Habis Ngopi Makan Nasi Pecel bu Yayuk
Dalam rangka bergembira bersyukur bersama anak cucu memperingati “ulang tahun perkawinan yang ke 57” bersama almarhumah Ibu Astuty di Cinangka, pagi-pagi mas Fajar dan mas Rudi mengantar tamu-tamu dari BPS dan BKKBN yang sengaja datang bersilaturahmi ke Perdatam langsung diajak ke Rumah Kebon Astuty di Cinangka untuk melihat Kebun Bergizi dan Camping Ground tinggalan Ibu Astuty. Mereka umumnya kagum atas pandangan jauh ke depan ibunda yang sederhana tetapi mengandung makna yang dalam karena menyediakan wahana untuk anak muda meningkatkan pengetahuan dan kebersamaan dalam olah bersama membangun kegiatan yang menyatukan diri mereka dalam keberagaman.
Setelah keliling kebun melihat aneka tanaman dan pohon langka, kambing dan piaraan ikan serta bunga aneka ragam dan tanaman sayur yang menjadi bahan untuk konsumsi masyarakat dan tontonan pengunjung dan peserta Camping Ground anak muda setiap minggunya, akhirnya mereka bertambah kagum bahwa Ibu Astuty secara rajin mengumpulkan pohon langka aneka macam yang tidak terbayangkan. Apalagi beliau bukan ahli pertanian tetapi anak gadis biasa berasal dari pinggir Kali di Kampung Melayu yang biasanya terkena banjir.
Setelah itu mereka bergabung dengan tamu yang lain, ada Ketua RT, RW, Lurah dan TNI Polri yang dengan akrab ikut minum kopi, wedang jahe dan sekedar kacang dan pisang rebus untuk kawan silaturahmi. Di ruang Joglo Betawi yang dibangun oleh mantu anak kedua Dewi, Hadiyono, seorang lulusan Arsitek dari suatu Perguruan Tinggi di Bandung, penuh foto kenangan. Ada gambar pelantikan sebagai Menteri, ada foto bersama para Menko di jaman pak Harto, ada foto bersama Perdana Menteri Vietnam, suatu kenangan bersama dengan para akseptor KB di tahun 1970, 80 dan 90-an, sungguh menggambarkan kenangan lama yang sangat membanggakan. Suatu rentetan sejarah yang ikut mengukir kerja keras dan sungguh-sungguh dari anak bangsa dan rakyat yang gotong royong membangun sumber daya manusia yang tangguh dewasa ini.
Setelah bicara akrab sesama tamu dan saudara, kita berangkat memenuhi undangan Ibu Yayuk dan suaminya Sutrisno, mantan Sekretaris selama 9 tahun selama kami menjabat Kepala BKKBN dan suaminya yang setelah pensiun menggunakan salah satu rumahnya sebagai Restoran Kopi dan pecel dari Kediri yang kabarnya eunak dan sebelum serangan Covid-19 sangat laris. Kita berharap kalau kita kunjungi akan kembali membawa berkah dan laris manis kembali.
Ternyata Restoran Bu Yayuk itu sangat rapi dan nyaman, karena sebelumnya merupakan rumah tinggal yang bahagia, sungguh mampu menyediakan kopi dan nasi pecel serta masakan khas Jawa Timur yang konon sambel dan bahan baku utamanya, termasuk lempeng goreng yang renyah langsung di datangkan dari desa di Jawa Timur yang di masak secara khusus tidak ada bedanya dibanding kita makan di Kediri atau di daerah lain di sekitarnya.
Restoran di Pamulang siang hari itu penuh dengan keluarga Haryono dan teman-teman dari BKKBN dan BPS yang secara kebetulan Ibu Yayuk adalah pensiunan eselon 2 yang kalau tidak terkena batasan usia, bisa lolos masuk ke barisan eselon I. Ibu Yayuk dalam kariernya setelah menjabat Sekretaris Kepala BKKBN sempat menjabat sebagai Kepala BKKBN Provinsi Sumatra Selatan, sedangkan suaminya bergerak pada Kementerian Perhubungan. Nostalgia siang itu sungguh merupakan hiburan ulang tahun pernikahan kami dengan almarhum Ibu Astuty yang ke 57 yang penuh keindahan yang sangat membesarkan hati. Semoga semua dosa almarhumah diampunkan dan almarhumah mendapat tempat yang sebaik-baiknya disisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin YRA.