang memiliki jaringan di seluruh Indonesia. Tim yang bekerja sama dengan IAKMI itu mengadakan pengamatan melalui media sosial, internet, WA, Face Book atau media sosial lain. Mulai tiga bulan lalu mengadakan penelitian acak dengan responden penduduk desa dan kota di seluruh Indonesia menyasar para pemilik media sosial dengan beberapa pertanyaan berkisar pengalaman ibu hamil, anak balita, anak usia dua tahun tentang kesehatan dan hubungannya dengan fasilitas kesehatan seperti Posyandu dan pusat pelayanan kesehatan lainnya. Kepada mereka ditanyakan tentang masalah KB, kehamilan, anak usia dua tahun, usia lima tahun dan bagaimana mereka mendapatkan imunisasi dan pelayanan KB kesehatan, pemeliharaan kesehatan lain, menyusui, imunisasi dan lainnya.
Hari ini Dono Widiatmoko SKM, MSc, dan Kamaluddin latif , SKM, M.Epid mewkili Husein Habsyi dan peneliti lainnya, memberikan keterangan terperinci yang sungguh sangat mengagumkan di mana dengan pengolahan cepat diperoleh data deskriptif yang lengkap tidak menunggu berbulan untuk diambil kesimpulan awal atau setidaknya rekomendasi awal bagi perbaikan kegiatan operasional dalam mendaya gunakan fasilitas kesehatan atau mengubah pelayanan kesehatan yang bersifat menunggu pasien menjadi suatu pelayanan jemput bola karena penduduk takut mendatangi pusat pelayanan publik seperti Puskesmas atau Posyandu di desa. Pelayanan dalam budaya baru ini pada umumnya seperti pelayanan makanan, tidak perlu ke restoran, “makanannya” yang “menjemput bola”, atau diantarkan kepada anak batita, anak balita atau ibu hamil. Kalau bukan itu yang dikerjakan, barangkali akibat kehamilan dan melahirkan serta angka kematian anak balita dan batita akan memiliki angka kematian yang lebih besar dari angka kematian akibat Covid-19 yang mendapat perhatian sangat tinggi.
Pertemuan awal ini diikuti oleh Ketua IAKMI Dr. Ede Suryadarmawan, SKM, MDM, Kepala BKKBN Dr(HC) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K), Prof. Dr. Ascobat Gani, Prof. Dr. Priyono, Dr. Mulyono Dani Prawiro, Dr. Sudibyo Alimuso dari Jakarta, Dr. Siti Rochmiyati (bu Atiek) dari Yogya, Ibu Ardhining (Iin) dari Madiun dan banyak lainnya yang menyimak dengan tekun. Catatan ini tidak mencantumkan data yang disajikan karena masih bersifat sementara, tetapi dianjurkan agar kesimpulan awal penelitian tahap pertama ini mulai dikirim kepada pejabat kesehatan di tingkat pusat, provinsi dan lapangan melalui “pertemuan tidak resmi” disertai “rekomendasi” untuk direnungkan agar mulai dirancang suatu pendekatan preventif yang dinamis menggantikan pendekatan kuratif yang tidak cocok dengan budaya baru dengan norma baru yang menganjurkan penduduk tinggal di rumah atau “menunggu pejabat” yang terpaksa “bekerja dari” atau “tinggal di rumah”.
Rancangan tahap kedua yang segera di laksanakan akan memberikan perkembangan atau kecenderungan yang bertahap sehingga dapat di susun suatu roadmap atau tahap perkembangan lapangan agar di masa depan kegiatan lapangan tidak diukur dari “serapan anggaran” tetapi pencapaian target akhir atau dampak untuk keluarga Indonesia yang diukur dan diperbaiki sambil berjalan sehingga sosok keluarga yang sehat, bahagia dan sejahtera segera terwujud sebagai hasil yang menggembirakan dari budaya baru yang kita terima dengan ikhlas dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Insya Allah.