Orang Indonesia Terpendek di Dunia. Mengapa?

Catatan Aam Bastaman

Catatan Aam Bastaman

Ramalan Jayabaya yang sudah banyak didiskusikan secara terbuka antara lain menyebutkan Indonesia (Nusantara) akan dikuasai bangsa “Kate” selama seumur Jangung. Kini kita tahu yang dimaksud bangsa kate itu Jepang. Banyak orang tua yang mengalami masa pendudukan Jepang (1942-1945) menggambarkan sosok para serdadu Jepang, sebagai orang kate, berkulit kuning dan bermata sipit. Kate seperti kita ketahui sebutan untuk orang pendek. Jadi kalau bangsa kita saja yang juga tergolong   pendek, apalagi jika dibandingkan dengan orng-orang Belanda, kemudian menamakan kate pada serdadu Jepang, maka bisa dibayangkan betapa pendeknya orang-orang Jepang waktu itu.

Tapi kini penduduk Jepang tidak bisa lagi dikatakan orang-orang Kate. Orang-orang Jepang masa kini tumbuh berkembang menjadi orang yang jauh lebih tinggi dari para pendahulunya. Bangsa Jepang kini memiliki postur tubuh yang tidak terlalu jauh dengan tinggi badan orang-orang Barat yang dikenal memiliki bentuk fisik yang tinggi. Rata-rata orang Jepang kini memiliki tinggi badan 170.7 cm dengan wanitanya 158 cm.

Dengan tinggi badan yang meningkat Jepang sekarang mampu berlaga di kompetisi olah raga dunia, termasuk sepakbola. Jepang kini boleh berbangga sebagai Negara yang sering tampil di laga sepakbola dunia, meskipun belum memenangkan juara dunia.  Sepakbola merupakan olah raga favorit masyarakat kita, namun apa daya kita tidak bisa berlaga secara maksimal  di arena global, apalagi tingkat dunia, karena masalah stamina, termasuk tinggi badan para pemain kita.

Kabar buruknya, berdasarkan penelitiaan terakhir (globalnation.inquirer.net, 2014)  Orang-orang Indonesia kini menjadi orang terpendek di dunia,  dengan rata-rata tinggi badan laki-lakinya 158 cm. Bandingkan dengan tinggi rata-rata laki-laki Singapura yaitu 171 cm. Padahal yang dulu kita sebut bangsa kate (Jepang) laki-lakinya kini memiliki rata-rata tinggi badan yang tidak jauh berbeda dengan orang-orang Singapura (tertinggi di Asia Tenggara).

Rata-rata tinggi badan laki-laki global adalah 173 cm dan 160 cm untuk wanita. Bangsa paling tinggi di dunia adalah orang Belanda yang dulu menjajah kita, yaitu 184 cm untuk laki-laki dan 170 cm untuk wanitanya. Orang-orang yang berasal dari “Utara” memang umumnya memiliki tinggi badan lebih tinggi. Selain Belanda, bangsa yang memiliki tinggi badan paling tinggi di dunia adalah Montenegro (183.2 cm), kemudian Denmark (182.4 cm), disusul Norwegia, Serbia dan Kroasia. Mereka umumnya Bangsa-bangsa Eropa yang berada di belahan Utara.

Di Asia Timur, meskipun tinggi badan orang Jepang semakin tinggi, namun masih kalah tinggi dibandingkan orang Korea Selatan dan Cina. Jepang memiliki leluhur dari bagian yang lebih selatan Asia dibandingkan leluhur bangsa Korea yang berasal dari bagian utara Asia.  

Fakta-fakta tersebut diperkuat dengan temuan bangsa bangsa bertubuh pendek umumnya terdapat di bagian Selatan bumi, termasuk Asia Selatan,  Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Negara-negara dengan penduduk terpendek, setelah Indonesia adalah Bolivia (Amerika Selatan), Filipina (Asia Tenggara), Vietnam (Asia Tenggara), Nepal, Sri lanka (Asia Selatan), dan Peru (Amerika Selatan). Daftar negara-negara tersebut adalah Negara-negara berkembang, dengan tingkat kemakmuran yang lebih rendah dan tidak merata, dibandingkan dengan Negara-negara “Utara”.

Mengapa orang-orang Indonesia pendek? Ini pertanyaan mendasar. Diketahui bahwa pertumbuhan tinggi badan tidak selalu ditentukan oleh genetika, namun juga oleh asupan gizi. Nutrisi dan lingkungan tempat berkembang anak mempengaruhi pertumbuhan, baik pertumbuhan otak ataupun tinggi badan. Oleh karena itu tidak heran bangsa yang dulunya pendek bisa bertambah tinggi seiring dengan kemakmuran dan kesehatan bangsanya.

Yang jadi masalah Indonesia pada tahun 2015  merupakan Negara dengan angka stunting tertinggi di dunia Setelah Laos. Bahkan dua tahun sebelumnya di tahun 2013, prevalensi balita stunting di Indonesia  sama dengan di Ethiophia, sekitar 37.8%. Pada tahun 2017 terdapat penurunan prevalensi balita stunting di Indonesia, namun masih tinggi (29.6%). Selanjutnya pada tahun 2019 terdapat perbaikan, angka stunting turun menjadi lagi menjadi 27.67%. Padahal rekomendasi WHO untuk mendapatkan tingkat kesehatan masyarakat yang makin baik, angka stunting harus ditekan di bawah 20% (Kompas.com Oktober 2019).

Dengan demikian, perbaikan nutrisi balita dan anak-anak perlu diperhatikan untuk mendapatkan generasi yang lebih pintar dan juga lebih tinggi. Tinggi badan menjadi ukuran kesehatan dan kesejahteraan suatu bangsa. Jika kita sudah menginjak sebagai Negara kelas menengah atas, dan masuk kelompok elit G20, Negara dengan ekonomi 20 besar di dunia, maka tentunya masalah stunting ini harus menjadi perhatian kita bersama, karena sangat menentukan masa depan dan kebesaran bangsa.

Aam Bastaman – Univ. Trilogi (Dosen dan Penulis).

 

Aam BastamanComment